Management by Heart (3): “Peran Pemimpin”

Management by Heart (3): “Peran Pemimpin”

Management by Heart (6) “Level of Leadership”
Ilustrasi Prof. Joni Hermana. (Ils: Suaramuslim.net/Rian Oktanto)

Suaramuslim.net – Dalam berbagai teori leadership, dinyatakan bahwa seorang pemimpin harus mampu memberi inspirasi, menentukan arah yang benar ke mana organisasi harus dibawa (doing the right thing). Artinya ia harus visioner, serta juga mampu memotivasi anggota timnya untuk berkontribusi secara maksimal terhadap proses organisasi dalam mencapai tujuannya.

Yang ingin saya garis bawahi di sini adalah, bagaimana seorang pemimpin mampu mempunyai visi yang baik dan benar? Ini butuh intuisi dan naluri dalam membaca situasi sekitar, melakukan scanning terhadap kondisi internal dan eksternal organisasi, melihat potensi masa depan, menganalisis dan menyintesis serta mengevaluasinya untuk kemudian dapat melahirkan kebijakan organisasi.

Dalam pendekatan Management by Heart, bagaimana seorang pimpinan mampu menentukan kebijakan dan arah organisasi yang benar, maka sesungguhnya ini adalah dimensi ruhaniah. Ruh yang menggerakkan diri seseorang untuk membuat keputusan atau kebijakan yang benar setelah ia mendengar, melihat, dan merasa.

Karenanya, penting sekali ia memiliki indera yang terasah baik, agar mempunyai intuisi yang tajam. Menurut KH Dr. Aswin R. Yusuf, hal ini bisa terjadi karena sejatinya yang mendengar adalah ruhnya, bukan telinga, yang melihat adalah ruhnya bukan mata, dan yang merasa adalah juga bukan hati, tetapi yang ada di dalam hati yang memancarkan ruh atau nur (cahaya).

Supaya tidak bingung dengan pernyataan di atas, saya jelaskan sederhananya, yaitu bahwa baik telinga, mata maupun hati dalam pengertian fisik adalah hanya alat (tools) belaka, karena yang sesungguhnya mendengar, melihat dan merasa adalah ruhnya. Coba bayangkan kalau di dalam raga kita tidak ada ruh, maka pastilah telinga tidak akan bisa mendengar, mata tidak akan bisa melihat dan hati tidak bisa merasa.

Pengertian di atas itulah yang menguatkan argumentasi mengapa justru ruh kita lah yang harus kita asah, agar kemampuan kita dalam “mendengar”, “melihat” dan “merasa” menjadi lebih tajam dan benar. Visioner tepatnya.

Bagaimana mengasahnya? Kemampuan visioner yang pada hakikatnya adalah dimensi ruhaniah dapat diperoleh setiap individu asal dia mau. Karena ini adalah dimensi ruhaniah, maka yang akan mampu memberi jawaban adalah hanya keyakinan/agama yang kita anut. Karena di situlah semuanya dijelaskan. Karena saya seorang muslim, maka perkenankanlah saya menjelaskan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama Islam.

Bagaimana upaya kita mengasah ruh kita kepada Sang Khalik? Karena IA lah yang menggenggam ruh kita di tangan-Nya? Mari kita simak apa yang dinyatakan dalam QS Asy Syuura (42):52, yaitu;

‎وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِى مَا ٱلْكِتَٰبُ وَلَا ٱلْإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلْنَٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepada ruh dengan perintah Kami. Engkau (sebelumnya) tidak mengerti apa kitab (Al Qur’an) dan apa iman. Tetapi, Kami menjadikan kitab (Al Qur’an) itu cahaya (nur), yang Kami memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya Allah menunjuki kepada jalan yang lurus.”

Jadi agar ruh itu mendapat cahaya petunjuk dari-Nya maka kita harus menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidup. Lalu apa yang dikatakan Al Qur’an supaya kita selalu mendapat petunjuk-Nya untuk setiap langkah dalam kehidupan yang kita jalani, apalagi sebagai pimpinan?

Coba simak apa yang dikatakan dalam QS Al Baqarah (2): 152-153:

‎فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

‎يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Jadi, selalu ingat (zikir)-lah terus kepada-Nya setiap waktu, dirikanlah salat dan kerjakan salat lima waktu serta bersabarlah. Insya Allah kita akan selalu diberi petunjuk untuk semua urusan yang kita hadapi.

Sebagai penutup untuk seri 3 tulisan Management by Heart kali ini, saya ingin mengutip hadis Rasulullah SAW, yaitu: “La tataharrakul jasadu illa bi idznir ruh”, yang artinya: Tiada gerak jasad, melainkan ijin ruh.

Surabaya, 24/06/2019

Joni Hermana
Rektor ITS 2015-2019

*Credit untuk YML KH. Dr. Aswin R. Yusuf.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment