Jelang Akhir Pemberangkatan, PPIH Surabaya Fokus Kesehatan Jemaah

Jelang Akhir Pemberangkatan, PPIH Surabaya Fokus Kesehatan Jemaah

Jemaah calon haji saat minum air di Makkah, foto: Dok. Istimewa

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Musim pemberangkatan Jamaah Calon Haji (JCH) Embarkasi Surabaya akan segera berakhir. Kloter 81, 82, dan 83 sudah berhasil diberangkatkan menuju Bandar Udara Internasional Juanda pada Ahad (4/8) untuk selanjutnya diterbangkan ke Arab Saudi. Artinya tersisa kloter 84 dan 85 yang berada di Embarkasi Surabaya.

Jamal, selaku Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya mengaku segenap panitia semakin konsentrasi dengan kondisi kesehatan JCH.

Menurutnya di hari-hari akhir pemberangkatan, kesempatan untuk memulihkan kesehatan JCH semakin menipis.

“Bidang kesehatan sangat memantau betul kondisi JCH ini, jangan sampai mereka ditunda hingga tahun depan,” terang Jamal.

Di samping itu, Acub Zaenal Amoe selaku wakil kepala bidang kesehatan PPIH Embarkasi Surabaya menegaskan bahwa pihaknya selalu berkoordinasi dengan petugas kesehatan di daerah.

“Tidak hanya skrining yang sudah dilakukan, penanganan terhadap hasil skrining JCH itupun sudah dilakukan di daerah. Dari hasil skrining itu dapat diketahui kondisi JCH tersebut mampu atau tidak,” ujar Acub.

Acub memaparkan terdapat empat jenis istitoah (mampu). Keempat tersebut meliputi istitoah murni, istitoah dengan pendampingan, tidak istitoah sementara, dan tidak istitoah.

Dari keempat jenis istitoah itu, menurut Acub yang bisa diberangkatkan ialah istitoah murni dan pendampingan.

“Bidang kesehatan memastikan dua hal. Apakah yang bersangkutan itu berstatus fitness for air travel (kelayakan terbang), serta memiliki dokumen kesehatan (KKJH yg didalamnya ada ICV/bukti vaksinasi yang valid atau tidak). Kalau tidak memiliki salah satu bahkan keduanya, maka tidak bisa kita terbangkan,” papar Acub.

Selanjutnya Acub juga menerangkan, secara garis besar terdapat empat kategori penilaian layak terbang.

Pertama, memiliki penyakit menular atau tidak. Kedua, penyakit yang berhubungan dengan kadar oksigen rendah. Ketiga, penyakit yang semakin memburuk dengan ketinggian, dan terakhir penyakit yang berpotensi mengganggu proses penerbangan seperti dimensia berat atau gangguan psikiatri akut lainnya.

“Harus dipahami, bahwa setiap JCH yang kita terbangkan itu laik terbang sampai Arab Saudi, namun ketika berada di sana tentu kondisi kesehatan sangat dinamis. Bisa saja JCH yang semula sehat, ketika di sana justru sakit karena kurang minum (dehidrasi), heat stroke dan sebagainya,” terang Acub.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment