Suaramuslim.net – Belum lama ini, seorang kawan lama dari BIN, yang mengais rupiah sebagai benteng rezim, membagikan tulisan tentang barisan ulama di sekeliling penguasa. Ada 10 nama dari tokoh umat yang diklaim sebarisan dengan tuannya. Ini belum termasuk seorang ketua umum partai Islam yang beberapa hari ini mengejutkan banyak muslimin karena masuk sebagai tim pendukung rezim. Fakta ini, dalam tulisan tersebut, ditarik serangan halus bahwa hal semacam ini tidak didapatkan di kubu sebelah.
Kawan itu lupa mengukur akurasi tulisan yang dibagikannya: jika ukurannya keulamaan dan sekaligus kepopuleran, ada banyak nama yang bisa di atas angka 10. Bila popularitas yang menjadi patokan, ini malah tidak berkorelasi dengan kualitas kepemimpinan dari tuannya. Sesat pikir. Lupa juga dia bahwa yang menjadi kawan penguasa dan memengaruhi tuannya adalah orang-orang yang bukan ulama. Ulama bersepuluh dipakai sebagai tameng belaka.
Sama halnya ketika tulisan yang dibagikannya memuat dialog capaian penguasa bagi umat Islam. Ini pun tidak memadai untuk melegitimasi pedulinya sang tuannya dengan muslimin kebanyakan. Maqashid syari’ah tidak dijalankan dengan serius, selain parsial yang untungkan citra diri dan kelompoknya.
Dengan logika lemah saja sekelas telik sandi bisa lalai, walau entah apakah karena demi mencari muka atau karena alasan lain, akan mudah adanya tindakan blunder hanya demi membaguskan citra sang tuan. Dan celaka kalau ini jadi modus konsisten di kalangan intelijen kita semata-mata karena mencari muka ke rezim. Padahal, ada cacat logika dasar.
Takutnya adalah tindakan semena-mena muncul hanya demi langgengnya kekuasaan. Tidak peduli kebenaran dan akurasi fakta yang dibagikan. Komitmen untuk menjadi intelijen profesional yang mengabdi pada negara patut diragukan. Sebab, yang mencuat hanyalah langkah pragmatis membela penguasa yang mengucuri dana padanya.
Alhasil, tak heran bila beberapa hari belakangan muncul berita soal rekayasa penangkapan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi lantaran ada “permainan kotor” intel Jakarta. Kabar yang edar di WhatsApp, 4 nama intel terbang ke Saudi demi menjalankan operasi menjebak Shihab. Tujuannya: mengesankan ke otoritas Saudi bahwa Shihab ini pendukung ISIS. Maka, pelbagai langkah taktis disiapkan.
Sayangnya, operasi tersebut tidak cukup rapi. Banyak yang menduga dan membaca dengan data yang ada mampu menarik curiga bahwa pemanggilan terhadap Shihab oleh aparat Saudi, tidak lebih ada jebakan. Ini kecerobohan yang mestinya tidak patut terjadi. Dan ini kuatkan kesan bahwa alat negara semisal BIN bekerja dengan isu dan sangkaan.
Sebaran “fakta” oleh kawan saya ataupun tindakan intel di Saudi seyogianya memperlihatkan langkah ceroboh. Dan di sisi lain, ini perlihatkan kadar profesionalisme mereka yang ditepikan di bawah penghambaan pada penguasa. Tak heran logika dan fakta cacat saja dipakai.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net