Suaramuslim.net – Bagi orang-orang yang melaksanakan puasa Syawal sejak tanggal 2 lalu, kata orang Madura hari ini adalah hari terakhir sebelum atellas topak, lebaran ketupat.
Catatan ini bukan tentang atellas topak, tapi tentang perempuan-perempuan yang pernah ada di zaman Rasulullah dan turut turun ke medan perang, benar-benar perang, seperti Nusaibah binti Kaab dari Bani Najjar di Madinah. Beliau pernah ada di banyak peristiwa seperti Baitul Aqabah II, Perang Uhud, Perang Hunain, Perang Yamamah dan di Perjanjian Hudaibiyah.
Bahkan di Perang Uhud, Nusaibah binti Kaab adalah salah satu sahabat Rasulullah yang melindungi Rasulullah. Beliau seperti perisainya Rasulullah. Menderita 12 luka di Perang Uhud.
Perempuan lainnya adalah Khaulah binti Azur, si ahli pedang dan tombak. Khaulah menjadi anggota pasukan perang Khalid bin Walid kala berperang melawan Romawi dan saat Perang Yarmuk. Ketangkasan Khaulah binti Azur memukau seluruh pasukan Panglima Khalid bin Walid dan tentunya mendongkrak semangat juang mereka.
Adapula Sayyidah Rafidah dokter perang perempuan pertama dalam Islam. Berikutnya istri Khalid bin Walid, Ummi Tamim dan Asma binti Abu Bakar yang bertugas di bagian persenjataan.
Perempuan lainnya adalah Hindun binti Utbah. Meskipun berada di garda belakang pasukan perang, Hindun berteriak memekikkan semangat juang mereka, bahkan suaminya Abu Sufyan diteriaki.
“Wahai Putra Shakhr… Kembalilah ke medan perang! Berjuanglah hingga titik penghabisan agar engkau dapat menebus masa lalumu saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah!”
🌹🌹🌹
Itulah beberapa profil perempuan hebat di Zaman Rasulullah di medan perang. Perang yang sesungguhnya.
Bagaimana konteks kekinian dari para perempuan hebat masa kini? Lalu dari manakah para perempuan bisa menemukan ladang jihad dan arena pertempuran yang akan mengantarkannya ke surga kelak? Bagaimana cara para perempuan ini memainkan pedang dan tombaknya untuk dihujamkan ke dada para musuh-musuh Islam??
Ladang pertempuran jihadnya perempuan kekinian lebih luas dan mendalam. Bahwa tidak bisa menggantikan pahala syahid di medan perang, tetap saja membutuhkan energi dan pemikiran yang mendalam.
Maka berjuang di ladang pertempuran masing-masing dengan upaya terbaik dan membersihkan niat, lillahi ta’ala, benar-benar berharap hanya pada Allah adalah salah satu cara para perempuan ini untuk mengetuk pintu surga yaitu babul jihad, pintu jihad.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menuturkan, seorang perempuan datang kepada Rasulullah seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah duta kaum perempuan untuk menghadapmu. Tidak ada seorang perempuan di antara mereka, baik yang mengerti maupun tidak mengerti, melainkan dia akan merasa senang dengan kehadiranku di hadapanmu.”
“Allah adalah Tuhan kaum laki-laki dan perempuan, sedang engkau adalah Rasul Allah kepada kaum laki-laki dan perempuan. Jihad telah diwajibkan kepada kaum laki-laki. Jika menang, mereka akan kaya. Jika gugur sebagai syahid, mereka tetap hidup di sisi Tuhannya. Lalu, adakah di antara amal-amal kaum perempuan yang mampu menandingi hal itu?”
Rasullah menjawab dengan tersenyum, “Menaati suami dan mengetahui hak-hak mereka (dapat menyamai jihad di jalan Allah), tetapi sedikit dari kalian yang melakukannya.” (Ath-Thabrani).
Inilah ladang jihadnya perempuan kekinian. Wallahu a’lam.
Salam takzim
Evi Sufiani
Mantan Ketua Korps HMI Wati/KOHATI BADKO Jatim periode 1997-1999