SURABAYA (Suaramuslim.net) – Memasuki tahun politik 2018 suhu persaingan politik antara Calon Kepala Daerah, Partai Politik hingga Calon Presiden makin meningkat. Mereka akan berusaha mengajak dan meyakinkan rakyat Indonesia sebagai pemilih untuk menjatuhkan pilihannya pada mereka, namun agaknya tantangan bagi kontestan politik baik di Pilkada, Pileg maupun Pilpres akan cukup berat karena kini pemilih makin cerdas dan rasional.
Direktur Bidang Riset Poltracking Indonesia Faisal Kamil dalam diskusi Ranah Publik di Suara Muslim Radio Network hari ini, Senin (26/2) menyebut saat ini mayoritas karakteristik pemilih di Indonesia bersifat rasional dengan melihat rekam jejak, kualitas dan visi misi.
“Berdasarkan survey yang kami lakukan, mayoritas sejumlah 39,6% pemilih bersifat rasional melihat dari kinerja dan pengalaman, visi misi dan program kandidat hingga kompetensi dari kandidat” jelas Faisal.
Karakteristik berikutnya menyusul dari sifat pemilih yang rasional, Faisal menyebut karakteristik pemilih lain adalah yang melihat dari aspek sosiologis dan psikologis.
“22,5% pemilih bersifat sosiologis melihat dari aspek asal daerah atau suku, sementara 19,5% pemilih melihat dari aspek psikologis yakni usia dan penampilan fisik, sementara sisanya 18% menjawab tidak tahu” kata Faisal.
Sementara Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur Ismail Nachu mengatakan rasionalitas pemilih ini juga menunjukkan rakyat tidak hanya melihat politik dari sisi kandidat saja.
“Rakyat saat ini mulai melihat tidak hanya siapa kandidatnya, namun juga siapa dibaliknya dan apa kepentingannya? karena politik tidak bisa berdiri sendiri, dan kandidat tidak mungkin maju sendiri tanpa dukungan dari kekuatan politik dan pemodal” terang Ismail.
Selain itu Ismail juga menghimbau kepada Partai Politik untuk mulai menghadirkan pemimpin dari aspek kualitas dan bukan hanya elektabilitas, mengingat karakteristik pemilih hari ini mayoritas bersifat rasional.
“Partai Politik harus blusukan menangkap suara rakyat, jika calon pemimpinnya itu-itu saja berarti memang tidak digali, sebab khazanah kepemimpinan perlu dieksplor untuk mendapatkan pemimpin yang representatif dan kompatibel” jelas Ismail yang juga Penasehat Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia ini.
Senada dengan Ismail Nachu, Dewan Redaksi Suara Muslim Fajar Arifianto menyebut bahwa pilihan hari ini bagi para pemilih hanya 2 pilihan.
“Saat ini sebenarnya para pemilih hanya dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu lanjutkan atau perubahan, jika pemilih mayoritas rasional tentu akan bisa menentukan pilihan berdasarkan bagaimana kinerja pemerintahan Joko Widodo di periode pertama” kata Fajar.
Reporter/Editor: Ahmad Jilul Qur’ani Farid