Suaramuslim.net – Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi pengetahuan (ilmu), keterampilan (skill), pengalaman dan sikap (attitude).
Sarjana Teknik, belum dikatakan kompeten di bidangnya sebelum dia punya skill dan pengalaman melalui magang atau pengalaman kerja sesuai bidang teknik yang dimiliki. Di Indonesia lulusan fakultas teknik bergelar sarjana teknik. Belum bisa dikatakan insinyur (engineer). Di Inggris, lulusan teknik disebut engineer jika sudah lulus sertifikasi keahlian melalui magang di perusahaan selama minimal dua tahun, kemudian lulus ujian sertifikasi keahlian yang dilakukan oleh badan akreditasi yang diakui pemerintah.
Seorang lulusan fakultas kedokteran disebut sarjana kedokteran (SK). Belum bisa disebut bergelar dokter sebelum lulus coas yang diadakan IDI selama minimal dua tahun, di suatu rumah sakit. Sarjana Kedokteran harus lulus uji kompetensi yang diadakan IDI untuk mendapat gelar dokter.
Lalu siapa yang disebut dengan politikus kompeten di dunia Islam politik?
Analogi dengan definisi di atas, maka politikus Islam politik yang kompeten adalah mereka yang mempunyai pengetahuan di bidang Islam politik (siyasah) melalui pendidikan formal, mempunyai skill, pengalaman dan attitude di dunia politik. Terutama dunia Islam politik.
Mereka yang mempunyai kompetensi di bidangnya layak dan berhak untuk mengadakan pelatihan dengan standar kompetensi yang terdokumentasi. Materi pelatihan harus terstruktur sedemikian, sehingga output dan outcome hasil pelatihan bisa diukur secara riil dan komprehensif.
Di Indonesia, rasanya belum ada politikus Islam politik yang kompeten. Banyak pelatihan yang dilakukan oleh lembaga kurang profesional, sehingga hasilnya tidak optimal. Permasalahan utama adalah, belum ada pendidikan formal secara umum yang fokus tentang siyasah (Islam politik). Tidak ada tempat praktik untuk menjadi politikus Islam yang kompeten.
Saran. Jika mengadakan pelatihan sebaiknya melibatkan orang-orang yang pengalaman di bidang politik. Melibatkan partai-partai yang pengalaman menangani politik. Karena sesungguhnya sangat berbeda antara teori dengan realita eksisting dunia politik. Hal ini untuk mengantisipasi agar jeruk tidak makan jeruk.
Semoga bermanfaat.
Dr. Miftahul Huda
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net