Suaramuslim.net – Terpujilah, wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Pembangun insan cendekia*
Semangat kepahlawanan mengusir penjajah yang diperingati pada 10 November, perlu diejawantahkan pula kepada para pahlawan tanpa tanda jasa (pendidik) yang setia mendidik. Para pendidik (guru, dosen, ustaz, kiai, dan orang tua) mengambil peran dalam mengisi kemerdekaan ini, dengan cara mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui jalan panjang yang bernama pendidikan, dengan penuh semangat memerangi kebodohan dan keterbelakangan akses pendidikan sampai ke pelosok negeri. Hari Minggu 25 November 2018 akan diperingati sebagai HGN (Hari Guru Nasional). Momen peringatan HGN, seharusnya menjadi evaluasi bagi para pendidik negeri ini. Untuk bergerak menginspirasi sampai ke pelosok negeri, berkarya dengan penuh inovasi, serta menjadi guru leader yang diteladani bagi perubahan negeri ini.
Pada saat dulu, posisi guru sebagai sumber utama pembelajaran dan pengetahuan, hari ini peran dan posisinya mulai tergerus bahkan tergantikan oleh derasnya perkembangan teknologi dan informasi. Hadirnya smartphone dan internet di kehidupan murid, mau tidak mau mulai menggeser peran guru. Saat ini mulai bermunculan banyak bimbingan online. Disana murid dapat menemukan model pembelajaran yang diinginkan, aneka konten baik yang berbentuk naratif, foto, dan video. Konten tersebut mampu memanjakan para murid dan mempermudah murid dalam memahami materi pembelajaran yang kemungkinan susah dia pahami saat di sekolah.
Disadari atau tidak, murid akan “lebih percaya” hasil informasi materi pembelajaran dari google dari pada informasi dari guru. Jika dulu ada slogan “guru pahlawan tanpa tanda jasa” maka sekarang ada slogan baru “guru tanpa jasa” dimana nilai-nilai jasa kepahlawanannya tidak dikenang dan mudah hilang diingatan murid. Mereka hanya ingat kenangan tentang guru ”galak” yang membekas di alam bawah sadarnya.
Saat ini, hakikat dan martabat guru perlu direkonstruksi ulang sehingga keberadaanya menjadi bermakna bagi murid. Kebermaknaan itu tidak hanya terjadi saat kegiatan belajar mengajar. Melainkan pasca purna belajar, tutur, sikap dan perilaku guru menjadi teladan yang menginspirasi untuk ditiru sampai kapan pun.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meneguhkan guru sebagai pahlawan yang berjasa.
- Memiliki Sikap Profesional
Guru harus memiliki jiwa yang haus akan pengetahuan dan rasa ingin terus belajar sebagai bekal untuk mendewasakan bentuk transformasi pengetahuan yang adaptif. Cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk mengisi dahaga akan pengetahuan dan belajar adalah melalui menambah jenjang strata pendidikan serta memiliki jiwa literasi yang tinggi baik kepada diri sendiri maupun sosial. Sehingga intelektualitas guru sebanding dengan kuantitas informasi yang dipelajari.
Dengan semakin profesional guru dari sisi akademik, peserta didik tentu akan sangat memuliakannya sebab kekayaan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, membaca, meneliti (membuat PTK) dan mengikuti seminar bagi guru mutlak dilakukan seiring dengan kecanggihan teknologi dan informasi yang terus berkembang. Tidak lain agar keberadaan guru tetap melekat dihati peserta didik sebagai sarana transformasi pengetahuan yang humanis.
- Memiliki Jiwa Leader
Kepemimpinan guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya yang berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas saat berinteraksi dengan muridnya tetapi menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran murid. Guru memiliki 3 peran krusial yaitu, (1) peran guru dalam memimpin muridnya, (2) peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan (3) peran guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas.
- Memiliki Kompetensi Pendukung
Keahlian dalam public speaking dan menulis merupakan kompetensi pendukung yang mampu membantu guru dalam menjalankan tugas utamanya. Apabila guru memiliki kompetensi pendukung, misalnya, menulis. Tentu secara martabat akan bertambah statusnya, dari guru biasa menjadi guru penulis. Meminjam bahasa Uhar Suharsaputra (2013:153) guru yang demikian memiliki skill mengorganisir pengetahuan (learning organization), yakni kemampuan menerjemahkan pengetahuan yang dipelajari menjadi informasi sederhana yang bisa diaplikasikan kepada orang lain. Begitu juga jika guru memiliki kompetensi public speaking, maka guru akan memiliki kemampuan untuk mempersuasi, menginspirasi, memotivasi murid.
- Berkarya
Guru tanpa karya ibarat sayur tanpa garam. Agar tidak terjebak pada rutinitas pembelajaran, seorang guru perlu memiliki karya. Karya itu bisa berupa inovasi pembelajaran, membuat buku, PTK, membuat artikel populer, puisi, cerpen, media pembelajaran yang tayang di media cetak atau online. Karya itu sebagai bukti bahwa profesi guru yang diemban tidak stagnan, melainkan mampu mengorganisir potensi untuk dioptimalkan guna melahirkan karya inovatif dan inspiratif untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Selamat hari guru nasional, untuk guruku, gurumu dan guru kita semua. Semoga keikhlasan bapak/ibu guru menerangi negeri ini dalam jalan dakwah pendidikan membuka jalan menuju surga-Nya.
*Perubahan lirik – Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007