Ketika Sambutan Menjadi Ceramah

Ketika Sambutan Menjadi Ceramah

Ketika Sambutan Menjadi Ceramah
Dokter Anang memberi sambutan. (Foto: Suaramuslim.net)

Suaramuslim.net – Pertemuan IGASI (Ikatan Guru Aisyiyah Seluruh Indonesia)-Jatim berada di Tulungagung. Tepatnya bertempat di SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru (20/12/18).

Hadir dalam pertemuan tersebut seluruh jajaran guru, kepala sekolah dasar dan MI di bawah naungan Aisyiyah se-Jatim, Komite SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru, Pimpinan Cabang Aisyiyah Kedungwaru, Pimpinan Daerah Aisyiyah Tulungagung, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedungwaru dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung.

Sambutan pertama kepala sekolah tuan rumah, Siti Amanah, S.Si, S.Pd, yang meminta maaf atas sambutan yang kurang sana-sini atas sambutan hadirin.

“Saya sebagai kepala sekolah masih dua pekan, jadi mohon bimbingan kepada kepala sekolah yang hadir disini,” kata perempuan yang merangkap guru kelas 5 dan kepala sekolah ini.

“Kami juga mohon maaf jika selama ini kurang aktif di IGASI, namun setelah ini kami akan aktif berkomunikasi dengan sekolah-sekolah yang lain,” tambahnya.

Sambutan kedua oleh pendiri sekaligus penasihat komite sekolah, Muhammad Ihsan. Beliau menyampaikan tentang pembangunan fisik sekolah. SD Inovatif Aisyiyah punya dua program fisik yang besar. Pertama, pembangunan dua kelas yang membutuhkan dana 270 juta rupiah. Kedua, pembebasan lahan yang ada di sebelah utara sekolah seluas 100 rho atau 1400 meter persegi.

“Mengharap ada perhatian khusus bagi pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah Tulungagung untuk pembangunan di SD ini,” dengan nada penekanan.

Dra. Sutini Jayeng mewakili ketidakhadiran Ketua PDA Tulungagung, mengutarakan permohonan maaf jika selama ini Aisyiyah terasa kurang aktif untuk membantu SD ini.

“Semoga kedepan bisa lebih kuat dalam koordinasi, sehingga SD ini bisa lebih maju,” imbuhnya.

Sambutan pamungkas disampaikan oleh dokter Anang Imam Massa Arif, M.Kes selaku Ketua PDM Tulungagung. Sambutannya terasa seperti ceramah dan diakui oleh beliau. Mulai mengutarakan amalan hati berupa niat.

“Niat menjadi tonggak penting menjadi guru. Tanpa niat yang lurus, banyak yang tidak tahan menjadi guru. Dan guru bisa disebut dengan dai,” kata dokter yang sekarang praktik di Rumah Sakit Islam Tulungagung ini.

“Saya anak seorang guru. Jiwaku tidak lepas sebagai guru. Ketika dulu sebagai kepala puskesmas, saya juga sebagai kepala sekolah SMA PGRI dan MI Al Muslimun,” terangnya.

“Niat ini yang menentukan seseorang tidak terjatuh kepada syirik. Mengingat sampai sekarang kesyirikan begitu marak. Jika kalian tadi masuk Tulungagung dari arah Kediri, lewat jembatan sungai Brantas, di bawahnya banyak sesaji,” jelasnya.

Kontributor: Muslih Marju

Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment