Oleh: Sirikit Syah (Dosen Stikosa Almamater Wartawan Surabaya)
Cover Tempo kemarin edisi 21-27 Mei 2018 tengah menuai kritik. Kritik yang utama: tidak sensitif, tidak peka. Bahkan ada yang menduga ini mengusung ideologi anti-Islam. Saya belum melakukan analisis mendalam tentang makna cover ini, yang secara akademik bisa dianalisis dengan menggunakan teori semiotic atau analisis framing atau analisis wacana dan wacana kritis.
Namun secara langsung, sebagai pengamat media, saya melihat cover ini mmg tendensius. Ya, oke, itu hanya mencerminkan fakta. Tapi fakta-fakta dipilih. Misalnya, mengapa membuat gambar anak membawa bom seolah-olah dia pelaku aktif? Bukannya Si Anak dalam dunia nyata adalah korban? Mengapa tidak menggambar ketika si anak dibopong anggota polisi atau jasad si anak yang sudah tewas, atau apapun yang menggambarkan bahwa Si Anak adalah korban, atau pion, bukan pelaku aktif.
Gambar ini saya katakan tendensius karena bertendensi memotret eksistensi anak-anak perempuan Islam sebagai (salah satu) teroris. Ini adalah tindakan labelling. Menamai seseorang atau suatu kaum atau grup dengan julukan yang sifatnya merendahkan, menghina, atau negatif. Oke, ini kan tidak menyebut nama? Iya, labelling bisa juga dengan cara memberi identifikasi, dan identifikasi bisa dari cara berpakaian. Gambar anak gadis berhijab membawa boneka dan bom jelas memberi label ‘bomber’ pd sosok tersebut. Ini diperkuat dengan teks “Timang-timang, Boom”.
Kita semua masih belum tahu apa ideologi atau editorial policy Tempo tentang ini. Yang jelas secara kasat mata dan instan, dari sudut pandang pembaca awam (bukan analyst academic), gambar di cover ini merepresentasikan gadis Islam berhijab dan mewacanakan sangkaan atau tuduhan bahwa mereka (gadis kecil berhijab) adalah “potential bomber”.
Secara jurnalistik ini bisa dibela dengan reason “Ini memotret fakta”, tapi fakta begitu banyak dan Tempo memilih fakta ini. Fakta yang berpotensi memicu more conflicts, fakta yang jelas menyudutkan suatu kaum (gadis kecil berhijab). Mengapa Tempo memilih fakta itu untuk covernya? Terserah pada pemikiran kita masing-masing atau kita menunggu penjelasan redaksi Tempo.
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net