SURABAYA (Suaramuslim.net) – Ada yang berbeda dengan panas terik Surabaya siang ini (14/4). Sebuah sepeda tua tampak berhenti cukup lama di depan kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Timur. Pengemudinya tampak membawa boks di belakang bonceng sepedanya.
Berdiri cukup lama sekitar 10 menit. Sebuah pemandangan yang tak seharusnya di tengah imbauan pembatasan sosial yang sedang digalakkan. Namun sepertinya faktor kebutuhan hidup tak bisa menunggu kata nanti untuk dipenuhi.
Pengemudi sepeda itu diketahui bernama Pak Nasrul, sambil malu-malu ia memperkenalkan diri kepada tim ACT Jatim. Profesinya sebagai guru privat ngaji dan bahasa Arab, tetapi di tengah pandemi begini ia terpaksa berhenti mengajar. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama istri dan kedua anaknya, ia biasanya menjajakan sari kedele sehari-hari. Karena pelanggan sepi, ia kemudian menjajakan jamu keliling dengan harapan masyarakat banyak yang membeli dagangannya.
Adapun jamu yang dijulai mulai sinom, temulawak, jahe merah, dan kunir asem.
Dampak ekonomi akibat corona ini juga dirasakan Pak Nasrul, penghasilannya menurun. Hari-hari semakin sulit, seperti hari ini ia menuturkan terpaksa berutang ke tetangga karena token listrik sudah menunjukkan tanda minta diisi segera.
Sahabat dermawan, bukan hanya Pak Nasrul yang tak bisa di rumah saja. Ada nasib keluarga prasejahtera lainnya yang menanti gerak tangan kita, yuk terus bantu saudara kita yang terdampak wabah virus corona dengan mengirimkan bantuan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pangan harian mereka melalui sedekahmu.
Salurkan sedekah terbaikmu melalui platform indonesiadermawan dari ACT.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir