Maukah Engkau Dipeluk Nabi?

Maukah Engkau Dipeluk Nabi?

Sya’ban Bulan yang Sering Dilalaikan Orang
Ilustrasi seseorang beribadah pada petang hari. (Ils: Md Nazmul Nabid/Dribbble)

Suaramuslim.net – Satu satunya Nabi, yang namanya tercatat di daun-daun surga, pintu-pintu surga, dan kubah-kubah surga ya hanya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. 

Ibnu Asakir mengeluarkan sebuah riwayat dari Ka’b, bahwa sesungguhnya Adam memberi wasiat kepada anaknya, Syits. Adam berkata: “Setiap kali kau berzikir kepada Allah, berzikirlah juga untuk nama yang mendampingi-Nya, Muhammad. Karena sesungguhnya aku melihat nama Muhammad tertulis di sisi ‘Arsy, sementara aku (masih) di antara ruh dan tanah. Kemudian aku pindahkan pandanganku, aku tidak melihat satu tempat pun di langit kecuali aku melihat nama Muhammad tertulis di sana. Tidak kulihat di surga, gedung dan kamar kecuali nama Muhammad tertulis di sana. 

Sungguh aku melihat nama Muhammad tertulis di leher para bidadari, tertulis di dedaunan tumbuhan surga, tertulis di dedaunan pohon Thuba, tertulis di dedaunan Sidratul Muntaha, tertulis di sudut-sudut sekat dan tertulis di antara mata-mata malaikat. Maka, perbanyaklah zikir menyebut namanya, karena malaikat juga menyebut namanya di setiap saat. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawi, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2015, juz 2, h. 137).

Ibnu Taimiyah juga mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abul Faraj Ibnul Jauzi dengan sanad Maisarah yang mengatakan sebagai berikut:   

Aku pernah bertanya pada Rasulullah: ‘Ya Rasulallah kapankah Anda mulai menjadi Nabi?’ Beliau menjawab: ‘Setelah Allah menciptakan tujuh petala langit, kemudian menciptakan Arsy yang tiangnya termaktub Muhammad rasulallah khatamul anbiya (Muhammad pesuruh Allah penutup para Nabi). Allah lalu menciptakan surga tempat kediaman Adam dan Hawa. Kemudian menuliskan namaku pada pintu-pintunya, dedaunannya, kubah-kubahnya dan tenda-tendanya. 

Ketika itu Adam masih dalam keadaan antara ruh dan jasad. Setelah Allah menghidupkannya, ia memandang ke Arsy dan melihat namaku. Allah kemudian memberitahu padanya bahwa dia (yang bernama Muhammad itu) anak keturunanmu yang termulia. Setelah keduanya (Adam dan Hawa) terkena bujukan setan mereka bertaubat kepada Allah dengan minta syafa’at pada namaku.

Dialah Satu-Satunya Nabi

Satu-satunya Nabi yang namanya disebut Nabi Adam sebelum pemilik nama itu diciptakan ya hanya Nabi Muhammad.

Setelah Adam berbuat dosa ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu Maha Mengetahui semua lubuk hati manusia, Dia bertanya ini agar malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam), ‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh ke dalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang Arsy termaktub tulisan La ilaha illallah Muhamad Rasulullah. Sejak saat itu, aku mengetahui bahwa di samping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’. 

Allah menegaskan, ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdoalah kepada-Ku demi kebenarannya, engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan.

Hadis di atas, diriwayatkan oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dan dibenarkan olehnya dalam Khashaishun Nabawiyah dikemukakan oleh Al-Baihaqi di dalam Dalailun Nubuwah, diperkuat kebenarannya oleh Al-Qisthilani dan Az-Zarqani di dalam Al-Mawahibul Laduniyah jilid 11/62, disebutkan oleh As-Subki di dalam Syifa’us Saqam. Al-Hafizh Al-Haitsami mengatakan, hadis tersebut diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam Al-Ausath dan oleh orang lain yang tidak dikenal dalam Majma’uz Zawa’id jilid V111/ 253.

Satu satunya Nabi yang sosoknya disebut dalam doa Ibrahim alaihis salam 30 generasi sebelum lahirnya, lihat surat Al Baqarah 129. Satu satunya nabi yang diberitakan Isa Alahis salam kehadirannya 600 tahun sebelum kelahirannya, lihat As Shaf: 6, ya hanya Nabi Muhammad.

Satu-satu nya Nabi yang tidak pernah meminta jiwanya dilapangkan untuk legawa dengan segala sesuatu ya hanya Nabi Muhammad. Beliau langsung dilapangkan oleh Allah tanpa dimintanya, alam nasyrah laka shadraka (bukankah kami telah melapangkan dadamu secara khusus).

Padahal Nabi Musa alaihis salam masih memohon jiwanya dilapangkan untuk menghadapi Firaun, Rabbi israhli shadrii. QS Thaha: 25.

Satu-satunya Nabi yang dapat bertemu Jibril dalam wujud aslinya, hanya Nabi Muhammad. Itupun cuma dua kali, saat wahyu pertama diturunkan dan saat di sidratul muntaha sewaktu mi’raj.

Satu-satunya Nabi yang kehadirannya dianggap sebagai anugerah terindah kaum beriman, ya Nabi Muhammad. Lihatlah QS Ali Imran 164.

Dan puncaknya, satu-satunya Nabi yang pujian Allah kepadanya begitu jelas terperinci, ya hanya kepada Nabi Muhammad. Allah berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (At-Taubah: 128-129).

Dari ayat di atas kita bisa melihat betapa luar biasanya sifat kepribadian Nabi Muhammad. Pada ayat lain menggunakan khitab (panggilan) ‘kamu’, seolah berhadapan langsung dengan Nabi, surat Al-Qalam ayat 4:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Di surat At Taubah di atas, bukan sekadar pujian Allah, tapi sekaligus pengakuan-Nya akan sifat mulia yang dimiliki satu-satunya Nabi yaitu Nabi Muhammad, sebagai berikut:

  1. Min Anfusikum

Nabi dari jiwa yang sama dengan kita, memberi kesan bahwa beliau sejiwa dengan kita. Apa yang kita rasakan, Nabi pun merasakannya ini ciri pemimpin yang ideal. Karena itu sikap beliau terhadap kita tidak sama dengan sikap para sultan dan raja-raja yang menganggap dirinya lebih baik daripada rakyatnya, sehingga para raja itu tidak pernah bersedia duduk dan hidup bersama rakyat jelata.

Di antara keteladanan beliau seolah tidak ada batas dengan sahabat-sahabatnya adalah pada waktu pembangunan parit di perang Khandaq. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya dari Al-Barra` radhiyallahu anhu berkata;

Saya melihat Rasulullah pada peristiwa Khandaq sedang mengangkut tanah sampai tanah itu menutupi bulu dada beliau. Dan beliau adalah laki-laki yang lebat bulu dadanya. Ketika itu beliau melantunkan syair Abdullah bin Rawahah sambil menyaringkan suaranya: “Ya Allah kalau bukan karena Engkau niscaya kami tidak mendapat petunjuk, tidak bersedekah dan tidak pula salat. Maka turunkanlah ketenangan atas kami. Dan kokohkan kaki kami ketika bertemu (musuh). Sesungguhnya musuh-musuh telah menzalimi kami. Bila mereka menginginkan fitnah, tentu kami menolaknya.

Dalam urusan keluarga terutama dengan istri, beliau juga sangat manusiawi artinya tidak jaim sebagai seorang Nabi untuk saling canda dengan istri-istrinya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi hanya tertawa melihat mereka. (An-Nasa’i dengan isnad hasan).

  1. Azizun Alaihi Ma Anittum

Azizun kalau bersanding dengan ‘ala, memiliki makna berat hati. Artinya Nabi Muhammad itu merasakan beratnya beban penderitaan yang dialami umatnya baik di dunia maupun di akhirat. Itulah Nabi Muhammad membuat mudah umatnya masuk surga hanya dengan kunci sederhana yaitu kalimat tauhid.

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah lailaha illallah, maka dia akan masuk surga. (Abu Daud).

  1. Harishun Alaikum

Beliau sangat bersemangat menolong kita agar beriman kepada Allah dengan selalu membimbingnya. Bahkan di akhirat beliau pun bersemangat menolong kita hingga kita ditunggu di telaga al-kautsar.

Dari sahabat Abu Hurairah mengisahkan, pada suatu hari Nabi mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ

Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian.

Selanjutnya beliau bersabda: “aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku.“

Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak.”

Kembali para sahabat bertanya: “Wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum terlahir?“ Beliau menjawab: “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”

Para sahabat menjawab: “Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya.“ Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda: “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudu semasa hidupnya di dunia. Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor onta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga ia pun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “Kemarilah.“ 

Namun para malaikat yang mengusir mereka berkata: “Sejatinya mereka sepeninggalmu telah mengubah ajaranmu.”

Mendapat penjelasan semacam ini, maka Rasulullah berkata: “Menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku mengubah-ubah ajaranku.” (Al-Bukhari dan Muslim).

  1. Raufun Rahim

Ra’fah adalah kasih yang begitu mendalam dan luas daripada rahmah. Ra’fah bahasa awamnya adalah ngalahan dalam bingkai sayang. Rauf terulang di Alquran sebanyak 11 kali. 10 kali itu sebagai sifat yang dinisbatkan kepada Allah dan sering disandingkan dengan sifat Rahim-Nya.  Dan 1 kali dinisbatkan kepada makhluk yaitu manusia terbaik Rasulullah.

Ada kisah yang menakjubkan luar biasa ra’fahnya Nabi kepada sahabatnya yang telah menyakitinya secara pribadi.

Suatu hari Rasulullah datang ke rumah putrinya Fatimah, Rasul datang dalam keadaan lapar dan meletakkan batu di dalam perutnya. Putri kesayangannya itu mengeluhkan hal yang sama dan tidak memiliki makanan sedikit pun di rumahnya, Fatimah belum makan selama tiga hari. Nabi pun keluar dari rumah kecil itu dengan rasa iba saat melihat cucunya Hasan dan Husain menahan lapar. 

Nabi berjalan hingga berada di sebuah sumur pinggir kota Madinah. Dipandanginya sumur tersebut hingga datanglah seorang dari suku Badui ingin mengambil air. Rupanya, sosok dari pedalaman Arab tersebut tidak tahu bahwa yang berdiri di dekat sumur tersebut adalah Rasulullah. 

Nabi berkata: “Apakah engkau butuh jasa sewa?”  

“Iya,” ucap orang Badui, disusul dengan pertanyaan, “Engkau akan menyewakan apa?” 

“Jasa untuk mengambil air di sumur ini,” ucap Nabi. 

Pemuda tersebut memberi nabi timba untuk mengambil air dengan imbalan tiga biji kurma. Tak dinyana, pada saat mengambil air kesekian, tali penyambung timba terputus. Nabi berdiri senyampang melihat timba yang jatuh ke dalam sumur. Badui itu marah besar, melihat pekerjaan Nabi yang belum selesai dan harus terhenti karena timba tak bisa lagi dibuat untuk mengambil air. 

Kemarahan Badui berujung pada penamparan, sembari memberikan dua puluh empat kurma pada Nabi, ia mengambil timba dalam sumur dan melemparnya pada Nabi. Tak sedikit pun Nabi beranjak dari tempat berdiri atau marah pada penyewa jasanya tersebut. Nabi hanya tersenyum dan mengambil upah kurma yang diberikan oleh Badui.  

Melihat sikap dan kesabaran Nabi itulah Badui tersebut mulai berpikir, sambil terus melanjutkan perjalanannya. Dia terheran sosok yang menawarkan jasa tersebut hanya diam saat ditampar. Barulah Badui merasa ketakutan, dan mulai berpikir seorang yang baru ia tampar adalah Muhammad.  

Badui didera rasa bersalah, dan ketakutan hingga ia memotong tangan yang telah ia gunakan untuk menampar Nabi. Dia berjalan hingga sampai masjid, banyak yang bertanya perihal tangannya yang putus.

“Aku telah menampar wajah seseorang, dan aku berpikir itu adalah Muhammad, aku takut akan tertimpa musibah, maka aku memotong tangan yang telah kugunakan untuk menamparnya,” katanya. 

Pemuda dari pedalaman Arab itu terus berjalan sembari membawa potongan tangan kanannya, dan berseru “Wahai sahabat Muhammad, di manakah Muhammad saat ini?” Teriaknya di pelataran Masjid.  

Salman datang dan mengajaknya ke rumah Fatimah di sana, Nabi duduk seraya memangku kedua cucunya Hasan dan Husain. Ketika melihat Nabi, wajahnya penuh rasa takut dan penyesalan.

“Wahai Muhammad maafkan aku, aku tak tau jika yang kutemui dekat sumur adalah dirimu,” ucapnya. 

Nabi tersenyum, bahkan berujar jika pemuda badui adalah penyelamat bagi cucu dan anaknya Fatimah.  

Mengetahui Nabi tak menyimpan rasa marah, pemuda Badui ini mengajukan permintaan pada Nabi untuk mengembalikan tangannya seperti semula. Nabi memegang tangannya dan mengusap beberapa kali. Dengan izin dari Allah tangan kanan pemuda Badui tersebut kembali seperti semula. (Hikayat Mukjizat Rasul halaman 46 karya Ahmad Syihabuddin bin Salamah Al-Qulyuby).

Ada kisah yang lain yang haru banget terkait rauf-nya Nabi, seperti kasus di Madinah dengan orang Badui yang kencing, atau orang badui yang menempelengnya dan kasus di Thaif.

Konon Nabi mendatangi Thaif saat embargo terjadi kepada umat Islam yaitu sekitar tahun ke-8 kenabian. Beliau ditemani maula-nya yang setia Zaid bin Haritsah. Beliau berjalan ke Thaif dengan jalan kaki selama 4 hari (saat ini naik bis sekitar 2 jam, jarak sekitar 61 mil) agar tidak diketahui warga Mekkah. 

Beliau berdakwah di tempat tersebut selama 15 hari, dan ketika Nabi bertemu dengan tokoh Thaif, Abdul Yalil bin Abdul Kulal. Beliau langsung menawarkan tiga hal yang dirangkum sebagai berikut:

  1. Menawarkan agama Islam kepada mereka, tapi ajakan tulus itu ditolak mentah-mentah.

Abdul Yalil bin Abdul Kulal berkata, “Apakah Allah tidak menemukan orang lain selain dirimu?” Nabi tak memaksa mereka. 

  1. Nabi pun melanjutkan penawarannya “Jika kalian menolak memberikan perlindungan dan masuk Islam, janganlah kalian mengabarkan kepada Quraisy bahwa aku datang untuk minta pertolongan.” 

Di luar dugaan, permintaan itu juga ditolak penduduk Thaif. Akhirnya, Nabi mengajukan permohonan terakhir. 

  1. Jika kalian menolak, biarkan aku pergi, ujar Nabi dengan lembut.

Namun, apa jawab Abdul Kulal? “Demi Allah, engkau tidak akan bisa keluar sampai engkau dilempari dengan batu. Agar engkau tidak akan pernah kembali lagi ke sini, selamanya.” 

Maka dia pun mengomando warga Thaif untuk melempari Nabi. Ini yang memberatkan hati Nabi. Sang kekasih Allah ini pun mundur, karena tak menyangka begitu cepatnya batu-batu menghujani beliau dengan Zaid. Zaid berusaha melindungi Nabi, namun karena begitu derasnya hujan batu itu, sehingga pelipis Nabi berdarah, lutut Nabi berdarah terkena lemparan itu. Zaid pun memapah Nabi untuk mencari tempat yang aman.

Tempat yang dikira aman itu, tanpa disadari oleh Nabi dan Zaid adalah kebun anggur milik orang Mekkah yang sangat membenci beliau, yaitu Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah Bin Rabi’ah.

Nabi pingsan di kebun tersebut dan sesaat kemudian terbangun, beliau menengadahkan tangan ke Rabbnya;

اَللُّهُمَّ اِلَيْكَ اَشْكُوْ ضَعْفَ قُوَّتِي، وَقِلَّةَ حِيْلَتِيْ وَهَوَانِيْ عَلَى النَّاسِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَاَنْتَ رَبِّي، اِلَى مَنْ تَكِلُّنِيْ اِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِيْ ؟ اَوْ اِلَى عَدُوٍّ مَلَكْتَهُ اَمْرِيْ ؟ اِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلاَ اُبَالِيْ وَلَكِنْ عَافِيَتَكَ هِيَ اَوْسَعُ لِيْ، أَعُوْذُ بِنُوْرِوَجْهِكَ الَّذِيْ اَشْرَقَتْ بِهِ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ اَمْرُ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ مِنْ اَنْ تُنَزِّلَ بِي غَضَبُكَ اَوْ تَحُلُّ بِي سَخَطُكَ، لَكَ الْعَتْبَي حَتَّى تَرْضَي، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّبِكَ

Wahai Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, sempitnya ikhtiarku dan hinanya aku di mata manusia. Wahai Tuhan, Engkau yang lebih pengasih dari semua pengasih, Engkau pelindung orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau menyerahkan diriku ini?

Kepada yang jauh dan menghadapiku dengan muka masam, atau kepada musuh yang membenciku? Kalau Engkau tiada murka kepadaku, tiadalah mengapa. Tetapi maaf-Mu lah yang sangat aku dambakan. Aku berlindung di bawah cahaya-Mu yang menerangi semua kegelapan, dan dengan cahaya itulah urusan dunia dan akhirat akan menjadi baik, janganlah kiranya Kau turunkan murka-Mu kepadaku. Demi Engkaulah aku rela dihinakan, asal Kau masih rida padaku. Tiada daya upaya, dan tiada kekuatan, kecuali dari-Mu.

Doa ini sangat mengetarkan hati siapa pun yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan doa ini menggetarkan Arsy-Nya, hingga Allah melunakkan hati Utbah dan Syaibah, yang membuat mereka mengutus pembantunya untuk memberikan anggur kepada Nabi Muhammad, kisah ini diabadikan oleh Ibn Hisyam dalam Sirahnya;

Lalu mereka (Utbah dan Syaibah) memanggil ‘Addas, seorang hamba beragama Nasrani yang mengabdi pada mereka. 

“Ambillah setandan anggur ini dan bawakan untuk orang tersebut!” Kata keduanya.

Anggur itu diberikan kepada Rasulullah yang kemudian mengulurkan tangannya untuk menerima pemberian tersebut.

“Bismillah,” ucap Nabi Muhammad seusai menerima anggur itu dan lalu memakannya. 

‘Addas terperanjat. Ia tidak pernah mendengar perkataan itu sebelumnya. 

“Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa diucapkan oleh penduduk negeri ini.” Ujar Addas.

“Kamu berasal dan negeri mana? Dan apa agamamu?” Tanya Nabi. 

“Aku seorang Nasrani dan penduduk Nina-wy (Nineveh/Persia),” jawab ‘Addas. 

“Itu negeri seorang saleh bernama Yunus bin Matta,” kata Rasulullah. 

‘Addas semakin penasaran. “Apa yang kamu ketahui tentang Yunus bin Matta?” 

“Dia adalah saudaraku, seorang nabi, demikian pula dengan diriku.” Ucap Nabi.

‘Addas terkejut mendengar jawaban itu. Tanpa pikir panjang, ia langsung merengkuh kepala Rasulullah. Ia juga mencium kedua tangan dan kedua kaki Nabi. Sementara, kedua putra Rabi’ah menyaksikan adegan itu dengan penuh keheranan. Ketika ‘Addas datang, keduanya berujar, “Celakalah dirimu! Apa yang terjadi denganmu?” 

“Wahai tuanku! Tiada sesuatu pun di bumi ini yang lebih baik daripada orang ini! Dia telah memberitahukan kepadaku hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi,” jawab ‘Addas. 

“Celakalah dirimu, wahai ‘Addas! Jangan biarkan dia memalingkanmu dari agamamu! Sebab agamamu lebih baik daripada agamanya,” kata mereka berdua.

Berikutnya kisah rahim-nya Nabi Muhammad, di antaranya adalah:

Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Ketika hari Jum’at, Nabi duduk di atas mimbar. Lalu batang kurma yang biasa beliau berkhutbah di sana itu berteriak, hampir-hampir batang kurma itu terbelah.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Lalu batang kurma itu berteriak seperti teriakan anak kecil. Maka Nabi turun lalu memegangnya dan memeluknya. Setelah itu, mulailah batang pohon itu mengerang seperti erangan anak kecil yang sedang diredakan tangisannya sampai ia terdiam. Nabi lalu bersabda,

بَكَتْ عَلَى مَا كَانَتْ تَسْمَعُ مِنَ الذِّكْرِ

“Ia menangis karena zikir yang dulu biasa ia dengar.” (Al-Bukhari No. 2095. Disebutkan dalam Riyadh Ash-Shalihin karya Imam Nawawi pada hadis No. 1831).

Ma syaa Allah pohon menangis karena tidak lagi disentuh Nabi. Nabi begitu sayangnya sehingga dipeluknya. Bagaimana dengan kita yang menangis sambil bershalawat kepadanya? Kalau pohon yang tidak berakal saja dipeluk ketika merintih rindu kepada al Mushtofa, apalagi kita? Ya Rasulallah… Adrikni..

Ada perkataan yang bagus dari Al-Hasan Al-Bashri ketika ia menyebutkan hadis rintihan pohon kurma ini, ia berkata, “Wahai kaum muslimin, batang kurma saja bisa merintih karena rindu bertemu Rasulullah. Kalian harusnya lebih berhak rindu pada beliau.” (Fath Al-Bari, 6: 697).

So… Maukah engkau dipeluk Nabi? Pasti mau dan ingin sekali dipeluknya. Caranya mudah kok, mari lanjutkan membaca.

  1. Hadirkan nabi dalam kehidupan kita, dengan selalu menghidupkan sunnah-sunnahnya.
  2. Bersemangatlah untuk berisitiqamah dalam ibadah kepada Allah.
  3. Teladani akhlaknya.
  4. Merintihlah sambil menangis menahan rindu kepadanya dengan bershalawat kepada khaliluna.

Semoga kita termasuk yang dipeluk erat Nabi Muhammad, Aamiin.

Wallahu a’lam

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment