Suaramuslim.net – Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 26-27.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27)
“Katakanlah, “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”
Ada perbedaan antara Malik dan Maalik, jika Maalik berarti pemilik sedang Malik artinya Raja. Tidak semua Malik adalah Maalik, dan demikian sebaliknya. Bukankah Anda memiliki istri namun bukan seorang raja, dan bukankah seorang Raja tidak juga dapat memiliki istri Anda.
Namun dalam Zat Allah kedua sifat itu berkumpul, Maalik dan Malik, karena Dia adalah Pemilik segalanya dan sekaligus Raja Diraja. Dia Pemilik dan Memilih segala penguasa di dunia ini sekaligus Penguasa bagi mereka semua.
Allah Malik al-Mulk adalah Dia sumber kekuasaan dan kepemilikan. Dia yang terlaksana kehendak-Nya dalam wilayah kekuasaan-Nya, sedangkan wilayah kekuasaan-Nya adalah seluruh wujud ini.
Itu Dia laksanakan sesuai dengan cara yang dikehendaki-Nya, baik saat mewujudkan, meniadakan, menganugerahkan, mempertahankan, dan mencabut.
Ayat di atas memberikan motivasi kepada kita, bahwa semuanya itu bagian dari qodarullah;
ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
“Semua yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan semua yang tidak Allah kehendaki pasti tidak akan terjadi.”
Namun demikian tidak menegasikan ikhtiar manusia memilih seorang pemimpin untuk dirinya. Karena itu hukum memilih pemimpin di dalam Islam dibahas dalam kajian fikih siyasah.
Jangankan pada urusan negara kita diharuskan memilih pemimpin, dalam urusan kecil seperti traveling pun kita diminta untuk mengangkat seorang pemimpin.
Nabi Muhammad bersabda;
إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Demikian juga dalam kisah pembaiatan Abu Bakar di Saqifah Bani Saidah sesaat pasca wafatnya Rasulullah adalah dalil lain betapa pentingnya mengangkat seorang pemimpin ini dalam Islam.
Di saat jasad Nabi Mulia yang belum lagi dimakamkan, sahabat-sahabat lebih mendahulukan memilih khalifah pengganti Nabi daripada menyelenggarakan jenazah beliau yang agung dan mulia.
So, kewajiban kita adalah mendatangi TPS dan mencoblos dengan berbagai ijtihad pertimbangan terkait pilihan kita, selanjutnya berdoa dengan doa ayat di atas. Karena kita hanya mencoblos, Allah yang menjadikannya atas kehendak-Nya.
Siapa pun yang terpilih dan jadi presiden, kita harus berdoa agar pemimpin kita bisa memberikan kebaikan bagi negeri ini.
Sikap Kita Terhadap Hasil Pemilu
Karena itu siapa pun nantinya yang terpilih perhatikan catatan ini;
1. Pimpinan itu adalah cerminan dari mayoritas rakyatnya.
Maka pemimpinmu itu adalah gambaran dirimu, keimananmu, akhlakmu maka seperti itulah nanti keadaan pemimpinmu itu.
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS Al-An’am: 129).
Ada sebuah riwayat hadis marfu’;
كما تكونوا يولى عليكم”
“Sebagaimana keadaanmu, demikian pula pemimpin kalian.” (Ad Dailami dari Abi Bakrah, Marfu’).
Meski hadis ini diperdebatkan statusnya, namun hampir semua ulama membenarkan isi hadis tersebut, di antaranya Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, beliau berkata:
Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka.
Namun, jika rakyat berbuat zalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zalim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya.
So, siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin maka usaha kita sekarang tetap terus bersemangat membangun kepribadian umat dengan ilmu dan akhlak Islam, agar dapat memunculkan pemimpin harapan yang ideal. Karena kalau akhlak kita baik, itu pertanda pemimpin kita baik.
2. Wahai yang terpilih, kami semua menjadi saksi atas dirimu. Saksi atas janji-janjimu.
Jika engkau penuhi janji-janjimu itu, Alhamdulillah dan kelak di akherat kami akan menjadi saksi kebaikanmu, dan sebaliknya jika engkau zalim dengan janjimu na’udzubillah, kami akan menjadi saksi keburukanmu.
3. Jangan bergembira dengan terpilihmu, tapi memohonlah kepada Allah agar diberi kekuatan mengemban amanat ini.
Karena menanggung beban diri saja di hadapan Allah begitu berat, apalagi menanggung beban 230 juta rakyat Indonesia.
Berbuatlah adil sebelum Allah mengadilimu di akhirat dengan azab yang besar.
Takutlah akan balasan-Nya yang cepat jika tidak ada keadilan bagi negeri ini.
Ya Allah qod ballaghtu. Sungguh telah kusampaikan catatan ini.
Allahumma unshurna ‘alal qoumidz dzalimin, wan shurna ‘alal qoumil munafiqin wan shurna ‘alal qoumil kaafirin.
“Ya Allah bantu kami menghadapi orang-orang yang zalim, kuatkan kami untuk menghadapi orang-orang yang munafik serta tolong kami menghadapi orang orang yang ingkar kepada syariat-Mu.”
Allahumma laa tusallith ‘alaina man laa yakhofuka wa laa yarhamuna.
“Ya Allah jangan Engkau angkat untuk kami pemimpin yang tidak takut kepada-Mu dan tidak sayang kepada kami.”
Allahummar zuqna imaman ‘adilan.. Allohumma idfa’ ‘annal ghola’, wal bala’ wal fahsya’ war riba wal munkar,
“Ya Allah anugerahkan kepada kami pemimpin yang adil. Ya Allah jauhkan dari negeri kami ini segala malapetaka bencana musibah, perzinahan dan narkoba.
Ya Allah Anta Robbul Mustad’afin, Engkau adalah tempat mengadu bagi hamba hamba-Mu yang tidak berdaya.
Tolong kami Ya Allah, perkenankan doa kami. Birahmatika Ya Arhamar Rohimin.
Wallahu A’lam