Istikharah dan Istisyarah, Salah Satu Atau Beriringan?

Istikharah dan Istisyarah, Salah Satu Atau Beriringan?

Istikharah dan Istisyarah, Salah Satu Atau Beriringan
Ilustrasi perempuan menghadapi beberapa pilihan. (Ils: Vaishnave Senthil/Dribbble)

Suaramuslim.net – Kata Istikharah sering dihubungkan dengan urusan mencari jodoh, seperti halnya kata taaruf yang selalu membuat hati para singlelillah dag dig dug berdesir. Karena dua hal ini adalah awal dan akhir dalam proses menentukan pilihan untuk mencari jodoh dalam agama Islam.

Istikharah adalah tuntunan bagi mukmin ketika harus mengambil keputusan dan menentukan pilihan. Masalah yang dijalani dalam keseharian diibaratkan sebagai ujian yang harus dihadapi sebagai jalan untuk meningkatkan keimanan dalam hati, atau dinilai sebagai teguran dari Allah atas kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Dalam menghadapi masalah dan melakukan proses mencari jalan keluar, berupa petunjuk dari Allah, orang memiliki caranya masing-masing. Salah satunya Istikharah.

Biasanya dilakukan untuk mendapatkan suatu petunjuk atau sesuatu yang berkenaan ke depannya atau sebagai pereda sedikit masalah. Istikharah sendiri adalah salat memohon kebaikan dari Allah oleh seseorang yang akan melakukan satu perkara yang sedang dihadapi. Ia sebuah untaian permohonan dan keinginan untuk mendapatkan hal yang terbaik dengan merendahkan diri dihadapan Allah.

Banyak orang memahami, mungkin juga saya dan kamu, bahwa jawaban petunjuk yang kita mohon dalam istikharah, selalu melalui mimpi. Padahal tidak semua mimpi adalah baik dan memiliki makna.

Rasulullah bersabda,
“Mimpi itu ada tiga macam ; bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR Bukhari).

Jika seseorang mimpi pada kategori yang pertama, maka mimpi ini tak perlu diceritakan apalagi ditafsirkan.

Rasulullah bersabda, “Apabila setan mempermainkan salah seorang dari kalian di dalam tidurnya, maka janganlah dia menceritakannya kepada orang lain.” (HR Muslim)

Demikian juga mimpi pada kategori yang kedua, mimpi buruk yang selalu teringat bisa jadi pertanda keburukan. Maka hendaklah si pemimpi menahan diri untuk menceritakannya kepada orang lain.

Sedangkan mimpi pada kategori yang ketiga, mengindikasikan kebenaran. Mimpi yang baik dan menggembirakan inilah yang patut diceritakan dan dimintakan penakwilannya kepada orang salih.

Jadi, jawaban dari istikharah tidak harus mimpi, kan? karena bisa jadi setan mempermainkan hati manusia yang berbolak balik hingga ke dalam mimpi. Naudzubillahimindzalik. Jawaban dari istikharah juga bisa melalui kemantapan dalam hati serta kemudahan jalan yang Allah berikan dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan.

Dalam tahap inilah, istikharah perlu didampingi dengan Istisyarah.
Istisyarah adalah memperbincangkan dan mengumpulkan pendapat untuk memudahkan kita membuat keputusan terhadap suatu perkara. Dalam melakukan prosesnya, kita perlu bijak memilih seseorang sebelum meminta pandangan. Sebaiknya mengutamakan pandangan orang yang selalu membersamai kita, seperti halnya orang tua, guru, atau orang yang arif dan bijaksana dalam menanggapi suatu masalah, dan matang dalam berpikir.

Istikharah dianjurkan diimbangi dengan istisyarah. Dengan istisyarah akan ada pendapat-pendapat yang membantu memberi perspektif yang lebih luas dari pandangan kita yang terbatas.

Istikharah dan istisyarah saling melengkapi beriringan. Lalu putuskan dengan berhati-hati dengan diniatkan untuk mencari rida Allah. Bismillah. Biidznillah. Semoga Allah selalu membersamai kita dalam setiap masalah atau perkara yang harus kita selesaikan, dan pilihan yang harus kita tentukan.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment