Suaramuslim.net – Selagi rehat dan leyeh-leyeh sembari menunggu di ruang tunggu, eh ada seseorang memposting sebuah kisah. Katanya, ini kisah nyata dari Yordania. Bener atau tidaknya, wallahu a’lam.
Namun, karena kisah ini mengandung banyak sekali pelajaran, saya pun tertarik untuk membaginya, semoga bermanfaat fid din wad dunya wal akhirah (untuk agama, dunia dan akhirat), aamiin.
Alkisah, ada seorang lelaki meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri yang masih muda, seorang anak lelaki yang masih menyusu dan harta yang lumayan banyak.
Setelah menimbang banyak hal, si janda muda itu akhirnya menanda tangani surat kuasa yang ditawarkan oleh saudara mendiang suaminya. Isinya: saudara lelaki mendiang suaminya itu berhak secara penuh untuk mengurus seluruh harta warisan mendiang suaminya demi kemaslahatan si janda dan anak yatimnya.
Dengan surat kuasa yang luar biasa itu, paman si anak yatim itu menjual sebagian besar harta mendiang saudaranya, lalu membawa seluruh harta hasil penjualan itu ke Amerika.
Di Amerika sana, sang paman menginvestasikan harta mendiang saudaranya itu dalam bisnis jual beli mobil (showroom), dan qaddarullah, bisnisnya ini sukses luar biasa, sehingga sang paman anak yatim itu menjadi miliarder di Amerika sana. Karena sudah menjadi orang “sukses”, sang paman ini pun menikah dengan perempuan bule Amerika dan hidup bergelimang dalam kemewahan harta.
Dari pernikahannya dengan si bule ini pun sang paman dikaruniai seorang anak laki-laki, sehingga, “lengkap” sudah “kebahagiaan” sang paman ini.
Sementara, ponakannya yang yatim di Yordania, bersama ibunya, hidup dalam keadaan papa dan serba kekurangan, meskipun, alhamdulillah, ada orang baik yang membantu pendidikan si yatim, sehingga, anak yatim yang miskin ini tetap menempuh studi dan pendidikan yang memadai.
Setalah sang paman menuai “sukses” di Amerika selama kurang lebih 15 tahun, ia sepakat dengan istrinya untuk kembali tinggal di Yordania dengan membawa pulang hartanya yang sangat berlimpah ruah itu.
Di Yordania, sang paman membeli “istana” yang sangat megah di kawasan yang sangat elite, lengkap dengan kendaraannya yang wah, serta perabot rumah tangganya yang serba canggih.
Setelah “istana” itu sudah siap, barulah ia meminta kepada istri dan anaknya yang masih di Amerika untuk menyusulnya ke Yordania.
Saat si anak yatim yang telah menjadi pemuda itu mengetahui bahwa pamannya telah kembali ke Yordania, ia pun mendatangi sang paman di istananya, dan menanyakan tentang harta warisan dari mendiang ayahnya.
Mendengar pertanyaan itu, sang paman marah, seraya mengatakan bahwa anak muda mantan anak yatim itu tidak mempunyai hak apapun untuk menanyakan harta mendiang ayahnya.
Bahkan saat itu juga sang paman mengusir si pemuda dan mengancamnya, agar tidak sekali lagi berani menginjakkan kakinya ke pekarangan “istananya!”
Anak muda itu pun kembali kepada ibunya dengan hati yang sangat pilu dan penuh duka. Sementara pamannya pergi ke bandara menjemput istri dan anaknya yang datang dari Amerika.
Gusti Allah mboten sare, Allah tidak tidur. Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar serta Maha Menyaksikan.
Doa orang yang terzalimi, antara doa itu dengan Allah tidak ada hijab sama sekali. Terlebih yang terzalimi itu adalah anak yatim, pemilik hak yang sah!
Takutlah Akan Doa Orang yang Terzalimi
Apa yang terjadi?
Setelah sang paman bertemu dengan istri dan anaknya, dan qaddarallah, sang paman itu sendiri yang menjemput dan menyopiri mobil mewah itu, karena memang maksudnya adalah hendak membuat sesuatu yang istimewa bagi istri dan anaknya.
Dan qaddarallah juga, dalam perjalanan pulang dari bandara menuju “istananya” itu, mobil sang paman mengalami kecelakaan yang sangat fatal. Satu keluarga meninggal dunia saat peristiwa nahas itu.
Qaddarallah pula, sang paman yang meninggal dunia itu, tidak mempunyai seorang ahli waris pun selain pemuda mantan anak yatim tadi.
Oleh karena itu, seluruh harta “milik” sang paman itu, berpindah tangan kepada pemuda anak yatim yang miskin itu! Allah Akbar!
Jadi, selama lima belas tahun, seakan Allah “mempergunakan” sang paman untuk mengembangkan harta mendiang ayah anak yatim itu untuk menjadi berlipat-lipat sedemikian rupa. Kemudian Allah serahkan kepada ahli waris yang sah, yaitu anak yatim miskin yang telah menjadi pemuda itu!
Sementara pamannya yang serakah, telah mendapatkan balasan atas keserakahannya!
Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا (مريم: 64)
“Dan tidaklah Tuhanmu lupa” (Maryam: 64).
Rasulullah bersabda:
اتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ (متفق عليه)
“Dan takutlah kamu terhadap doa orang yang terzalimi, sebab antara doa itu dan Allah SWT tidak ada penghalang sama sekali.” (Muttafaqun ‘alaih).
Seorang penyair memberi nasihat:
لَا تَظْلِمَنَّ إِذَا مَا كُنْتَ مُقْتَدِرًا ÷ فَالظُّلْمُ مَرْتَعُهُ يُفْضِيْ إِلَى النَّدَمْ
تَنَامُ عَيْنُكَ وَالْمَظْلُوْمُ مُنْتَبِهٌ ÷ يَدْعُوْ عَلَيْكَ وَعَيْنُ اللهِ لَمْ تَنَمْ
“Janganlah sekali-kali engkau menzalimi seseorang, khususnya saat engkau merasa mampu untuk melakukannya.”
Sebab, kezaliman itu, ujung-ujungnya pasti menuju penyesalan. Matamu tidur, sementara korban kezalimanmu tidaklah tidur. Dia mendoakan buruk kepadamu, dan Allah tidak lah pernah tidur!
*Musyafa Ahmad Rahim, Lc, MA