Hakikat Berita Kematian

Hakikat Berita Kematian

Berlari Menuju Kematian
Jam pasir

Suaramuslim.net – Sekira tiga tahun yang lalu dan tahun-tahun sebelumnya, saya sudah sering menerima berita lelayu meninggalnya seseorang. Berita itu saya dapati dengan waktu yang tidak sesering setahun belakangan ini.

Jika tahun-tahun itu saya hanya mendengar, enam bulan sekali, atau empat bulan sekali, atau sedekat-dekatnya sebulan sekali, itu pun jarang sekali.

Belakangan ini saya mendapati berita kematian hampir tiap pekan, bahkan nyaris setiap hari. Orang yang meninggal pun semakin hari, semakin orang yang sangat dekat, saya kenal. Mereka adalah teman bermain waktu kecil, teman SD, teman kuliah, teman seorganisasi, teman sekantor dan bahkan kerabat keluarga sendiri.

Setiap saya mendapati berita seperti itu, terbetik di hati saya;

Peringatan kematian itu semakin mendekat

Tak ada yang bisa menolak kematian

Terbukti bahwa kita tidak pada kapasitas menghentikan jubah malaikat Izrail, yang ujung kainnya telah menyentuh wajah kita

Ada sahabat yang meninggal pada saat berolahraga, padahal olahraga sejatinya dapat meningkatkan kualitas hidup. Ada yang meninggal mendadak padahal saya mengenalnya sebagai orang yang sangat menjaga pola makan dan disiplin dalam mengatur waktu tidur. Ada yang meninggal saat dalam perjalanan menemui orang tua, padahal silaturahim, apalagi kepada orang tua, adalah amalan yang berfadilah memperpanjang usia.

Sekali lagi saya disadarkan bahwa mendapatkan waktu dan tempat kematian

sama sekali tak bisa dijelaskan dengan sains bahkan jalan-jalan tarekat.

Kematian adalah sebuah kesunyian sekaligus kesakitan yang luar biasa. Kematian seolah menyelinap bersembunyi tanpa suara dan tanpa kata-kata. Seolah ia adalah kejadian tanpa rasa nyeri. Namun jika kita membaca sirah Nabawiyah, dikisahkan, Rasulullah saja yang kekasih Allah, beliau mengeluarkan bulir-bulir keringat sebesar kacang hijau di keningnya, ketika Allah mencabut kehidupan dari diri beliau. Artinya kematian itu sesuatu yang sakit berperi!

Apakah makna berita kematian itu? Yang jika oleh statistika dapat dikatakan sebagai frekuensi kemunculannya semakin pendek dari sisi waktu.

Dalam lapang sinar batiniah. Berita kematian itu menandakan kasih sayang Allah yang luar biasa. Ia seumpama alarm yang berdering di pagi hari untuk membangunkan kita.

Tanpa bermaksud menghardik dan menghinakan diri sendiri, tetapi dalam rasa malu yang tak kuasa menjadi tumbuh, saya bersimpuh;

Ya Allah begitu tulikah telingaku oleh suara ayat-ayat yang Kau turunkan?

Aku membacanya tapi aku tak mendengar perintah dan larangan-Mu

Sehingga Kau kirim berita kematian hampir setiap hari padaku

Dalam relung landai qolbiyah, teringat saya pada nasihat kiai langgar; “Pembelajaran terbaik untuk mendapatkan kualitas terbaik kehidupan adalah mengingat kematian.”

Semoga berita kematian yang semakin sering kita dengar beberapa waktu belakangan ini, tak menjadikan kita ketakutan berlebihan, melainkan patut untuk kita senyumi. Allah masih begitu sayang pada kita, padahal jika Dia mau, kita bisa dimatikan tanpa peringatan.

Dan jika Allah mau, manusia-manusia di bumi ini bisa diluluhlantahkan-Nya, sebagaimana Allah menenggelamkan umat Nabi Nuh.

Kita bersyukur Allah masih memberi kesempatan untuk meningkat kualitas hidup dan kehidupan kita. Kematian dan berita kematian adalah secarik surat yang Allah kirim kepada kita, untuk kita balas dengan kejujuran dalam sisa usia yang masih kita miliki. Wallahu a’lam.

 

Salam
Yudha Heryawan Asnawi

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment