Suaramuslim.net – Dalam tradisi Islam, ilmu bukan sekadar pengetahuan. Ia adalah cahaya kehidupan. Dan cahaya itu tidak padam meskipun usia menua. Dr. Moch. Samsul Arifien, yang meraih gelar doktor di usia 68 tahun dari UPN Veteran Jawa Timur dengan IPK sempurna 4.00 dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik S3, adalah buktinya.
Kini, beliau resmi diwisuda dalam prosesi akademik yang penuh khidmat, menandai tonggak penting dari perjalanan panjang jihad intelektualnya. Sebuah pencapaian yang bukan hanya prestisius secara akademik, tapi juga menggugah kesadaran kolektif: bahwa menuntut ilmu adalah ibadah tak berbatas usia.
Beliau menempuh program doktoral di Bidang Agribisnis, dengan disertasi yang meneliti keberlanjutan usaha tani tebu—tema yang sangat relevan dengan tantangan kemandirian pangan nasional. Di saat banyak orang seusianya memilih beristirahat, Dr. Moch. Samsul Arifien justru menjalani fase usia itu sebagai jalan pengabdian melalui ilmu.
Ia tidak hanya belajar, tetapi juga memperjuangkan dan mempertahankan hasil risetnya dengan penuh ketekunan dan gigih menghadapi para penguji dalam sidang terbuka. Di sinilah letak jihad intelektual yang sejati.
Sebagaimana diberitakan oleh Kominfo Jatim, beliau tidak hanya menyelesaikan pendidikan dengan gemilang, tapi juga menyampaikan pesan yang begitu dalam dan menyentuh batin:
“Ilmu itu adalah salah satu sifat Allah. Maka mempelajari ilmu sama dengan mempelajari dinamika sifat Allah. Usia itu hanya fisik, sedangkan hidup yang sebenarnya adalah integrasi dari Nur Allah, Nur Muhammad, dan Nur Insani. Saya akan tetap semangat mempelajari ilmu, hingga tiba saatnya saya meninggalkan dunia.” – Dr. Moch. Samsul Arifien.
Kutipan ini menembus ruang nalar dan batin. Ia menyatukan makna ilmu sebagai bagian dari pendekatan diri kepada Allah (taqarrub), sebagai warisan para Nabi, dan sebagai jalan untuk menghidupkan potensi ruhani manusia. Di sinilah letak kemuliaan ilmu dalam Islam: bukan sekadar alat, tetapi cahaya yang menghubungkan langit dan bumi.
Dalam kerangka maqashid al-syari’ah, perjuangan beliau mencerminkan realisasi dari hifz al-‘aql (menjaga akal), salah satu tujuan utama syariat Islam. Bahkan risetnya tentang pertanian tebu pun menyentuh hifz al-mal (menjaga kemakmuran) dan hifz al-nafs (menjaga kehidupan), karena menyentuh sektor hajat hidup umat: pangan.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (Terjemah hadis riwayat Muslim).
Kisah beliau seharusnya menggugah mahasiswa yang merasa jenuh, para dosen dan peneliti yang mulai kehilangan semangat untuk meneliti, serta masyarakat luas yang merasa sudah “terlambat” untuk belajar. Dr. Moch. Samsul Arifien menunjukkan bahwa usia tidak menghalangi tekad, dan bahwa ilmu bukanlah milik usia muda saja, melainkan milik setiap jiwa yang tulus mencarinya.
Kepada Dr. Moch. Samsul Arifien, kami sampaikan selamat dan rasa hormat setinggi-tingginya. Anda bukan hanya lulusan terbaik secara akademik, tapi juga inspirasi terbaik secara ruhani dan intelektual. Semoga Allah memberkahi ilmu Anda, memperluas manfaatnya, dan menjadikan kisah ini sebagai cahaya bagi generasi mendatang.
Karena sungguh, hidup berilmu adalah hidup yang paling mulia.
Heri Cahyo Bagus Setiawan
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya
Dirut PT RMI