Suaramuslim.net – Kisah tentang video sebelum kecelakaan maut antara Toyota Innova vs Bus Mira di Jalan Raya Surabaya-Nganjuk, Desa Selorejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, pada Senin (9/9) kemarin beredar dan menjadi perbincangan populer warganet. Penyebabnya, dalam video tersebut para penumpang berujar seakan-akan meramalkan kejadian yang akan menimpanya.
Video berdurasi 21 detik sebelum kecelakaan Nganjuk Madiun tersebut memperlihatkan aktivitas 4 anak muda yang di dalam mobil Toyota Innova AE 567 SC.
Pada awal video terlihat perempuan yang mengenakan baju kuning terlihat sedang memakai make up. Di bagian belakang, ada sesosok anak muda yang berbaju merah sedang tiduran di bangku. Ia tidur di kursi paling belakang mobil.
Dalam video terdengar suara laki-laki yang berujar “iki gaweo cerito gik. Lek aku nabrak-nabrak (Ini buat cerita gik, kalau saya nanti nabrak-nabrak)”.
Kemudian, terdengar pula suara lain menimpali yang diketahui bernama Rizki Viko Abdillah warga Desa Banjarejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.
“Gawekno aku cerita nabrak-nabrak” (Buatkan saya cerita kecelakaan),” sebutnya.
Perempuan dalam video yang diketahui bernama Amalia Hestin Nugreheni (17), warga Desa Tumpakpelem, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo menimpali sembari memakai bedak, mengiyakan kata-kata Viko.
Video ini pun mendapatkan berbagai macam reaksi dari para netizen. Ada yang mengatakan, jika orang-orang dalam video tersebut celaka akibat omongannya sendiri yang dianggap serampangan. Ada pula yang menanggapi miris dengan kejadian tersebut.
“Hati-hati bila berbicara. Jangan sembarangan, siapa yang tahu omonganmu nanti dikabulkan oleh yang kuasa. Mulutmu harimaumu,” ujar netizen @sontak.
Sebelumnya, kecelakaan maut antara Bus Mira bernopol S 7190 US dan Toyota Innova AE 567 SC di Nganjuk, Jawa Timur itu membuat tiga dari empat penumpang mobil tewas. Diduga, penyebab kecelakaan karena pengemudi Innova hilang kendali.
Kejadian kecelakaan maut ini tentunya buat peringatan bagi kita semua. Bahwa kewajiban bagi seorang Muslim harus selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, di mana pun berada, seperti dalam safar.
Tentunya kita yang sering safar, orang-orang kini menamakannya dengan travelling. Safar tak hanya bermakna senang-senang. Bepergian dengan maksud mencari ilmu, amanah pekerjaan, dan dalam rangka ibadah, seperti umrah dan haji, juga bermakna safar.
Kita percaya agama Islam diturunkan lengkap dengan perangkat-perangkat adab dan akhlak. Rasulullah SAW sendiri hadir untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak dan adab tersebut juga termaktub dalam safar. Ada beberapa adab yang selaiknya diperhatikan sebelum, saat, dan sesudah safar.
Sebelum bepergian, hendaknya memperbanyak ampunan dari Allah SWT. Manusia, selain Nabi SAW, sehebat apa pun dia, tak mungkin luput dari salah dan khilaf. Kita yang lemah ini juga tak paham kapan dan dengan cara apa, Allah SWT akan kembali memanggil.
Memperbanyak istighfar selain untuk memohon ampun, juga untuk menguatkan diri. Rasa lega dalam hati amat berguna untuk menghadapi perjalanan. Kita tak pernah paham dalam perjalanan nanti apa saja yang akan kita temui.
Jika kita memiliki tanggungan dan amanah, hendaknya kita selesaikan sebelum menempuh safar. Utang, barang titipan, hendaknya kita kembalikan. Selesaikan janji-janji yang sudah terucap sebelum pergi.
Siapkan pula perbekalan yang cukup dan tentu saja halal kepada keluarga yang ditinggal. Hitung berapa lama kira-kira kita akan safar, lalu cukupkan kebutuhan keluarga yang kita tinggalkan. Termasuk, meninggalkan wasiat kepada keluarga.
Rasulullah SAW bersabda, “Tiada hak bagi seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang di dalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua malam, melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya.” (HR Bukhari).
Sebelum bepergian, hendaknya seseorang mengangkat pemimpin di antara mereka yang bepergian. Jika hanya tiga orang, angkat salah satu di antaranya menjadi pemimpin perjalanan. Hakikat pemimpin untuk ditaati. Sehingga, saat ada kejadian di luar perkiraan, keputusan pemimpin yang harus dipakai.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” (HR Abu Daud).
Pamit. Rata-rata memang kita tak melupakan ritual yang satu ini. Pamit kepada orang-orang tercinta dan yang ditinggalkan. Minta doa supaya perjalanan yang ditempuh lancar.
Saat sudah melakukan perjalanan, jangan lupakan dzikir. Mengingat Allah bisa dilakukan sepanjang waktu dan keadaan. Khusus dalam perjalanan, Rasulullah SAW menyontohkan agar setiap Muslim memerhatikan jalan yang ia tempuh. Jika jalanan mendaki, lafalkan takbir, jika jalanan turun, ucapkan tasbih.
Selain itu, saat safar juga saat diistijabahnya doa. Maka, banyak-banyaklah mengumamkan doa. Meminta kebaikan bagi diri, keluarga, dan Muslimin seluruhnya. Rasulullah SAW bersabda, “Tiga doa yang pasti dikabulkan (mustajab) dan tidak ada keraguan lagi tentangnya, doanya seorang yang dizalimi, doanya musafir, dan doa buruk orang tua terhadap anaknya.” (HR Ahmad).
Setelah menyelesaikan semua urusan, saatnya kembali ke rumah. Masih ada adab-adab yang harus diperhatikan. Meski rasa rindu untuk pulang sudah menghunjam, janganlah terburu-buru. Beritahukanlah kedatangan kepada keluarga agar mereka siap mengambut kita. Terutama, jika waktu kedatangan kita adalah malam hari. Sehingga, tidak mengganggu keluarga yang sedang istirahat.
Hal ini berdasar dari hadis Nabi SAW, “Rasulullah SAW tidak pernah mengetuk pintu (rumah keluarganya), tidak pula masuk (ke rumah setelah pulang dari bepergian), kecuali pada pagi hari atau sore hari.” (HR Bukhari).