Hikmah Kurban | Manajemen Kepanitiaan Kurban

Hikmah Kurban | Manajemen Kepanitiaan Kurban

Hikmah kurban - Manajemen Kepanitiaan kurban
Penyembelihan Hewan Kurban Bukan Acara Seremonial Belaka

Penulis: Washil Bahalwan*

Suaramuslim.net – Setiap kegiatan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada umat muslim, pasti mengandung banyak hikmah atau pelajaran serta manfaat di dalamnya, baik bagi orang yang melaksanakan perintah tersebut maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Bahkan manfaat itu tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak. Demikian pula dengan ibadah kurban.

Beberapa hikmah yang terkandung dalam ibadah kurban adalah,

1. Pahala yang amat besar

Pahala berkurban diumpamakan seperti banyaknya bulu dari hewan yang disembelih, ini merupakan penggambaran saja tentang betapa besarnya pahala itu, hal ini seperti dinyatakan oleh Rasulullan sallallahu alaihi wasallam:

بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنْ الصُّوفِ حَسَنَةٌ

“Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Disebutkan pula dalam sebuah ayat :

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.“ (Al Hajj: 37 )

2. Komunikasi kepada Allah subhanahu wa ta’ala menjadi lebih dekat

Hubungan ini akan lebih dekat apalagi kalau proses penyembelihannya dilakukan dengan tangannya sendiri, karena memang ibadah kurban ini tujuannya adalah untuk taqarrub kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Rasa kepekaan sosial meningkat

Membangkitkan dan menguatkan rasa kepekaan sosial dengan sesama kaum muslimin, sehingga diharapkan melalui kurban kesenjangan antara si kaya dan si miskin dapat terjembatani. Yang pada akhirnya memunculkan kebersamaan diantara sesama.

4. Meningkatkan rasa syukur

Mendidik untuk menjadi orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. (Al Kautsar ayat 1-2 ). Bersyukur akan membuat kenikmatan yang akan kita peroleh bertambah banyak, baik dari segi jumlahnya atau paling tidak meskipun yang kita peroleh sedikit rasanya terasa banyak dan barokah.

5. Bukti ketaatan kepada Allah swt.

Membuktikan bahwa kita termasuk orang-orang yang taat dalam melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena hal ini merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus dilaksanakan dalam kaitan dengan harta yang kita miliki. Bila hal ini dilaksanakan, maka kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung, sebagaimana firman Allah:

فَاتَّقُوا الَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupan kamu, dengarlah dan taatlah, nafkakanlah yang baik untuk diri kamu, dan siapa yang dipelihara dirinya dari sifat kekikiran, merekalah orang yang beruntung“. (QS. At Taghabun: 16)

Semangat berkurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam, jangan dinilai hanya sekedar prosesi penyembelihan kurban saja. Akan tetapi mempunyai makna yang lebih dalam, yaitu bagaimana caranya jiwa dan pikiran kita mau ikut berkurban untuk menegakkan kalimat tauhid di muka bumi ini?

Apalagi sekarang ini kondisi untuk menegakkan kalimat tauhid mendapat ancaman dan rintangan yang luar biasa. Mari kita bandingkan dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang harus rela dan ikhlas mengorbankan putra kesayangannya yang sudah dinanti cukup lama. Oleh karena itu kita jangan sampai dilalaikan oleh kecintaan kita akan anak, harta benda dan segala bentuk kemewahan dunia untuk ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dan bahkan kita harus menjadikan anak dan harta benda kita sarana untuk meningkatkan ketaatan dan kepatuhan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti firman Allah dalam surat Al-Munafiqun ayat 9:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian , maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.

Berkurban dalam konteks yang lebih luas tidak harus berupa materi, karena tidak semua orang memilikinya. Berkurban dapat berbentuk tenaga, pikiran untuk kita sumbangkan guna perbaikan situasi dan kondisi yang belum baik.

Seperti sekarang ini masih banyak saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita, baik dalam pemenuhan pendidikan, kesehatan dan tempat tinggal. Mereka sangat perlu uluran tangan kita. Karena itu intinya dengan berkurban, kita tingkatkan kepedulian sosial diantara sesama muslim.

*Penulis adalah praktisi kepanitiaan Kurban

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment