Suaramuslim.net – Panglima Besar Jenderal Soedirman dikenal memiliki kesaktian saat menghadapi penjajah. Kemampuannya mengolah ilmu kedigdayaan diakui sebagai salah satu kelebihannya. Perhitungannya matang, tepat, dan akurat, hingga membuat decak kagum orang-orang dekatnya.
Hal ini juga dinyatakan oleh sejarawan, Anhar Gonggong yang juga menjadi Guru Besar Universitas Indonesia. Menurutnya, tanpa semangat juang Jenderal Soedirman, mungkin Indonesia masih berada di bawah bayang-bayang penjajahan Belanda. Jiwa patriotisnya dan semangat juangnya, berhasil membawa Indonesia sebagai negara yang diakui kemerdekaannya di Internasional.
Semasa kecilnya, Jenderal Soedirman memang telah dipupuk menjadi anak yang taat kepada ajaran agamanya. Hingga dia mulai menjajaki dunia pendidikan, Soedirman muda sangat aktif dalam mengikuti pelbagai kegiatan ekstrakurikuler. Sampai kemudian beliau menjadi seorang guru di sekolah Muhammadiyah.
Ia juga mengatakan, bahwa selain dikenal dengan sosok patriot dan taat pada agamanya, Jenderal Soedirman juga dikenal dengan seorang jenderal yang merakyat. Hal ini menurut Anhar karena tentara Indonesia memang dibentuk dan lahir dari rakyat. “Pak Dirman merakyat karena memang asalnya dari rakyat. TNI kita ini membentuk dirinya sendiri tidak dibentuk oleh orang lain,” ungkap Anhar.
Jendral Soedirman, Si Ahli Strategi
Dalam proses pembentukan diri TNI inilah kemudian lahir sosok Jenderal Soedirman. Soedirman dengan kewibawaannya dan startegi-strategi perangnya kemudian dipertemukan dengan Oerip Soemohardjo yang memang lihai dalam mengelola sistem organisasi untuk kembali menghadapi penjajahan Belanda.
“Jadi, pembentukan TNI kita ini tidak dalam situasi yang biasa tapi dalam situasi yang luar biasa harus berjuang mempertahankan kemerdekaan, mulai dari TKR, TRI, dan terakhir TNI,” ujarnya.
Maka tidak salah, menurut Anhar, jika menyebutkan TNI kuat bila bersama rakyat. Karena memang pada pembentuknya menurut Anhar, TNI tidak dibentuk langsung oleh pemerintah seperti halnya negara-negara lainnya.
Di masa penjajahan itu, terang Anhar, Belanda tidak mungkin membuat pasukan tentara. Karena memang Belanda tidak pernah memikirkan bahwa Indonesia akan merdeka.”Tentara kita ini adalah tentara yang dibentuk oleh dirinya sendiri, tidak seperti di negara lain. Kalau di negara lain, itu sudah dibentuk oleh penjajah. Sedangkan tentara nasional kita tidak pernah dibentuk karena memang Belanda tidak pernah memikirkan bahwa kita akan merdeka,” ucapnya.
Perjalanan sejarah Tentara Nasional Indonesia ini, menurut Anhar, sejalan dengan perjalanan para tentara dalam mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Dari perjalanan itulah kemudian muncul wajah Jenderal Soedirman dengan semangat juangnya dalam keadaan kritis karena mengalami sakit paru-paru namun mampu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan-tangan Belanda.
“Jenderal Soedirman membuktikan bahwa seorang pemimpin tentara itu harus mempunyai kemampuan militer yang tangguh dan selama situasi kritis tidak boleh goyah,” ungkapnya.
Dari hal tersebutlah, membuat Jendral sudirman mendapatkan nominasi sebagai salah satu panglima TNI yang memiliki dedikasi yang tinggi. Terbukti, ia yang saat itu sedang mengidap penyakit paru-paru namun tetap bergeriliya di medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir