Suaramuslim.net – Alhamdulillah di tengah bersimpuh dalam lantunan tasbih, tahmid, takbir dan doa-doa merangkai malam 27 Ramadhan 1439 H bertepatan dengan tanggal 12 Juni 2018, di antara menjelang pergantian Senin ke Selasa, Allah merangkai takdirnya dengan sebuah tulisan seorang kawan melalui pesan singkatnya kepada saya “Selamat hari persahabatan sedunia, sahabat adalah mereka yang selalu bisa menjaga komitmen dalam keadaan apa pun”.
Betapa indahnya rangkaian malam yang disebut sebagai malam Lailatul Qadar ini. Sang Gusti Yang Welas Asih ini memberi sinyal dan mengingatkan saya agar selalu menjaga komitmen dalam berteman apalagi bersahabat.
Komitmen merupakan sebuah peneguh bahwa setiap orang meski menyadari bahwa dirinya mempunyai kebebasan, tapi mereka menyadari ada tanggung jawab yang harus diberikan. Sehingga dalam komitmen itu sendiri ada kesadaran akan nilai dan moralitas yang harus dijunjung. Dengan kata lain pelanggaran terhadap komitmen merupakan runtuhnya nilai dan moralitas dalam diri.
Spirit pesan malam ini tentang persahabatan sedunia, juga menyiratkan sebuah makna bahwa ada yang disebut dengan pasang surut pertemanan, karena memang setiap orang mempunyai kebebasan memilih teman, sebagaimana setiap orang bebas memilih siapa yang akan dijadikan pasangan hidupnya.
Sebagaimana yang dipercayai banyak orang bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali kepentingan. Berteman berdasarkan kepentingan merupakan pilihan, tapi kepentingan juga akan selalu dibatasi dengan logika untung dan rugi. Sehingga akan selalu terjadi perubahan dalam memaksakan kepentingan.
Pemaksaan kepentingan itulah sebagai sebuah kebebasan yang tidak bertanggung jawab atau “kebablasan”. Berbeda dengan “persahabatan”, ada nilai kepentingan abadi yang harus dipegang dan dirawat, karena persahabatan merupakan pengakuan peleburan bahwa kebebasan kita dibatasi oleh kepentingan orang lain. Sehingga persahabatan mengandung nilai tanggung jawab dan saling menjaga. Nah, Anda mau mencari teman atau mencari sahabat?
Kebablasan Dan Moralitas
Ibarat sebuah keluarga, persahabatan adalah upaya mendirikan bangunan keluarga. Tentu ada nilai yang dipegang di dalamnya, mampu memberi kepercayaan dan rasa saling percaya dan juga saling menjaga. Sehingga dia akan menjadi bangunan yang kokoh.
Betapa indahnya Tuhan Yang Maha Welas Asih ini memberi gambaran bangunan sebuah keluarga sebagai ikatan yang agung. Kita diingatkan sebagai entitas yang berasal dari berbagai suku dan bangsa, tapi kemudian di antaranya dijadikan pasangan yang akan membangun sebuah ikatan “mawaddah wa rahmah”. Ikatan yang menyatukan tanggung jawab dan penghormatan di tengah kebebasan yang dimiliki. Ada kebahagiaan di dalamnya, karena sejatinya kebahagiaan itulah yang akan dicari dalam sebuah persahabatan.
Ada sebuah pertanyaan mendasar dalam Identitas keluarga, apakah Anda akan pergi meninggalkan keluarga Anda, kalau Anda merasa tidak mampu memimpin keluarga? Kalau jawabannya adalah “ya”, maka ini akan menggambarkan pribadi kita merupakan pribadi yang tidak bertanggung jawab. Kita akan selalu lari dan lari dari kenyataan, karena sejatinya kita hanya mengejar kepuasan diri.
Betapa banyak keluarga hancur, ketika pimpinan keluarga yang memaksakan kehendaknya dan lari dari tanggung jawabnya, ketika kepuasannya tak bisa terpenuhi. Bisa kita bayangkan pula kalau dalam keluarga itu dihuni oleh mereka yang rapuh jiwanya, maka akan terjadi perkelahian kepentingan pemuasan diri dan akan saling melemahkan dan menyingkirkan. Akan ada yang meninggalkan dan merasa paling berkuasa.
Nah, hidup yang hanya diisi kepentingan pemuasan diri merupakan sikap kebablasan dan nir moralitas, karena isinya hanya marah, mencela dan menuntut sesuai dengan keinginannya. Di mana pun orang seperti ini akan menjadi masalah.
Dalam sebuah rangkaian kata bijak dikatakan bahwa kalau Anda menginginkan bau yang harum maka bergaullah dengan penjual parfum, dan kalau Anda menginginkan bau amis, maka bergaullah dengan penjual ikan. Yang tersirat dari pernyataan tersebut adalah lingkungan akan menentukan seberapa berkualitas perilaku kita dalam menyikapi sebuah persoalan. Hal itu juga menegaskan sejatinya kita ini berasal dari lingkungan yang seperti apa.
Bukankah dalam hidup itu yang dibutuhkan adalah bermanfaat bagi orang lain, bukan hanya sekadar mencari kepuasan. Apalagi di tengah usia yang semakin mendekatkan diri pada kematian. Hidup itu berbagi kemanfaatan dan kebaikan. Dibutuhkan mental yang istiqamah dan berkomitmen dalam berbagi kebaikan dan kemanfaatan.
Kalau Anda hidup sekadar untuk mencari kepuasan diri, maka ketahuilah bahwa Anda sedang membangun kefanaan hidup. Karena Anda selalu bertemu dengan masalah baru pemuasan. Sebaliknya kalau Anda mengisi hidup dengan kemanfaatan dan kebaikan, maka sejatinya Anda telah menanam keabadian dalam hidup Anda. Semakin banyak mereka yang berbuat kebaikan maka disanalah Anda akan selalu dihadirkan.
Nah kawan, bersyukurlah kalian kalau hari ini diberikan kenikmatan oleh Allah dengan dijauhkan dari teman yang hanya mencari pemuasan diri, karena sesungguhnya Tuhan sedang menyelamatkanmu. Perumpamaannya adalah kalau di dalam keluarga Anda ada seorang suami atau istri yang hobinya selalu menuntut dan marah, maka ketika dia meninggalkan Anda, sejatinya Anda telah diselamatkan oleh Tuhan.
Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang. Membiarkan mental rapuh dan tidak bertanggung jawab meninggalkan kita, adalah hal yang patut disyukuri dan tak perlu disesali, karena saat itulah Tuhan sedang mendekap Anda dengan kasih dan sayang-Nya.
Maka teruslah berbagi kebaikan bersama sahabatmu yang baik dan istiqamah serta mempunyai komitmen, karena masih banyak orang baik yang akan bersamamu. Bukankah pengalaman hidup bersama mereka yang selalu meninggalkan Anda, sudah silih berganti, jadikanlah pengalaman itu sebagai pelajaran kehati-hatian. Sesungguhnya kebahagiaan dan kesuksesan sudah dekat, ketika mereka yang melanggar komitmen sudah tidak bersama Anda.
Akhirnya hanya dengan menyadari dan mendalami makna surat Al Fatihah yang mengajarkan kita untuk berpegang pada jalan lurus, jalan komitmen dan keistiqamahan, sesungguhnya kita akan terselamatkan. Semoga saja!
Selamat hari persahabatan dunia, semoga Tuhan mengumpulkanmu dengan sahabat sahabat terbaikmu. Amin
Al Fatihah…!!!
*Ditulis di Surabaya, 12 Juni 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net