Suaramuslim.net – “Membuat barang berkualitas internasional itu pekerjaan besar. Meletakkan barang pada tempatnya itu pekerjaan kecil. Kita tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan besar, jika pekerjaan kecil saja kita tidak bisa melakukannya.” Begitulah kalimat yang disampaikan berulang-ulang oleh seorang atasan ketika saya masih menjadi karyawan di sebuah perusahaan multinasional beberapa tahun lalu.
Bagi sebagian orang kalimat di atas terasa mengada-ada. Tidak heran sebagian orang agak kesulitan menerima atau bahkan menolak pernyataan itu. Bagi mereka kedua hal itu tidak berhubungan. Mengatur segala hal, terutama hal-hal kecil, itu terasa ribet. Maka, banyak orang-orang yang melakukan tindakan semaunya tanpa memperhatikan aturan dan etika.
Tetapi yang harus disadari adalah bahwa semua orang menjalani kehidupan dengan kebiasaan. Sebagian besar kegiatan yang kita lakukan adalah karena kebiasaan. Ini selaras dengan peribahasa yang sering kita dengar “Ala bisa karena biasa”. Jika terbiasa melakukan hal-hal kecil dengan teratur, maka setiap pekerjaan juga akan kita lakukan dengan teratur. Orang-orang yang biasa melakukan pekerjaan di rumah dengan rapi pasti akan menunjukkan perilaku yang sama di kantor atau di lingkungan lain. Kebiasaan akan terbawa di mana saja seseorang berada.
Catatan riwayat hidup orang-orang yang berprestasi besar menunjukkan hal yang sama. Mereka semua bisa mencapai itu karena telah melatih banyak kebiasaan baik di hari-hari sebelumnya. Mereka melatih kedisiplinan dalam tindakan-tindakan yang sekecil apapun. Tindakan-tindakan kecil yang terus menerus dilakukan dengan disiplin itulah yang kemudian memandu mereka untuk bisa melakukan tindakan besar yang lain.
Jauh-jauh sebelumnya Rasulullah saw telah berpesan kepada kita tentang pentingnya melakukan perbuatan baik secara kontinyu meskipun sedikit.
Dari ’Aisyah ra, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim)
Itulah mengapa bangsa-bangsa yang maju sangat peduli dengan pendidikan kebiasaan baik pada anak-anak. Sekolah-sekolah mereka mengajarkan kebiasaan baik dimulai dari yang kecil-kecil. Para orangtua di negara-negara maju akan risau jika anak-anak mereka tidak bisa membuang sampah pada tempatnya. Mereka juga galau jika anak-anak mereka tidak bisa menyeberang jalan pada tempat yang sudah ditentukan. Kebiasaan-kebiasaan baik yang kecil ini adalah cikal bakal kebiasaan baik yang lain.
Menjadi lebih jelas mengapa kita menjadi bangsa terbelakang. Salah satu sebabnya adalah karena kita tidak pernah belajar melakukan tindakan-tindakan baik dari yang terkecil. Betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak mau membuang sampah pada tempatnya. Sangat mudah menemukan di negara kita orang-orang yang tidak mau menyeberang jalan di zebra cross atau jembatan penyeberangan. Dan masih banyak hal-hal kecil lain yang tidak bisa dilakukan dengan baik dan benar. Maka, sepertinya harapan untuk memiliki sebuah negeri yang maju dan makmur masih jauh panggang dari api, karena membangun negeri yang maju itu pekerjaan besar.
Sebagai bagian terbesar dari bangsa ini, sudah seharusnya ummat Islam menjadi pelopor bagi perbaikan negeri. Salah satu caranya adalah dengan memulai untuk melakukan perbuatan baik dari yang kecil-kecil. Percayalah setiap orang yang melakukan perbuatan baik tidak akan pernah rugi. Justru mereka akan mendapatkan perbaikan kehidupannya di masa yang akan datang. Bukankah Al-Quran sudah menegaskan hal itu.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (perbuatan baik), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik….” (QS. An-Nahl – 97)
So, mari terus melakukan perbuatan baik meskipun kecil, karena itulah jalan menuju tercapainya negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.
Kontributor: Awang Surya*
Editor: Oki Aryono
*Penulis dan motivator spiritual