Lanjutan dari Hizbullah, Partai Islam, Instrumen Nabi untuk Menjadikan Islam Memimpin Negara (1)
Suaramuslim.net – Dalam Al Quran ditegaskan peran hizbullah terkait proses pemenangan umat Islam untuk bisa memimpin negara yang plural penduduknya lalu bisa menerapkan kebijakan nasional yang sesuai syariat sehingga membawa kemuliaaan dan kesejahteraan bangsa. Masalahnya adalah bagaimana bentuk operasional hizbullah tersebut supaya sejalan sunnatullah, mampu mencapai tujuan yang dicitakan, membuat Islam memimpin negeri dan menerapkan syariat kenegaraan dalam kebijakan yang dikembangkannya.
Mari kita cermati berbagai ayat al Qur’an dan sunnah Nabi untuk menyusun ciri operasional hizbullah, Partai Islam. Hizbullah itulah yang secara langsung terkait dengan persaingan perebutan kepemimpinan formal di masyarakat plural, bukan kelompok ritual ataupun ormas-lslam. Kepemimpinan dalam masyarakat plural itu adalah ranah politik bukan medannya kelompok ritual atau kelompok amal sosial. Perjuangan kepemimpinan di dunia plural ini disebut sebagai perjuangan dalam Islam Politik, bukan dakwah ritual atau amal sosial. Prinsip perjuangan di ranah Islam Politik ini juga dicontohkan Nabi sesudah hijrah ke Madinah. Ada beberapa langkah besar yang harus dilaksanakan umat untuk tujuan ini:
Dalam masyarakat plural itu sendiri harus ada atau dibuat atau diadakan hizbullah atau Partai Islam. Bagaimana bisa membesarkan dan memenangkannya jika keberadaannya sendiri tidak ada.
Para aktifis Islam (ulama, ustazd, guru ngaji, cendekiawan muslim, dll) harus mendakwahkan agama Islam tidak hanya ajaran ritual, akhlak, dan amal sosial, namun juga harus menuntun umat akan keberadaan dan prinsip-prinsip dalam tuntunan Islam Politik, mulai dengan yang mudah seperti ayat-ayat al Qur’an tentang kepemimpinan Islam di dunia plural dan sejarah Nabi sebagai kepala negara Madinah.
Penerapan prinsip ajaran Islam terkait ciri operasional hizbullah, Partai Islam, yang harus dibentuk-dikembangkan, yakni: dipimpin oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yakni Tim Ulama (aktifis Islam yang memahami tuntunan Islam bersumber wahyu dan sains), yang dipilih oleh umat/anggota partai secara langsung atau melalui perwakilan.
Manajemen hizbullah akan dijalankan oleh pimpinan partai yang dipilih dan diganti oleh AHWA sesuai ketentuan.
Pimpinan partai bekerja di bawah pengawasan terus menerus oleh AHWA agar kebijakannya tidak menyimpang dari syariat Islam terkait berpartai politik.
Pimpinan partai di semua tingkatan harus dipegang oleh aktifis Islam yang berkualitas, bukan kafirin dan munafiqin.
Tidak mencalonkan dan mengusung kafirin sebagai pejabat publik di semua tingkatan. Berkoalisi dengan partai sekular hanya jika untuk mengusung dan mendukung calon dari partai Islam, bukan calon partai lain atau calon non partai untuk menjaga loyalitas dan menghindari pengkhianatan dalam berpolitik Islam.
Jika figur partai Islam berhasil menjadi pimpinan nasional dan atau daerah maka yang bersangkutan wajib menerapkan kebijakan yang sejalan dengan syariat kenegaraan Islam dalam bimbingan AHWA.
Partai Islam tegas memperjuangkan pemilu yang jujur dan adil, bebas dari kecurangan apapun, termasuk money politic, manipulasi daftar pemilih, kecurangan dalam perhitungan suara, penipuan dalam pemberitaan media masa, tekanan kekuasaan, dan sebagainya kecurangan pemilu.
Oleh : Fuad Amsyari, Ph.D
(Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat).
Lanjutan baca Hizbullah, Partai Islam, Adalah Instrumen Menggapai Kemuliaan dan Kesejahteraan Umat dan Bangsa (3)
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net