SURABAYA (Suaramuslim.net) – Yayasan Griya Al Qur’an Surabaya menggelar Wisuda Akbar ke-11 Griya Al Qur’an di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Ahad (07/12/2025).
Meskipun Wisuda Akbar usai, namun masih membawa cerita dan ibroh bagi seluruh peserta dan jamaah hadirin. Bahkan Ustadz Oemar Mita yang hadir sebagai pengisi acara juga mencatat event ini sebagai gelaran yang sangat luar biasa.
Bagaimana tidak, Wisuda Tahfidz Al Qur’an biasanya diikuti oleh peserta anak-anak, namun yang ini orang-orang tua, ada pula yang sudah di usia senja dan para profesional yang semangatnya tetap hidup dalam menjaga kalamullah.
Di antara ratusan wisudawan, salah satu figur yang menyita perhatian adalah Liliya Arifah, akrab disapa Bu Lia. Seorang ibu rumah tangga siswa dari Griya Al Qur’an Sidoarjo yang berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz setelah bertahun-tahun berjuang.
Perjalanannya tidak mudah. Di tengah kesibukan mengurus keluarga, mengelola rumah, dan mendampingi anak-anak, ia tetap menyisihkan waktu untuk menghafal sedikit demi sedikit.
Ada fase ketika hafalan terasa berat, ada masa ketika setoran harus diulang berkali-kali, namun ia tidak pernah berhenti.
“Saat masa pandemi covid beberapa tahun lalu, Ibu Lia berinisiatif untuk ikut kelas tasmi’ per juz, dan kami arahkan untuk membuat kelas khusus online untuk menfasilitasi,” jelas Ustadzah Ana Asiatin yang merupakan pengampu kelas Tahfidz Griya Al Qur’an yang diikuti oleh Ibu Lia dan teman-temannya.
Unikanya lagi, imbuh Ustadzah Ana, Ibu Lia adalah pribadi yang humble dan tidak mau berjuang sendiri, kami menyebutnya makelar.
“Diajaklah semua teman dan koleganya untuk turut ikut dalam kelas Tahfidz di Griya Al Qur’an Sidoarjo ini, mulai dari ibu rumah tangga sampai kalangan profesional seperti dr. Heri dari RS. Sidoarjo, dr. Retno yang buka praktik di Tulangan juga dr. Win yang sudah 16 juz,” jelas Ustadzah Ana.
Banyak tanya, penasaran dan mencari tahu
Ia tipikal siswa yang serba penasaran, paling aktif bertanya di ruang kelas.
“Kenapa ini dibaca hu (ىهُ) sedangkan yang ini dibaca ha (هَا), beberapa mungkin bisa kami bantu menjawab rasa penasarannya, ia selalu membuat kelas lebih interaktif dan belajar menjadi jalan hidupnya, hingga akhirnya dia belajar ilmu Nahwu untuk lebih memahami apa yang ia hafalkan,” kenang Ustadzah Ana.
Perjuangan itu ternyata bukan perjuangan seorang diri. Saat momen Wisuda Akbar ke-11 Griya Al Qur’an, Ibu Lia hadir bersama suaminya, yang juga turut menjadi peserta wisuda kategori hafalan 5 juz. Bahkan putri mereka juga duduk di antara peserta wisudawan 5 juz, menandai bahwa keluarga ini tengah berjalan bersama-sama dalam satu visi yang mulia: membangun keluarga Al-Qur’an.
Pemandangan satu keluarga duduk di kursi wisuda, masing-masing membawa lembaran hafalan, menjadi salah satu momen paling menyentuh dalam gelaran tahun ini.
Mereka menunjukkan bahwa hafalan Al-Qur’an bukan hanya perjalanan individu, tetapi perjuangan kolektif dalam membangun rumah yang dipenuhi cahaya wahyu; di dunia hingga kelak di akhirat, bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Makelar kebaikan” itu dinobatkan sebagai peserta inspiratif dan terpilih menjadi peserta yang berhak atas tiket umroh gratis persembahan Griya Al Qur’an dan Panglima Ekspress.
Perjuangannya menjadi inspirasi bagi banyak peserta lain, khususnya para ibu yang selama ini merasa sulit membagi waktu antara keluarga, pekerjaan dan menghafal Al Qur’an.
Alhamdulillah, Griya Al Qur’an sebagai pelopor ngaji dewasa akan terus hadir membersamai perjuangan umat dalam mengentaskan buta huruf Al Qur’an.
Kontributor: Fachrurrosi
Editor: Muhammad Nashir

