Suaramuslim.net – Berbicara tentang creative thinking, orang-orang kreatif bisa dikatakan orang-orang yang sangat unik, dan berani mengambil pilihan yang berbeda.
Bisa jadi orang biasa, melihat sesuatu masalah yang rumit itu tidak bisa dilakukan, namun orang kreatif sebaliknya, mereka akan berpikir bahwa segala sesuatu pasti ada celah yang bisa diselesaikan.
“Asiknya dengan orang kreatif ini kita punya banyak puzzle untuk menebak isi kepalanya. Karena orang-orang kreatif punya sisi yang berbeda dengan kita, dan itu adalah sesuatu yang istimewa,” ujar Ustadzah Hamdiyaturrohmah dalam program Mozaik Suara Muslim Radio Network, Jumat (9/7/21).
Praktisi pendidikan ini menjelaskan ada dua kemungkinan orang memiliki creative thinking. Pertama, ia berada di lingkungan yang terbiasa untuk kreatif. Sehingga ia terbentuk dari sebuah kebiasaan yang ia lihat setiap hari. Referensi itu kemudian menjadi satu sumber pembelajaran yang akhirnya tertata menjadi kebiasaan bagi dia.
“Creative thinking ini juga bisa dilatih, namun tidak cukup hanya dilatih di sekolah formal lalu tidak ada bimbingan untuk selanjutnya,” jelas pendidik di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya ini.
Creative dan critical thinking ini tidak bisa tumbuh begitu saja. Kita harus benar-benar meniatkan untuk memberikan bimbingan yang terus berproses dan penuh tantangan agar anak bisa lebih kreatif memecahkan peristiwa yang ia hadapi.
Anak yang terbiasa dalam lingkungan kreatif pun tidak bisa otomatis peka dengan keadaan sekitar, perlu ada pemantik dan bimbingan agar ia semakin menjadi anak yang peka dan kreatif.
Pandemi yang Allah berikan ini sebagai tantangan bagi kita. Di balik itu, kita dapat melahirkan banyak sekali ide kreatif. Semakin tantangannya besar maka semakin kreatiflah seseorang.
“Karena ada tekanan yang membuat ia terpaksa untuk menantang dirinya agar bisa bertahan di masa pandemi ini,” tuturnya.
Sarana membangun critical thinking
Dibandingkan dengan creative thinking, critical thinking lebih bermain di logika. Berpikir kritis membuat seseorang mampu untuk menganalisa, kemudian mengevaluasi, menginterpretasikan, tidak gegabah membuat jugdement, dan barulah dia memutuskan setelah ia mempunyai rumusan.
Orang seperti ini, bagi kita yang tidak sabar, mungkin terasa agak lambat. Namun ia benar-benar mampu mempertanggungjawabkan keputusannya dengan data-data dan referensi yang valid. Orang yang memilki critical thinking pasti memliki kemampuan literasi yang bagus.
Thinking itu harus ada stimulus, kita tidak bisa mengatakan “itu memang pintar dari sananya.”
Pintar belum tentu kreatif, dan pintar belum tentu kritis. Uniknya di dua area ini tidak bisa serta merta terjadi karena pembawaan dari lahir.
Sarana-sarana yang bisa menjadi stimulus baik untuk menjadikan mereka kreatif dan kritis adalah dengan memberikan pertanyaan tepat yang bisa memancing dia untuk tidak berhenti menjawab pada level-level tinggi.
Contohnya seperti pertanyaan yang bersifat higher order thinking skill, yang bisa menjadikan anak semakin terpacu untuk mencari jawabannya.
Sarana kedua adalah ciptakan open minded. Suguhkan peristiwa-peristiwa yang bisa membuat anak berpikir mencari sebab akibat, dan menemukan solusinya dari sisi yang luas.
Pakar Neurosains Dr. Taufiq Pasha pernah mengatakan, ada satu hal yang kita sebagai muslim harus bangga bahwa Al-Qur’an adalah sumber sarana terbaik untuk meningkatkan cara berpikir otak kita.
Critical thinking dan creative thinking bisa dimulai dari melatih secara dasar, kemudian dilanjut persoalan-persoalan yang bisa kita berikan kepada anak. Jangan pernah manjakan anak-anak. Ketika mereka manja, sama halnya seperti kita sedang melemahkan mereka.
“Ingat, semua pemimpin muslim yang hebat, tidak ada yang bermanja-manja sejak kecil. Karena kita membawa tanggung jawab besar untuk membangun dunia ini menjadi lebih baik,” pungkasnya.