Hizbullah, Partai Islam, Instrumen Nabi untuk Menjadikan Islam Memimpin Negara (1)

Hizbullah, Partai Islam, Instrumen Nabi untuk Menjadikan Islam Memimpin Negara (1)

Hizbullah, Partai Islam, Instrumen Nabi untuk Menjadikan Islam Memimpin Negara

Syariat Adalah Kewajiban untuk Dilaksanakan Umat Islam

Keimanan dalam Islam tidak hanya sekadar meyakini keberadaan Sang Maha Pencipta alam semesta, yakni Allah SWT, yang Esa, tempat semua makhluk bergantung, tidak beranak dan diperanakkan, dan tiada ada yang menyamai kekuasaan-Nya. Tapi juga mewajibkan umat untuk menaati tuntunan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Salah besar jika hanya mengakui eksistensi Tuhan secara benar, tapi lalu mengabaikan perintah-Nya, karena perilaku seperti itu meniru perilaku iblis yang dilaknat Allah.

Tuntunan Allah yang tercantum dalam Al Quran dan sunnah Nabi tidaklah hanya berupa ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji, atau amal sosial seperti bersedekah, mendirikan rumah yatim, membuat rumah sakit, sekolah atau pondok, namun juga ada tuntunan bagaimana harusnya mengelola bangsa dan negara yang penduduknya majemuk, dalam masalah politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, ketertiban, dan keamanan. Penerapan syariat kenegaraan Islam itu hanya bisa terselenggara jika kepemimpinan masyarakat plural tersebut juga sesuai dengan syariat yang diajarkan Allah yakni aktifis Islam yang berkualitas.

Umat Islam wajib melaksanakan keseluruhan syariat Islam, berislam secara utuh atau kaaffah (Q.S. 02:208), tidak pilih-pilih hanya taat tuntunan yang disukainya saja. Berislam secara tidak utuh dalam kehidupan sosial diancam akan terhinakan sebagai suatu kelompok sosial di dunia, sedang di akhiratnya pada individu yang bersangkutan akan mendapat siksa yang pedih.  Jadi umat Islam wajib berjuang untuk tegaknya syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang penduduknya plural di manapun mereka berada, apalagi di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Suatu kenaifan dalam berfikir jika ada anggota umat Islam yang mengusung, mendukung, dan memilih orang lain menjadi pemimpin dirinya, keluarganya, temannya,  dan negerinya, pemimpin tersebut tentu akan membuat kebijakan nasional tidak sesuai dengan syariat Islam bidang kenegaraan.

Syariat Kenegaraan Adalah Hadiah Umat Islam Untuk NKRI Supaya Menjadi Banga yang Maju, Berakhlak Mulia,  Sejahtera, dan Berkeadilan

Islam itu agama yang membawa rahmat. Artinya jika syariat Islam diterapkan dalam kehidupan nyata maka masyarakat seplural apapun akan memperoleh kemuliaan sebagai bangsa karena akan berakhlak mulia, sejahtera, dan berkeadilan. Itulah yang dicontohkan Rasulullah, bagaimana mengubah masyarakat plural di Makkah yang rusak secara sosial, berubah menjadi masyarakat yang beriman dengan benar, berbudi luhur, sejahtera, dan mercusuar dunia.

Agama Islam baru bisa mewujudkan rahmat pada kemanusiaan dan alam jika tuntunan Allah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tuntunan Allah yang mana yang mampu mengubah suatu society? Apa tuntunan ritual, tuntunan amal sosial? Bukan. Rasulullah baru bisa membawa kemuliaan dan kesejahteraaan bagi society-nya yang plural setelah beliau menerapkan tuntunan  Islam bidang kenegaraan, tatkala sudah menjadi pemimpin formal Madinah yang plural penduduknya.

Hanya tuntunan syariat kenegaraan yang bisa mengubah kondisi bangsa-negara. Itu adalah sunnatullah. Jangan berfikir bisa mengubah kondisi bangsa dengan hanya beritual (sendiri maupun beramai bersama-sama) atau beramal sosial saja karena amat tidak rasional,  bertentangan dengan sunnatullah. Beritual dan beramal sosial itu ranah individu yang hanya berperan sebagai target antara untuk menerapkan syariat kenegaraan yang mampu mengubah masyarakat menjadi baldatun thoyyibah. Perubahan sosial itu perlu proses dan proses sosial itulah yang harusnya diikuti umat Islam jika memang bermaksud membawa kemuliaan bagi negerinya, tidak sekadar berislam secara egoistik, ingin hidup di dunia kaya, terhormat, tenar, berkuasa, dan matinya masuk surga. Itu misi egoistik dalam berislam, bukan mencontoh Nabi yang berjuang sepanjang hayatnya untuk menyelamatkan dan menyejahterakan kehidupan masyarakat, umat manusia.

Bagaimana proses untuk bisa mencapai tujuan mulia, berislam untuk kemajuan society, bukan berislam yang egoistik, untuk kepentingan pribadi semata? Menjadikan Islam itu rahmat bagi kemanusiaan dan alam semesta?

Oleh : Fuad Amsyari, Ph.D
(Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat)

Lanjutan baca Hizbullah, Partai Islam, Adalah Instrumen Menggapai Kemuliaan dan Kesejahteraan Umat dan Bangsa (2)

Lanjutan baca Hizbullah, Partai Islam, Adalah Instrumen Menggapai Kemuliaan dan Kesejahteraan Umat dan Bangsa (3)


*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment