Suaramuslim.net – Suatu saat Raja Harun Ar Rasyid membuat peraturan bahwa siapa saja yang kedapatan dengan sengaja memunggungi raja maka akan dimasukkan pada jenis tindakan perlakuan tidak menyenangkan atau tindakan penghinaan terhadap raja. Apa yang dimaklumatkan oleh Harun Ar Rasyid hanyalah dimaksudkan untuk menantang kecerdasan Abu Nawas apakah dia mampu menjawab tantangan itu.
Mendapati tantangan peraturan raja, Abu Nawas lalu memutar otaknya bagaimana bisa memunggungi raja tanpa raja harus merasa dipunggungi. Mulailah Abu Nawas melakukan upaya rasionalitas agar bisa memunggungi raja. Beberapa hari Abu Nawas berpikir mencari langkah rasionalnya. Akhirnya dengan tersenyum kemenangan ia menemukan jawabnya.
Pagi-pagi setelah menjalankan kegiatan ibadahnya, Abu Nawas merancang aksinya agar bisa memunggungi raja. Mulailah dia memasang kancing yang tak lazim pada bagian depan bajunya, dan dia juga memasang kancing yang lebih besar lagi di punggungnya dibanding di bagian depan bajunya tadi. Abu Nawas berharap setiap orang akan bertanya betapa besarnya kancing yang dipasang di bagian depan bajunya. Pertanyaan itu juga nantinya yang diharapkan akan muncul dari mulut sang Raja.
Mulailah dia menyasar keramaian manusia di pasar. Dia berjalan dengan lagaknya yang culun dan sederhana, sehingga sesekali memancing tawa. Semakin lama semakin banyak orang yang mengerumuni Abu Nawas dan merasa terhibur dengan tingkah polah Abu Nawas. Kerumunan orang di pasar terdengar sampai di istana. Raja merasa perlu melihat apa yang terjadi, maka berangkatlah raja ke pasar untuk melihat. Dilihatnya si Abu Nawas sedang beraksi, ada kekhawatiran dari raja apa yang dilakukan Abu Nawas akan mengganggu ketertiban umum, maka dipangillah Abu Nawas dan diajak ke istana.
Sesampai di istana, raja bertanya kepada Abu Nawas apa yang dilakukan di pasar dan sekalian menyampaikan kekhawatirannya bahwa apa yang dilakukan akan mengganggu ketertiban. Abu Nawas menyampaikan kepada raja bahwa apa yang dilakukan sejatinya ingin membantu raja menenangkan masyarakat di tengah kegelisahannya.
Rakyat gelisah karena dikhawatirkan akan terjadi kesewenangan atas nama kekuasaan dengan peraturan yang dikeluarkan raja. Maka itulah di tengah kegelisahan yang ada, dia mencoba memberi hiburan agar rakyat bisa meredakan kekhawatirannya. Dia pun berpakaian seperti yang raja lihat saat ini.
Raja tersenyum merasa terbantu dengan apa yang dilakukan Abu Nawas, dan raja pun juga merasa terhibur dengan tingkah polah Abu Nawas beserta dandanannya. Tanpa sadar akhirnya juga bertanya, “Betapa besar kancing baju yang kau pasang wahai Abu Nawas.” Mendengar pertanyaan raja, Abu Nawas pun tersenyum, sambil menjawab pertanyaan sang Raja.
Wahai raja, apa yang Anda lihat sejatinya masih biasa, masih ada kancing yang lebih besar lagi. Mendengar jawaban Abu Nawas bahwa masih ada kancing yang lebih besar lagi, raja pun bertanya dan ingin ditunjukkan kancing yang lebih besar itu. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Abu Nawas membalikkan badannya dan memunggungi raja sambil menunjukkan kancing baju yang lebih besar. Raja tersenyum lebar setelah melihat apa yang dilakukan oleh Abu Nawas. Abu Nawas pun merasa puas, muslihatnya terlaksana memunggungi raja tanpa merasa dipunggungi.
Nah, Kawan… Tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Semua persoalan pasti ada jalan keluarnya. Kemampuan menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah tidaklah mudah dilakukan kecuali oleh mereka yang mempunyai kecerdasan memperlakukan orang dan memahami perasaan diri dan perasaan orang lain. Kemampuan memperlakukan orang lain tanpa merugikan merupakan bagian dari kecerdasan intrapersonal dan interpersonal.
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan kita melakukan kontemplasi memahami perasaan diri agar bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Sehingga sebelum kita memperlakukan orang lain, kita selalu mengukur perlakuan dengan diri. Kalau diri merasa nyaman maka kita memulai perlakuan terhadap orang lain. Sehingga orang lain pun merasa nyaman juga.
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan memperlakukan orang lain dengan menggunakan ukuran yang dimiliki oleh orang lain. Ukuran itu ditentukan oleh latar belakang yang dimiliki. Dengan memahami ukuran itu, kita akan bisa bersikap tepat bersama orang lain.
Bukankah dalam segala kegiatan bersama orang lain yang kita butuhkan adalah membangun relasi yang baik? Oleh karenanya mari kita belajar mengatur diri agar bisa bersikap yang tepat ketika bersama orang lain.
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang banyak kemanfaatannya ketika bersama orang lain” (Al hadits)*
*Ditulis di Surabaya, 15 Oktober 2018