Kemurkaan Allah Tak Tertahankan

Kemurkaan Allah Tak Tertahankan

Ilustrasi petir yang menyambar. Ils: tazkiyatuna.com

Suaramuslim.net – Al-Qur’an memaparkan dihancurkannya kaum Luth yang disebabkan oleh perilaku sodomi.

Allah memang murka atas perbuatan zina yang dilakukan manusia, namun kemurkaan Allah terhadap kaum Luth jauh lebih besar. Sedemikian besarnya murka Allah, hingga kaum Nabi Luth itu harus dimusnahkan hingga tak berbekas. Allah membalik bumi tempat tinggal mereka.

Kalau murka Allah terhadap mereka yang melakukan zina, hanya sebatas dihukum cambuk atau maksimal dirajam. Namun dalam kasus kaum Sodom ini, Allah murka hingga jejak mereka ingin dihapuskan dari muka bumi ini.

Kemarahan Allah ini pantas dilampiaskan, mengingat perbuatan kaum Sodom bukan hanya menyalahi fitrah, tetapi jelas akan menghentikan keberlangsungan generasi. Bila kaum ini dibiarkan hidup, maka dalam waktu tertentu, generasi Sodom ini akan musnah dengan sendirinya. Karena tidak ada lagi yang lahir atau melahirkan keturunan.  

Murka Allah dan pemusnahan kaum Nabi Luth

Kemurkaan Allah terhadap kaum ini hingga luluh lantak menunjukkan kemarahan yang sangat besar kepada perilaku menyimpang. Mereka menyalurkan syahwat pada sesama jenis, dan tak memiliki gairah kepada lawan jenis. Kalau perzinaan yang dilakukan oleh seseorang yang belum menikah dengan hukuman cambuk, dan rajam bagi yang sudah menikah. Namun kemarahan Allah terhadap kaum ini dilampiaskan dengan memusnahkannya.

Murka Allah ini bisa dilihat dari hukuman yang ditimpakan sedemikian dahsyat, sebagaimana firman-Nya:

فَلَمَّا جَآءَ أَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمۡطَرۡنَا عَلَيۡهَا حِجَارَةٗ مِّن سِجِّيلٖ مَّنضُودٖ

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar.” (Hud: 82).

Kemarahan Allah yang tak mungkin ditahan ini ditunjukkan dengan mengutus malaikat untuk menghancurleburkan.

Sedemikian dahsyat hukuman ini, Allah memerintahkan Nabi Luth dan pengikutnya untuk pergi menjauh dari tempat tinggalnya. Hal ini agar Nabi Luth dan pengikutnya terlepas dari bencana dahsyat itu.

قَالُواْ يَٰلُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوٓاْ إِلَيۡكَۖ فَأَسۡرِ بِأَهۡلِكَ بِقِطۡعٖ مِّنَ ٱلَّيۡلِ وَلَا يَلۡتَفِتۡ مِنكُمۡ أَحَدٌ إِلَّا ٱمۡرَأَتَكَۖ إِنَّهُۥ مُصِيبُهَا مَآ أَصَابَهُمۡۚ إِنَّ مَوۡعِدَهُمُ ٱلصُّبۡحُۚ أَلَيۡسَ ٱلصُّبۡحُ بِقَرِيبٖ

“Mereka (para malaikat) berkata, “Wahai Luth! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (Hud: 81).

Upaya menghidupkan perbuatan keji

Perbuatan kaum Sodom ini tidak serta merta hilang, tetapi justru tumbuh pesat saat ini. Hal ini bisa dilihat dari generasi yang justru berjuang untuk memperjuangkan eksistensinya. Mereka menganggap bahwa perbuatan ini dianggap perbuatan biasa dan merupakan kebebasan manusia. Atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) mereka berupaya keras agar perbuatan diakui sebagai bentuk ekspresi kebebasan manusia modern.

Allah menunjukkan bahwa pada kaum homoseksual tidak hanya hilangnya adab kemanusiaan tetapi kosongnya nilai ketuhanan.

Hilangnya adab karena para pelaku Sodom ini, ketika melakukan hubungan sesama jenis dilakukan di tempat-tempat terbuka dan dilakukan secara massif. Ini jelas tanpa memperhatikan norma dan adab sebagai manusia.

Sementara hilangnya nilai ketuhanan karena mereka memutus mata rantai kehidupan. Dengan persetubuhan sesama jenis mereka menghilangkan kehendak Allah yang membuat manusia menyembah kepada-Nya. Dengan hilangnya generasi ini maka musnah pula keberadaan manusia.

Perbuatan sesama jenis ini bukan hanya keji tetapi menunjukkan akal mereka terbalik. Apa yang mereka lakukan memberikan rasa kurang nyaman, risih tetapi melahirkan ketakutan dan kekhawatiran bagi anggota masyarakat yang lain.

وَجَآءَهُۥ قَوۡمُهُۥ يُهۡرَعُونَ إِلَيۡهِ وَمِن قَبۡلُ كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ هَٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطۡهَرُ لَكُمۡۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُخۡزُونِ فِي ضَيۡفِيٓۖ أَلَيۡسَ مِنكُمۡ رَجُلٞ رَّشِيدٞ

“Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata, “Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?” (Hud: 78).

Perjuangan kaum homo ini semakin kuat karena mereka didukung oleh para pengejar kesenangan duniawi dan popularitas. Para cendekiawan dan pegiat HAM terus melakukan pembelaan dengan berbagai alasan. Di antara alasan yang mereka ajukan adalah memperjuangkan nilai-nilai kebebasan yang seharusnya dihargai oleh sesama manusia.

Mereka lupa atau tidak tahu menahu bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya menanamkan keresahan tetapi melahirkan rasa ketakutan masyarakat, anak-anak mereka akan terjerumus mengikuti jejak mereka.

Sangat pantas dan logis apabila Allah tak bisa menahan kemurkaan-Nya, dan menghancurkan generasi Sodom ini. Tersebarnya perilaku Sodom bukan hanya menabrak norma dan aturan sosial sesama manusia, tetapi menghilangkan misi ketuhanan.

Misi ketuhanan adalah menjadikan manusia sebagai khalifah. Dengan tersebarnya perilaku homo ini akan memutus lahirnya generasi yang akan menjadi pemimpin di dunia ini.  

Surabaya, 20 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment