Suaramuslim.net – Terkadang ada manusia yang susah untuk move on, karena tersandera dosa-dosa yang telah dilakukannya dimasa lalu.
Berharap untuk meningkatkan kualitas ibadahnya supaya semakin dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala namun ketika ia mengingat dosa-dosa di masa lalunya yang begitu kelam dan gelap, dia menganggap dirinya paling kotor, hina dan Allah tidak akan menerima dirinya serta tidak memberikan nadzrah (pandangan rahmah) kepadanya.
Itu adalah sikap putus asa terhadap rahmat Allah dan merupakan tipu daya setan agar manusia berpaling dari Allah dengan berburuk sangka kepada-Nya, padahal rahmat Allah subhanahu wa ta’ala sangatlah luas dan agung.
Bukankah Allah telah memberikan berita gembira kepada para pelaku dosa untuk tidak putus asa.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya: “Katakanlah hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar: 53)
Perhatikan ayat tersebut. Pelaku dosa dipanggil mesra oleh Allah dengan panggilan “Hai hamba-hambaku….”. Bukan dengan panggilan “Hai orang yang berdosa…”.
Dan di dalam ayat tersebut pula, diminta untuk tidak putus asa dengan kasih sayang Allah. Karena Allah telah mengampuni dosa apapun dan semuanya. Kasih sayang Allah lebih besar dari dosa yang dilakukan hamba-hamba-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَضَى الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِى سَبَقَتْ غَضَبِى
Artinya: “Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di sisinya di atas arsy-Nya, sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului/mengalahkan kemurkaan-Ku”. (Al Bukhori)
So… jangan putus asa dengan rahmat-Nya yang luar biasa, selama pelaku dosa menjalankan taubat nasuha. Yang menurut Imam An Nawawi ada tiga syarat yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya apabila maksiat yang dilakukan adalah urusan antara manusia dan Allah yaitu,
- Meninggalkan perilaku dosa tersebut;
- Menyesali perbuatan yang telah dilakukan;
- Tidak melakukannya lagi selamanya.
Hal-hal yang menyebabkan diterimanya taubat
Karena jika pelaku dosa sudah merasakan hal dibawah ini, sungguh rahmat Allah berupa diterimanya taubatnya itu sudah terjadi;
1. Keinginan kuat dalam jiwanya untuk tidak terbukanya aib dosa itu kepada orang lain. Cukup sudah rasa malu kepada Allah dan dirinya telah berbuat dosa itu, jangan ditambah malu dengan tersingkapnya dosa itu kepada yang lain.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan:
إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Sesungguhnya Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Dia akan meletakkan tirai-Nya padanya dan menutupinya. Kemudian Allah mengatakan: “Apakah engkau mengetahui dosa(mu) ini, apakah engkau mengetahui dosa(mu) ini?” Orang mukmin itu mengatakan: “Ya, wahai Rabb-ku”. Sehingga, jika Allah telah menjadikan orang mukmin itu mengakui dosa-dosanya, dan dia melihat dirinya pasti akan celaka, Allah berfirman: “Aku telah menutupinya padamu di dunia, dan sekarang Aku akan menghapusnya untukmu pada hari ini (Kiamat)”. Kemudian buku kebaikannya-kebaikannya diberikan kepadanya. Adapun orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi mengatakan: “Mereka ini orang-orang yang mendustakan Rabb mereka. Ketahuilah, laknat Allah menimpa orang-orang yang zhalim”. [HR. Bukhari, no. 7514; Muslim, no. 2768].
Sungguh, ditutupinya kesalahan seseorang, tidak tersebarnya hal tersebut di dunia dan di akhirat, merupakan rahmat dan kenikmatan dari Allah. Dan itu tanda diterimanya taubah dan dimaafkan segala dosanya.
Coba ambil pelajaran kasus Ma’iz bin Malik (riwayatnya panjang kisahnya), yang akhirnya mengungkapkan perzinahannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan berujung kepada dirajamnya beliau sampai wafat. Dan yang luar biasa, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyesalkan kenapa ia harus melaporkan perzinahannya itu kepada dirinya (yaitu kepada Nabi). Seolah dari kisah Ma’iz ini, andai itu disimpan sebagai rahasia dirinya dan dengan tetap bertaubah kepada Allah, itu jauh lebih baik.
2. Keyakinan bahwa Allah menyayanginya karena taubat dan penyesalan yang mendalam dari dirinya.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Albaqarah [2]: 222)
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas”. (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747)
Bahkan begitu senangnya Allah dengan taubat hambanya, sehingga andai tidak ada lagi orang yang bertaubat di muka bumi ini, maka Allah akan menciptakan makhluk yang berbuat dosa kemudian melakukan taubat;
لَوْ أَنَّ الْعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا لَخَلَقَ اللهُ الْخَلقَ يُذْنِبُوْنَ ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ رَواه الْحَاكِمُ
“Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa, tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian mengampuni mereka”. (Al Hakim)
3. Bersemangat selalu untuk melakukan kebaikan. Inginnya ibadah saja, ingin selalu beraktivitas yang baik. Ini karena rahmat Allah yang mengganti dosanya dengan kebaikan-kebaikan dalam aktivitas hidupnya.
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Furqan [25]: 70)
4. Merasakan kebahagian hidup, ketenangan batin.
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya”. (QS. Hud [11]: 3)
Namun, jika hati tetap merasa galau ditengah tengah taubat yang dilakukan denga tulus kepada-Nya, itu bukan berarti taubat tidak diterima, tapi itu lebih sebagai ;
1. Tipu daya setan dengan mempermainkan pikiran kita! Agar diri ini jauh dari rahmat-Nya karena susah untuk move on kepada Allah. Waspadalah!
2. Atau memang Itu proses menuju kepada ketenangan, yang terkadang membutuhkan waktu. Wallahu ‘Alam
*Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya