Memberdayakan Masyarakat Dengan Hati

Memberdayakan Masyarakat Dengan Hati

Banjir di Tiga Provinsi, Organisasi Kemanusiaan Salurkan Bantuan dan Relawan
Para relawan membantu korban banjir (Foto: Istmewa)

Suaramuslim.netKhairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah orang yang mampu memberikan kemanfaatan bagi manusia lainnya.

Nilai kemanusiaan seseorang tidaklah ditentukan semata oleh harta dan kedudukan namun melainkan ditentukan oleh nilai kebermaknaannya berupa kebermanfaatan yang dilakukannya untuk orang lain.

Menjadi bermanfaat bagi orang lain, bukanlah hal yang sulit selama memiliki motivasi yang kuat serta paradigma berpikir yang jernih untuk memberikan kebahagiaan kepadanya, membantu orang lain dan meringankan bebannya agar bisa keluar dari masalah hidup.

Cara berpikir yang demikian ini adalah modal utama untuk dapat memberikan kemanfaatan serta menjadi jalan kesejahteraan bagi orang lain.

Seseorang yang suka membantu orang lain dengan mencarikan jalan keluar atas berbagai kesulitannya, maka orang yang seperti ini berhak untuk dimudahkan pula urusannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala (baik untuk dirinya maupun keluarganya) terkait dengan kepentingan dunia dan akhirat:

حفظه الله عَنْ  أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ  مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang), maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.” (Muttafaqun alaihi).

Salah satu cara dalam memberikan manfaat serta kemudahan bagi orang lain adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat (community development), suatu aktivitas yang dibangun atas kepedulian yang tinggi terhadap orang lain dengan berupaya memberikan keyakinan dan rasa percaya dalam diri orang lain untuk bangkit mandiri, serta meyakinkan mereka bahwa mereka memiliki potensi yang sangat besar sebagai modal bangkit dalam realitas.

Pemberdayaan masyarakat sejatinya adalah upaya membangun kesadaran bersama yang dibangun atas rasa tanggung jawab dan kepedulian bersama kepada orang lain untuk kemudian bangkit dan sejahtera bersama.

Pertanyaannya adalah apa syarat keberhasilan dalam melakukan pemberdayaan masyarakat?

Beberapa tips dan trik berikut dirumuskan untuk memberikan solusi dan sharing berdasarkan best practice yang dilakukan oleh penulis:

Perlunya keterlibatan penuh dari setiap anggota masyarakat dalam kegiatan yang dapat memberi manfaat dan kesejahteraan bersama.

Kehadiran partisipasi masyarakat bermula dari rasa percaya (trust) yang ada dalam diri mereka atas tindakan nyata dalam upaya memberikan kebaikan dan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Dukungan publik atau keterlibatan masyarakat terhadap tawaran program pemberdayaan biasanya yang lahir setelah mereka merasakan mendapatkan manfaat kebaikan

Karena memang sesungguhnya manusia adalah budak kebaikan (al-insan abdul ihsan). Manakala masyarakat telah mendapatkan perhatiannya serta memperoleh kemanfaatan darinya maka warga masyarakat akan mudah untuk “menyerahkan dirinya”, mendukung dan turut berpartisipasi dalam program yang dijalankan.

Memberdayakan masyarakat berarti bersedia mengenali semua potensi yang dimiliki masyarakat

Ini dilakukan untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara bersama dan dimotivasi bersama untuk mencapai derajat kemakmuran secara bersama-sama.

Mencurahkan segala pikiran, intelektualitas, dan semua potensi dirinya untuk dapat dioptimalkan bagi kesejahteraan bersama

Serta tidak berpikir egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa dengan sungguh-sungguh berupaya mencarikan solusi bagi persoalan orang lain.

Sebuah ungkapan bijak mengatakan bahwa wilayah berpikir seseorang akan menentukan wilayah pengakuan atas dirinya.

Apabila seseorang hanya berpikir untuk dirinya sendiri maka dia akan mendapatkan pengakuan dari dirinya sendiri pula. Sebaliknya apabila seseorang berpikir untuk orang lain maka pada saatnya orang lain akan semakin berpikir terhadap kita.

Egoisme bersikap hanya akan menghadirkan penolakan dari orang lain

Sementara mengutamakan orang lain, berusaha membantu, memenuhi berbagai kebutuhannya akan memudahkan penerimaan dari orang lain sehingga menghadirkan berbagai dukungan.

Membangun landasan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu niat atau motif memberi secara tulus

Kebahagiaan saat memberi akan membuat orang lain bahagia sebagaimana kebahagiaan seseorang yang diberi. Artinya antara yang memberi dan diberi sama-sama menghadirkan rasa emosi bahagia.

Adanya motif memberi yang kuat akan melahirkan semangat dan motivasi bahkan secara fisik akan meningkatkan imunitas tubuh, sehingga seseorang lebih mudah dalam melakukan sebuah tindakan kebaikan selanjutnya.

Jiwa yang harusnya bersemayam adalah jiwa yang dapat menjadi selayaknya jembatan

Artinya bersedia untuk diinjak, diremehkan dan direndahkan, namun demikian, mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik dengan modal kesabaran serta niat baik.

Salah satu tujuan mulia menjadi berkat dari seluruh unsur masyarakat untuk bergandengan tangan menuju harapan besar yaitu sejahtera bersama dari semua warga.

10 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment