Suaramuslim.net – Saya tidak mengerti apakah Dr. Muhammad Najib, Direktur Eksekutif Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) menulis tentang pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), beliau memahami sejarah dan akar konflik dunia dan khususnya di Timur Tengah. Sehingga menyatakan bahwa pembangunan UIII adalah dalam rangka menerapkan Islam Wasathiyah sebagai jalan mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Apakah di Indonesia telah disepakati oleh ulama dan kaum muslimin bahwa negara Indonesia telah menerapkan Islam Wasathiyah. Konsep Islam Wasathiyah mana yang diterapkan di Indonesia dan apa buktinya bahwa negara Indonesia menerima konsep Islam Wasathiyah itu?
Peradaban muncul dari dialektika konflik dan damai. Bahkan dalam setiap tubuh manusia pun setiap saat, setiap detik selalu ada konflik dan damai.
Jadi mengapa harus mendiskreditkan konflik untuk mengusung Islam Wasathiyah? Apakah penerapan Islam Wasathiyah berarti meminimalkan atau bahkan meniadakan konflik untuk terciptanya rahmatan lil ‘alamin? Jika tidak ada konflik maka selesailah tugas setan dan Iblis, dan dunia telah menjadi bayangan surga bagi seluruh makhluk yang menghuninya.
Apakah di pusat konflik saat ini, di Timur Tengah sana kaum muslimnya dan negerinya tidak mengenal Islam Wasathiyah? Bukankah konflik di sana telah terjadi sejak seribu tahun lebih sebelum Islam dibawa Nabi Muhammad? Konflik itu terus terjadi sampai sekarang? Bukankah konflik di sana telah berumur hampir 3500 tahun?
Jadi, ibu dari semua konflik dan damai adalah konflik Israel dan Palestina. Konfliknya menjalar ke seluruh urat nadi bumi, merambah ke seluruh dunia. Konflik di sana bisa menjadi konflik di banyak belahan dunia. Sebaliknya damai di sana maka akan menjadikan kedamaian pula di belahan bumi lainnya.
Benar bahwa semua umat manusia, beragama apa pun bahkan yang atheis pun harus mengupayakan dunia yang lebih damai, dunia yang lebih adil dan layak untuk kehidupan.
Dunia telah membentuk PBB untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan lebih damai. Tapi dunia mengetahui siapa dan negeri mana yang selalu mengkhianati tujuan itu. Semua juga tahu siapa dan negeri mana yang menciptakan konflik saat ini.
Dalam Al Quran disebutkan adanya “ummatan wasathan” karena di sisi kiri ada kaum fasik dan zalim dan di sebelah kanan ada kaum kafir dan musyrik. Disebutkan pula bahwa kaum di sisi kiri maupun kanan itu tidak akan pernah berhenti berupaya agar kaum muslim mengikuti jalan mereka.
Tekanan dari sisi kiri dan kanan dapat menyebabkan kaum muslim berbeda pendapat bagaimana menyikapinya dan terbukti menyebabkan konflik di antara kaum muslim sendiri. Kaum muslim pasti mengetahui dan belajar dari konflik itu, namun mengapa konflik tidak pernah berhenti?
Konflik di Yerusalem sejak sekitar tahun 650 SM telah memunculkan Yahudi diaspora di Eropa hingga Amerika, dan konflik pasca perang dunia pertama, memunculkan Islam diaspora di Eropa hingga Amerika.
Sejarah membuktikan, agama menyebar bukan hanya pada masa damai, tapi justru menyebar secara lebih luas ketika terjadi konflik. Sepertinya ada rahasia hukum konflik dan damai yang tidak dapat dipahami dan diatasi manusia.
Ada kota yang sepertinya selalu bergejolak karena konflik, yaitu Yerusalem, dan tidak jauh dari Yerusalem ada kota yang dijamin keamanan dan kedamaiannya oleh Allah sebagai “baladil amin”, yaitu Makkah.
Konflik di Yerusalem dan aman di Makkah, telah menggerakkan tahapan-tahapan peradaban manusia.
Penulis: Agus Mualif Rohadi
Editor: Muhammad Nashir
*Ditulis tanggal 5 Juni 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net