Suaramuslim.net – Kata “dakwah” seringkali identik dengan orang mubaligh atau mubalighah. Ini membuat dakwah terkesan sangat berat, dan hanya milik orang-orang tertentu. Padahal, amanah dakwah untuk semua muslim. Lalu bagaimana caranya agar dakwah mudah diterima?
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah.”
Dakwah yang mudah diterima tentu juga terbagi dalam berbagai macam metode dakwah. Tentu, setiap metode dakwah mengharapkan output berupa diterimanya pesan dakwah yang disampaikan dengan menghasilkan sebuah perubahan.
Dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a-yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Jadi, dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah ta’ala sesuai garis akidah, syariat dan akhlak Islam.
Dalam perkembangannya, kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata ‘Ilmu’ dan ‘Islam’, sehingga menjadi ‘ilmu dakwah’ dan ‘ilmu Islam’ atau Ad-dakwah al-Islamiyah.
Tujuan utama dakwah yakni mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Dimulai dari istri, keluarga, dan teman-teman karib hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kaisar Heraclius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Adapun dakwah bisa dipelajari, dan ini menyangkut ilmu dakwah. Di dalamnya, mencakup pemahaman terhadap aspek hukum dan tatacara berdakwah, sehingga para mubaligh bukan saja paham tentang kebenaran Islam, akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan risalah al Islamiyah.
Memilih Metode Dakwah
Terdapat beberapa metode dakwah. Efektivitas dakwah tergantung dengan kesesuaian metode dakwah dengan obyek yang didakwahi. Dalam sebuah konferensi pers pada kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu silam, Zakir Naik, dai asal India yang telah mampu mengislamkan ribuan non-muslim menjelaskan beberapa metode dakwah yang bisa menjadi pilihan para pengemban dakwah agar dakwahnya mudah diterima.
Pertama, dakwah fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.
Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Mereka biasanya menyampaikan khotbah (pidato).
Ketiga, dakwah bil-lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).
Keempat, dakwah bil-haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata.
Yang kelima, dakwah bit-tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah.
Keenam adalah dakwah bil hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana, semisal melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik.
Demikianlah uraian mengenai pilihan metode dakwah yang bisa diterapkan agar dakwah mudah diterima.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir