Mari Sharing, Tentang Body Shaming

Mari Sharing, Tentang Body Shaming

Bunda Meutia Ananda – Biro Psikologi Asisyiah Consulting & Dosen Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya. Foto: instagram/meutia.ananda

Suaramuslim.netBody Shaming adalah bully-an, tetapi body shaming ini lebih fokus kepada fisik seseorang. Jadi yang lebih sering dikomentari adalah fisiknya. Dan itu semua sangat sensitif bagi orang yang mendengarnya.

Body shaming ini sebagian menjadi kebiasaan di Indonesia. Gaya berbicara dan bercandanya sering ke arah fisik, terutama di lingkungan anak-anak sekolah. Kalau misalnya tidak bercanda terkait fisik akan dibilang kuno. Padahal memang sebenarnya masing-masing dari kita ini memiliki kepribadian yang berbeda, memiliki cara pengendalian diri yang berbeda-beda.

Memang ada yang sangat sensitif, ada yang tidak terlalu baper, akan lebih baik ketika kita bersikap mengambil yang paling aman. Kita tidak pernah tahu isi hati seseorang. Ibarat manusia seperti gunung es, hanya kelihatan sedikit saja. Bahwa yang di dalam diri kita saat ini sangat tidak kelihatan. Pada saat kita bilang: “ih kamu gendutan,” mungkin dia hanya membalas dengan ketawa, tetapi kita tidak tahu di dalam dirinya dia mikir dan menjadi minder. Lalu dia pulang kerumah menimbang badan, dia cemas, disuruh makan tidak mau, kita tidak pernah tahu semua itu. Yang kita tahu hanyalah ketawanya.

Tetapi ada juga bertemu seseorang yang dia cukup welcome, terbuka, easy going. Nah, di sini kita tahu pengendalian diri seseorang memang berbeda-beda. Coba kita mau atau tidak jika kelemahan diri kita diungkap dan diumbar-umbar di depan umum.

Body shaming ini disebut juga bullying karena berdampak terhadap mental seseorang. Ada yang bilang bully lebih parah, misalnya memukul, menendang. Sifatnya lebih mengintimidasi.

Body shaming kebanyakan hadirnya di kalangan yang konteksnya bercanda, tetapi juga banyak yang bukan konteks bercanda dari orang tua kepada anak, ibu kepada anaknya. Misalnya ada seorang ibu yang ingin anaknya menjadi model, menjadi wanita yang ideal secara fisik. Sehingga ketika anaknya tidak langsing seperti yang diharapkan, secara tidak sengaja ibu ini akan mencela seperti “aduh kamu kok makan terus. Nanti gendut.” Itu bisa membuat kecemasan tersendiri bagi anak, dan di luar bisa menjadi mudah cemas, peragu, mentalnya terganggu.

Bunda Meutia Ananda – Biro Psikologi Asisyiah Consulting & Dosen Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment