Suaramuslim.net – Lelaki surga itu bernama Daoud Nabi. Usianya 71 tahun. Seorang imigran Afghanistan yang melarikan diri dari hari-hari mengerikan di negara asalnya untuk menemukan kedamaian di tanah indah itu, New Zealand.
Tak terbayangkan oleh Daoud, hari-harinya selama ini yang damai untuk menjalankan imannya sebagai seorang muslim di bumi pertiwi suku Maori itu akan berakhir tragis. Ketika seorang teroris bernama Brenton Tarrant, warga Australia berusia 28 tahun, membunuhnya bersama 48 muslim lain, dengan senapan mesin, ketika salat Jumat!
Saat Tarrant mendekati pintu masjid An-Nur di Christchurch, Daoud menyapa pria itu dengan sebuah sapaan penuh cinta dan kedamaian, “Hello brother,” ucapnya seperti terekam dalam video yang direkam secara live oleh sang teroris.
Daoud tentu melihat Tarrant menodongkan senjata. Tetapi cinta yang telah penuh dalam jiwanya tetap membuatnya menyapa dengan penuh kasih, “Halo saudaraku”. Juga dengan sebuah sambutan, “Welcome brother”, selamat datang (di masjid ini) saudaraku.
Tentu saja, sapaan Daoud bukan sebuah tindakan seorang pengecut. Itu adalah aksi seorang pemberani yang penuh cinta. Meski barangkali Daoud mengerti ia sedang menghadapi seorang iblis, Daoud ingin mencoba mengubah situasi itu dengan cintanya.
Namun, Tarrant adalah iblis yang biadab. Sapaan cinta itu tak berfungsi dalam hatinya. Ia memberondong Daoud dengan tiga tembakan yang membuatnya syahid seketika. Dan terus masuk ke dalam masjid untuk membantai jemaah Jumat yang lain.
Hari itu, di Selandia Baru, dari masjid cahaya (An-Nur), Tarrant berusaha membuat seluruh dunia redup. Tetapi sesungguhnya ia gagal. Cinta Daoud Nabi, ketulusan hatinya, kasihnya yang tak pandang siapa, justru membuat An-Nur bercahaya menerangi seluruh dunia. Ia memberi tahu dunia siapa dan bagaimana seorang muslim sesungguhnya.
Teroris itu mengira bahwa dengan menembaki muslim yang sedang salatia akan membuat mereka menderita.
Tidak, sama sekali tidak, sebab sesungguhnya mereka langsung diganjar surga. Barangkali memang akan ada keluarga yang bersedih, tetapi mereka akan ikhlas, sebab yang pergi telah menjadi syuhada.
Teroris itu mengira bahwa dengan membunuh saudara-saudara muslim kami maka kami akan takut. Demi Allah tidak. Sedikitpun kami tak gentar karena tak perlu ada yang ditakutkan bila cinta dan kedamaian adalah hal yang memenuhi hati kami. Kebencianmu tak akan mengubah cinta kami pada sesama.
“Hello brother.” Terima kasih Daoud, kini kau sudah tersenyum di surga.
“Welcome brother.” Cintamu, wahai Daoud sang martir, telah meledakkan cahaya dari masjid An-Nur ke seluruh dunia. Membuat dunia tahu siapa muslim sebenarnya.
Teroris itu telah kalah, Saudaraku. Kalah secara telak dan memalukan!
Istirahatlah dengan tenang, wahai para syuhada.
Oleh: Fahd Pahdepie