Gus Mus, Kiai Pertama yang Main Twitter

Gus Mus, Kiai Pertama yang Main Twitter

GUS MUS, Kiai Pertama yang Main Twitter
Gus Mus memandangi lukisan bergambar Hasyim Asy'ari

Suaramuslim.net – Lahir pada 10 Agustus 1944. Dikenal sebagai kiai yang mahir melukis dan menulis puisi. Achmad Mustofa Bisri atau yang populer dengan panggilan Gus Mus ini pernah membela goyang ngebor Inul Daratista melalui lukisan “Berdzikir bersama Inul”. Latar belakang munculnya lukisan ini antara lain berawal dari kegelisahan Gus Mus ketika memperhatikan degradasi moral bangsa.

Gus Mus mengungkapkan, bahwa kebobrokan moral merupakan akibat dari invasi faham kapitalisme yang ditanam secara serampangan hingga melahirkan manusia-manusia materialis. “Tidak hanya itu, degradasi moral juga berpengaruh pada kualitas keberagamaan manusia terhadap Tuhan, akibatnya mengingat Tuhan (zikir) pun mereka cenderung menggunakan materi ‘daging’. Karena itu, muncullah gagasan Indonesia dan zikir sebagai ide utama melukis.” Tulis Rizqoh Zazilah dalam Nilai Estetika Religius dalam Lukisan “Berdzikir bersama Inul” (Prodi Filsafat Agama, 2016).

Pesantren Lirboyo di Kediri dan Pesantren al-Munawwir Krapyak menjadi saksi sejarah mertuanya Ulil Abshar Abdalla menimba ilmu agama. Disebutkan dalam Ngetan Ngulon Ketemu Gus Mus (HMT-Foundation, 2005), di Lirboyo inilah jiwa seninya muncul. Begitu pula kegemarannya mengunjungi rumah pelukis Affandi. Di sinilah Gus Mus ingin tahu bagaimana teknik Affandi melukis.

Bukan hanya mondok, pada tahun 1964 lanjut kuliah ke al Azhar University bersama Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Kuliah di sana sama saja dengan di Indonesia, Mata kuliahnya sudah pernah kami pelajari di pesantren. Jadi, boleh dikatakan kami mengulang,” ujar Gus Mus. Tentang Gus Dur, sering kali dia duduk berjam-jam baca buku dan kitab di ruang Perpustakaan Al Azhar dan perpustakaan universitas Amerika. “Pokoknya kerjaan Gus dur di Kairo tiap hari ya membaca buku, nulis artikel, nongkrong di Qahwaji dan nonton film,” katanya dalam buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus, (Mizan media utama, 2015).

Kiprahnya tak terbatas di lingkungan Jami’iyyah Nahdlatul Ulama. Namanya juga tercantum sebagai salah satu penasihat LibforAll Foundation. Gus Mus mengaku begini, “Libforall ini ketika saya tanya, dijawab tujuannya antara lain menjelaskan kepada dunia akan Islam yang sebenarnya; Islam yang rahmatan lill’aalamiin, bukan Islam yang keras dan ganas. Saya ya mau.” Katanya dalam laman gusmus.net (11 Desember 2007).  Anehnya, sekalipun berkiprah di LibforAll Foundation, nama Gus Mus tidak dimasukkan ke dalam “50 Tokoh Islam Liberal di Indonesia” (Hujjah Press, 2007).

Dalam Mata najwa yang tayang pada 13 April 2016, beliau mengatakan, “Saya orang pesantren pertama yang kenal komputer. Saya kiai pertama yang main iPad, twitteran, fecebookan. Di iPad, saya isi kitab klasik, saya tunjukkan ke kiai-kiai ini bisa untuk baca kitab apa saja.

Di akun twitternya, dia rutin membalas pertanyaan agama, ucapan salam, permintaan wawancara hingga urusan pemberian nama bayi. Contohnya salah satu pengikut bernama Mas Nur kholis, “Ngapunten Gus, mau tanya apa makna gelisah dan mengeluh? Apakah keduanya diperbolehkan dalam menjalani skenario urip sing disutradarai kaleh gusti Allah”. Dijawab oleh Gus Mus, “Gelisah ialah rasa tidak tenteram, tidak tenang. Obatnya : dzikrullah. Mengeluh ialah menyatakan susah, protes, Jawa : Sambat. Mengeluh kepada selain Allah, sering kali sia-sia”.

Perlu diketahui, Gus Mus punya dua penghargaan bergengsi. Pertama, ia dianugerahi oleh Presiden Jokowi tanda kehormatan “Bintang Budaya Parama Dharma”. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta. Kedua, Doktor Kehormatan dari UIN Sunan Kalijaga. Diberi gelar kehormatan atas kiprahnya dalam bidang kebudayaan Islam.

Usai pidato pengukuhannya, ia mengeluhkan orang Islam di Indonesia masih terjebak oleh fiqih halal dan haram. Namun tidak memahami Islam itu sendiri. “Selalu terdengar, halal-haram, rokok haram, facebook haram. Padahal Islam itu perlu tidak hanya halal-haram saja, tapi bagaimana Islam bisa memberi ketenteraman kehidupan manusia” ucap Gus Mus seperti dilansir dari dari laman detik.com (30/5/2009).

Terakhir sebelum menutup artikel ini, Gus Mus punya semacam falsafah hidup yang perlu kita praktikkan, “Sembahlah Allah; hormati yang lebih tua; sayangi yang lebih muda; buka hatimu untuk seluruh umat manusia.”.

Wallahu a’lam*

*Opini yang terkandung dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial suaramuslim.net.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment