Suaramuslim.net – Islam yang rahmatan lil ‘alamin merupakan konsep dasar dalam agama Islam. Memahaminya, akan memunculkan kembali keindahan Islam yang sudah lama meredup.
Syaikh Muhammad Abduh pernah mengatakan bahwa, “Islam tertutup oleh umat Islamnya tersendiri.” Hal inilah yang membuat keindahan Islam tidak nampak bersinar. Umat Islam tidak banyak yang memahami konsep dasar rahmatan lil ‘alamin ini.
Berasal dari kata salam, istilah rahmatan lil ‘alamin yang termaktub dalam QS. Al Anbiya ayat 107. “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin).”
Dalam realitanya, makna Islam rahmatan lil ‘alamin sudah mengalami penyempitan makna, akibat dari pemahaman yang tidak utuh. Sebagian memahami dengan Islam yang lembut dan damai. Sehingga ketika ada saja sedikit reaksi perlawanan dari umat Islam terhadap penjajahan barat, baik secara non fisik, apalagi fisik, maka langsung dicap Islam yang tidak rahmatan lil ‘alamin.
Islam rahmatan lil alamin adalah sebuah konsep penting yang seharusnya mampu diaplikasikan oleh penganut agama Islam itu sendiri. Islam rahmatan lil alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Pernyataan ini sendiri banyak terkandung di dalam Al Qur’an, kitab suci umat Islam khususnya QS. Al Anbiya: 107.
Sayang, Bukan Berarti Membiarkan Kemaksiatan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Meskipun demikian, kasih sayang di sini bukan berarti mengasihi dalam hal munkar dan semua hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Seperti bertoleransi dalam perayaan agama di luar Islam.
“Bagiku agamaku, bagimu agamamu.” Dalam hal aqidah, bentuk kasih sayang muslim dengan non muslim adalah menghargai dan tidak mengganggu perayaan agama mereka.
Di kasus lain, sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum bahkan membiarkan praktik-praktik kemusyrikan dan enggan menasehati mereka. Membiarkan kemaksiatan, tentu saja bukan termasuk bentuk kasih sayang. Sebaliknya, bentuk kasih sayang adalah dengan menghentikannya. Karena menghentikan kemaksiatan sama dengan menghentikan kerusakan lebih banyak di masyarakat.
Orang yang mengetahui saudaranya terjerumus ke dalam penyimpangan beragama namun mendiamkan, ia mendapat dosa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika engkau mengetahui adanya sebuah kesalahan (dalam agama) terjadi di muka bumi, orang yang melihat langsung lalu mengingkarinya, ia sama seperti orang yang tidak melihat langsung (tidak dosa). Orang yang tidak melihat langsung namun ridha terhadap kesalahan tersebut, ia sama seperti orang yang melihat langsung (mendapat dosa).” (HR. Abu Daud no.4345, dihasankan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).
Kontributor: Khoirun Nisa’
Editor: Muhammad Nashir