Kisah Relawan Saat Bertugas Di Negara Konflik

Kisah Relawan Saat Bertugas Di Negara Konflik

Iswiyanti Widyawati saat berkunjung ke Suaramuslim Radio Network

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Menjadi relawan mungkin tugas berat bagi sebagian orang, apalagi harus bertugas di negara konflik yang hingga kini masih ada, seperti Palestina, Irak dan Lebanon. Namun bagi Iswi, ini menjadi pengabdiannya selama beberapa tahun. Seperti kisahnya yang dibagikan kepada Suaramuslimdotnet.

Namanya Iswiyanti Widyawati, sering dipanggil dengan Bu Iswi, dia adalah salah satu perempuan dari Indonesia yang menjadi relawan sejak 2003. Sabtu (21/7), Suaramuslimdotnet bertemu dengannya dan menanyakan langsung terkait kisahnya saat bertugas di Palestina, Irak dan Lebanon.

“Saya berangkat mulai dari tahun 2003 saat itu Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) mengirim dokter untuk diperbantukan dalam medis, membantu masyarakat sipil memperoleh layanan kesehatan, disana saya ditempatkan di rumah sakit bersama tim dokter BSMI lain, saat itu perang sedang berkecambuk di Irak”, Ujar perempuan yang kini memiliki enam orang anak ini.

“Banyak fasilitas rumah sakit yang rusak, tenaga medis minim, tetapi yang membutuhkan perawatan banyak, saya sering mendengar suara dentuman dan tembakan, dan itu sudah hal yang biasa, saking sibuknya saat menangani pasien, saya anggap ledakan dan tembakan sudah menjadi hal yang biasa” tambahnya.

Lain Irak. Lain Lebanon, dia pergi ke Lebanon 2006, kali ini dia pergi bersama suaminya yang juga relawan untuk membantu pengungsi Palestina di negara tersebut sejak 1967.

“Kondisi disana sangat memprihatinkan, belum ada bangunan permanen, semuanya masih berupa tenda, pasukan listrik dan air minim, pengungsi harus berhemat-hemat, saya disana sekitar satu bulan” terang Iswi.

Yang terakhir, pada tahun 2009, dia kembali ke negara konflik di Palestina. Dia mengatakan untuk masuk ke Palestina sangat sulit, saat itu masuk Palestina melalui Mesir, meskipun dokumen sudah lengkap, tentu saja butuh proses yang sangat panjang.

Namun hal itu terbayar lunas saat melihat anak-anak di Palestina. Anak-anak sumringah, tanpa takut dan tetap menjalankan aktivitas biasa meskipun setiap hari ada ledakan dan tembakan.

“Anak-anak bebas bermain walaupun bisa saja sewaktu-waktu ada rudal yang mendarat, seolah tidak ada konflik, begitupun dengan pandangan tentang anak-anak yang kehilangan anggota badan seperti kaki atau tangan, anak-anak sudah menganggap itu menjadi hal yang biasa”, katanya.

Bagi Iswi sendiri, meskipun sering dikirim di negara yang rawan konflik, baginya sudah biasa, tidak ada rasa takut. “ bagi saya, mau di medan perangatau di daerah aman, waktunya mati ya mati”.

Saat ini Iswi fokus di dunia pendidikan, dia berfokus untuk mengembangkan yayasan Harapan Muslimah yang didirikannya sejak 1999.

“setelah kembali dari tugas pengabdian, saya fokus ke dunia pendidikan, saya sekarang mengembangkan yayasan Harapan Muslimah untuk kemajuan bangsa dan negara.” pungkas Iswi yang juga lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Ali Hasibuan

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment