Suaramuslim.net – Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnadnya.
إذا أراد الله بعبد خيرا عسله ، قيل : يا رسول الله ، وما عسله ؟ قال : يفتح الله له عملا صالحا قبل موته ثم يقبضه عليه أخرجه أحمد في مسنده
“Jika Allah subhanahu wa ta’ala menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan meng -‘asal- kannya. Apa maksud Allah meng-‘asal-kannya wahai Rasul? tanya salah seorang sahabat. Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab, yaitu Allah membukakan jalan amal saleh baginya sebelum kematiannya, lalu Dia mematikannya dalam keadaan tersebut.” HR. Ahmad
‘Asal dalam bahasa Arab berarti madu. Sebuah cairan kental dan manis yang sangat bermanfaat bagi manusia, hasil produksi hewan kecil ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Suku kata ini juga bisa menjadi sebuah kata kerja; Asala – ya’silu at tha’ama. Artinya memadui makanan. Bisa juga menjadi kata sifat yang bermakna pujian; Ya ‘asal wa antal ‘asal! Wahai “madu” (orang baik), engkaulah yang “madu” (orang baik).
Suatu waktu, Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam juga pernah bersabda pada mantan istri sahabat Rifa’ah Al Qurazhi saat ia ingin kembali kepada mantan suaminya setelah dinikahi Abdurrahman bin Az Zubair;
“Tidak (boleh), hingga engkau merasakan ‘madu’nya (Abdurrahman), dan dia merasakan ‘madu’mu.”
Dalam hadits ini, madu yang dimaksud Rasulullah adalah kenikmatan dalam berhubungan antara suami istri. Barangkali dari sini pula lah berawal sebutan syahrul ‘asal alias Honey moon atau bulan madu.
Di dalam Al Quran, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa selain untuk dinikmati rasa manisnya, cairan yang dikeluarkan dari perut lebah ini juga bisa bermanfaat sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Masyaallah! Maha bijaksana Allah yang telah menciptakan lebah yang darinya dikeluarkan madu.
Oleh karena semua manfaat dan kebaikan yang dihasilkan inilah, maka tidak heran jika Rasulullah, menyebutkan bahwa perumpaan seorang mukmin adalah bagai seekor lebah yang cinta kebaikan; hanya hinggap dan makan dari yang baik, lalu mengeluarkan yang baik pula, ketika hinggap di suatu ranting pun lebah tidak akan mematahkannya.
Namun meskipun demikian, selain cinta kebaikan dan dapat mengeluarkan madu yang berjuta manfaatnya, seekor lebah juga memiliki sengat menyakitkan yang hanya digunakan saat ia merasa terganggu. Bahkan, sengat ini bisa membuat memar muka atau kepala menusia. Ternyata selain produktivitas yang tinggi dan cinta kebaikan, lebah juga memiliki sifat ksatria yang pantang mundur ketika terancam mara bahaya. Begitu pula lah sifat seorang mukmin.
Dua hari terakhir, media sosial dihebohkan dengan sebuah hasil pertandingan yang begitu epic dalam sebuah cabang olahraga keras kickboxing dengan tensi yang cukup tinggi dan mengaduk emosi. Istimewanya, satu dan sekaligus pemenang dari kedua petarung dalam ajang internasional tersebut adalah seorang pemuda muslim dari Rusia.
Adalah Khabib Nurmagomedov, seorang petarung UFC (Ultimate Fighting Championship) kelas dunia yang namanya sedang naik daun, tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen khususnya kalangan masyarakat media sosial muslim dunia. Pasalnya, petarung yang memiliki julukan The Eagle itu dengan garang menghajar rival tarungnya setelah tetap bersikap kalem dan sabar saat diprovokasi dengan aksi-aksi rasis di ajang face-off sebelum pertandingan digelar.
Nama Khabib semakin melambung saat ia berhasil meng-KO-kan lawan yang sombong dan rasis dari Irlandia itu. Menariknya, meskipun tidak pernah kalah dalam 27 pertandingan yang dilakoninya, setiap ingin bertanding, Khabib selalu memberi isyarat dengan menunjuk dirinya lalu menggelengkan telunjuk dan kepalanya. Kemudian menunjuk sambil melihat ke atas seakan ingin mengatakan bahwa dirinya bukanlah apa – apa, Allah lah yang Maha Kuasa.
Terlepas dari insiden keributan yang terjadi setelah pertandingan, pertarungan antara Khabib Nurmagomedov dan Conor McGregor menyuguhkan sebuah pertunjukan sekaligus pelajaran yang sangat indah dari seorang petarung asal Makhachkala, Dagestan itu.
Tumbuh di negara Rusia yang mayoritas penduduknya adalah ateis, di lingkungan keras dan brutal para petarung, Khabib mengajarkan dunia tentang tauhid. Bertarung dengan petarung sombong dan rasis, Khabib pun mengajarkan tentang kemuliaan dan kerendahan hati. Terlebih dari itu semua, ia mengajarkan kepada kita semua tentang mengajak kepada kebaikan di mana saja kita berada seperti halnya lebah yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan.
Seperti dalam hadits pertama di atas, Rasulullah mengumpamakan amal saleh seseorang dengan madu yang keluar dari dirinya. Sehingga itulah yang dapat diambil manfaat dari kehidupan yang dijalaninya selama di dunia. Bahkan meskipun madu itu Allah karuniakan di akhir-akhir masa hidupnya. Dan itulah tanda Allah menginginkan kebaikan kepada orang tersebut dan meridhainya.
Setidaknya, Khabib telah mengingatkan kita tentang hadits madu seorang muslim. Bahwa jika orang yang beramal saleh di akhir hayatnya saja menjadi tanda Allah meridhai dan menginginkan kebaikan baginya, bagaimana jika orang tersebut beramal saleh sejak masa awal ia tumbuh hingga akhir hayatnya? Semoga kita termasuk orang – orang yang senantiasa diberikan taufik hingga akhir hayat kita. Aamiin.*
Kontributor: Imam Gazali
Editor: Oki Aryono
*Ditulis di Makkah, 8 Oktober 2018