JAKARTA (Suaramuslim.net) – Salah satu yang menarik dalam pelaksanaan Asian Para Games (APG) 2018 adalah pemberian tiket gratis kepada para penyandang disabilitas. Disiapkan kuota 2.500-5.000 tiket gratis yang diserahkan ke Kementerian Sosial (Kemensos) untuk dikelola khusus bagi penyandang disabilitas.
Hal ini disampaikan Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos Edi Suharto dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) dengan tema “APG 2018: Pesta Kemanusiaan dan Kesetaraan” di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Senin (1/10).
“Penyaluran tiket gratis ini memang merupakan salah satu tugas kami, Kemensos. Di pembukaan disiapkan kuota 2.500 tiket. Jumlah itu merupakan 10 persen dari tiket yang dijual,” jelas Edi.
Tiket yang jumlahnya besar, menurut Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos, tetap ada di Inapgoc. Sementara, setiap hari di pertandingan ada 5.000 tiket yang diberikan untuk para penyandang disabilitas.
“Karena ini merupakan isu yang sangat sensistif, pendistribusian bisa lebih merata melalui organisasi-organisasi disabilitas. Sehingga, untuk bisa ikut ya harus ikut dulu ke organisasi disabilitas,” ujar Edi.
Misalnya, lanjut Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos ini, ada 100 yang ingin menonton, akan diverifikasi terlebih dahulu. Kalau sudah pas, Kemensos akan memberikan sesuai permintaan.
Untuk itu, menurutnya kita harus selalu siap dan tegas. APG 2018 ini membawa pesan yang jelas, soal kesetaraan dan harus berdaya dalam hal dan kondisi apapun. Selain, APG 2018 juga merupakan ajang prestasi.
“Karena ternyata, kemampuan para penyandang disabilitas juga memiliki prestasi yang terkadang lebih dari kita yang normal. Saya pernah mengalami langsung bertanding tenis meja dengan penyandang disabilitas dan saya mengalami kesulitan bertanding dengan mereka,” ungkap Edi.
APG 2018, lanjut Edi, memberikan semangat untuk semuanya bahwa kita harus empati untuk semua. Untuk mobilitas para penyadang disabilitas, ada verifikasi terlebih dahulu.
“Di setiap venue ada pendamping relawan dan lainnya. Di APG ini ada 8.000 relawan. Kita telah memberikan ToT kepada para relawan. Ini bagian dari Inapgoc, bagaimana melayani para penyandang disabilitas, karena ada etika-etika tertentu yang harus diketahui oleh para relawan,” ulas Edi.
Edi memberikan contoh, berinteraksi dengan para penyandang disabilitas yang berkursi roda, harus sejajar pandangan mata. “Kalau menyentuh tubuhnya, kita harus meminta maaf kepada mereka. Itu salah satu contohnya,” ujar Edi.
Sementara, untuk wartawan, juga ada kekhususan. “Contoh untuk pendengar tuna netra, kita harus memberikan deskripsi sangat jelas. Ini yang disebut dengan kebutuhan-kebutuhan khusus,” pungkas Edi.
Reporter: Ali Hasibuan
Editor: MUhammad Nashir