Maafkan orang yang menyakiti hidupmu

Suaramuslim.net – Banyak kenangan yang hilang kenangan Ramadhan di bulan Syawwal ini. Di antaranya sebuah doa yang populer selama Ramadhan selalu dibaca yaitu doa;

Allohumma innaka ‘afwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.

“Ya Allah sesungguhnya Engkau Pemaaf mencintai permaafan maka maafkan aku”.

Doa ini diriwayatkan Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ  قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (Riwayat At-Tirmidzi No. 3513 dan Ibnu Majah No. 3850. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan shahih).

Hadis ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah.”

Artinya bahwa saat malam yang mustajab tersebut justru dianjurkan oleh Nabi Muhammad hanya meminta maaf kepada Allah tidak meminta yang lainnya. Karena ketika Allah sudah memaafkan hidup seseorang sudahlah pasti orang tersebut mendapatkan ridha-Nya dan cinta-Nya.

Namun ketika sudah meninggalkan Ramadhan, bagaimana caranya mendapatkan maaf dari Allah tanpa melalu doa itu?

Jawabannya adalah, maafkan orang yang menyakiti hidupmu maka Allah akan memaafkanmu.

Perhatikan kisah inspiratif dari ayat ini. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nur ayat 22;

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat di atas terkait Abu Bakar dengan kerabatnya bernama Misthoh. Abu Bakar berkenan memaafkan kesalahan saudaranya itu demi mendapatkan maafnya Allah.

Seolah Allah berkata kepada Abu Bakar Ash Shiddiq, “Maukah engkau mendapatkan maaf-Ku? Maka maafkan kesalahan Misthoh saudaramu itu. Dan Abu Bakar pun dengan sigap seolah berkata, “Mau Ya Allah…”

Karena itu, maafkan saudaramu yang telah menyakiti hidupmu maka Yang Maha Pemaaf, yaitu Allah akan memafkan semua kesalahan dan dosa dalam hidupmu.

Definisi maaf

Mari kita lihat dulu definisi ‘afwu’ (عفو) maaf. Secara bahasa, afwan (عفوا) atau al afwu (العفو) adalah mashdar dari fi’il ‘afaa (عفا) –  ya’fu (يعفو).

Dalam Lisanul Arab (15/72) disebutkan,

والعَفْوُ هو التجاوز عن الذنب وترك العقاب عليه

Al afwu berarti memaafkan atas kesalahan (dosa) dan membebaskan hukuman atasnya.

Artinya, maaf itu meniadakan tuntutan hukum baik di dunia dan sudah tentu di akhirat. Sehingga jika ada seseorang memaafkan kesalahan orang lain namun masih memproses hukum dia maka itu belum memberikan maaf.

Ada pula yang biasanya berbarengan dengan afwun yaitu ‘ashafhu’, yang artinya berpaling. (lihat ayat diatas An nur 22). Wal ya’fu wal yashfahu.  Arti dari ashsafhu adalah al i’tiradh yang berarti “berpaling atau melupakan.”

So… Memaafkan belum tentu melupakan, dan melupakan sudahlah pasti memaafkan, sekalipun untuk melupakan adalah sesuatu yang sangat berat. Karena itu tingkatan sikap seseorang terkait kezaliman orang lain itu ada tiga. Lihat pula spirit motivasi Q.S. At Taghabun 14 dan Ali Imran 134.

Memaafkan (al ‘afwu) tingkat standart.

Melupakan (ashafhu) tingkatan tinggi.

Menutupi (al maghfirah) dan berbuat ihsan dan ini tingkatan tertinggi.

Sungguh berat, dan supaya tidak berat  coba pahami beberapa hal di bawah ini;

1. Yakinilah semua orang bisa salah, termasuk kita yang merasa terzalimi

Anas Bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ. رواه ابن ماجه

“Setiap anak Adam sering melakukan dosa dan sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa adalah orang-orang yang bertaubat.” (Riwayat Ibnu Majah).

Maka jika Anda susah memaafkan orang, berempatilah jika Anda juga pada posisi itu.

2. Yakinilah, engkau akan tambah mulia dengan memaafkan

Memaafkan akan menambah kemuliaan, bukan kehinaan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (Riwayat Muslim).

3. Percayalah, maafmu akan mendatangkan maaf-Nya Allah

Sesuatu yang indah di batin seseorang itu jika ia mendapatkan maaf atas kesalahannya dari Zat Yang Maha Agung. Bagaimana agar kita selalu mendapatkan maaf-Nya yang merupakan anugerah luar biasa? Itulah yang dikisahkan di surah An Nur ayat 22 tadi di atas.

So…Selamat menjadi pribadi agung, yaitu pemaaf. Pribadi yang hampir punah. Agar mendapatkan maaf-Nya Allah. Wallohu A’lam.

M Junaidi Sahal
Disampaikan dalam talkshow Motivasi Qur’ani Assalamualaikum Indonesia
Suara Muslim Radio Network
17 April 2025/ 18 Syawwal 1446H

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.