Suaramuslim.net – Di Amerika Serikat (AS) Center of Excellence tumbuh dan tersebar di beberapa kota. Center of Excellence industri finansial berada di kota New York. Di kota ini terbentuklah ekosistem yang menunjang industri finansial, seperti Columbia University yang menghasilkan talenta terbaik.
Harvard dan MIT di Boston juga tidak terlalu jauh dari New York. Perusahaan-perusahaan besar di bidang finansial inilah yang kemudian ikut menunjang pasar modal NYSE.
Center of Excellence untuk industri energi terletak di kota Houston, Texas. Di sini ada main office ExxonMobil, BP, Shell, Chevron, ConocoPhillips dan banyak perusahaan industri energi lain. Talenta-talenta terbaik di-support oleh University of Texas, Texas A&M University dan Rice University.
Sillicon Valley, California menjadi Center of Excellence untuk industri teknologi. Di kawasan inilah inovasi dan berbagai karya perusahaan teknologi di antaranya seperti Apple, Google, Facebook mengembangkan usahanya. Talenta terbaik di-support oleh Stanford University dan UC Berkeley.
Sementara khusus otomotif, Center of Excellence berada di Detroit, Michigan. GM, Ford, Chrysler berkantor dan mengembangkan manufacturing plant-nya. Perusahaan-perusahaan otomotif itu di-support talenta terbaik dari University of Michigan dan Michigan State University.
Apakah center excellence ini terbentuk karena memang dirancang dari awal? Houston tumbuh menjadi kota energi karena adanya sumber minyak di West Texas, Gulf of Mexico dan negara bagian terdekat seperti Oklahoma dan Lousiana.
Sillicon Valley terbentuk karena berkumpulnya para ahli teknologi IT, pemilik modal dan proyek-proyek teknologi tinggi dari departemen pertahanan Amerika. Teknologi hebat yang pertama kali dikembangkan di sini adalah wireless telegraph yang dikirim oleh kapal perang Amerika ke kota San Frasisco di tahun 1899. Setelahnya teknologi radio berkembang dengan pesat.
Detroit, Michigan terbentuk sebagai pusat industri perkapalan, perdagangan dan manufacturing sebelum abad ke-20. Dengan adanya ekosistem ini, Ford Motor company terbentuk di tahun 1903. Setelah itu muncul Crysler, GM etc, sehingga menjadikan Detroit kota pusat industri otomotif.
Cerita tentang lahirnya New York sebagai kota pusat industri keuangan dunia tidak berbeda dengan kota Houston, Detroit dan Sillicon Valley Area. Tidak dirancang secara khusus untuk industri tertentu, tapi lahir karena adanya kebutuhan di sekitar kota tersebut untuk berkembang dan menunjang aktivitas industri tersebut.
Pertanyaannya, kenapa Mobil listrik Tesla tidak dikembangkan di kota Detroit yang sudah punya ekosistem untuk industri otomotif tapi justru dikembangkan di Sillicon Valley?
Suatu hari kami mendapat undangan untuk berkunjung ke technology centre yang didirikan perusahaan electric vehicle (EV) dari luar Amerika Serikat di Silicon Valley, California.
Sewaktu datang ke sana, kami sangat terkejut karena tidak ada tanda-tanda bahwa ini adalah technology centre untuk sebuah perusahaan automobile. Bagaimana tidak, selama kunjungan, kami tidak menemukan tim yang merancang bodi, suspensi, steering systems dan brakes.
Yang kami temui adalah sebuah kantor dengan berbagai rangkaian elektronik dengan integrated circuit chips yang paling mutakhir dengan ditopang oleh programmer-programmer handal dan tentu ditambah dengan komponen motor listrik.
Apakah perusahaan EV tidak lagi peduli dengan aerodinamika dari sebuah mobil? Atau mungkin tidak peduli lagi dengan kekuatan rangka bodi untuk keselamatan dan kenyamanan penumpangnya. Termasuk mungkin tidak peduli lagi dengan kelincahan manuver dari sebuah mobil, sehingga tidak terlihat menjadi bagian dari suatu technology centre bidang automobile.
Pengamatan kami, strategi perusahaan EV dengan membangun technology centre di Silicon Valley itu tidak terlalu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Tesla di awal pendiriannya. Tesla tidak mendirikan technology centre dan juga manufacturing plant di Detroit Michigan yang sudah menjadi the centre of excellence dari industri otomotif di AS selama lebih dari satu abad. Tapi mereka mendirikannya di Sillicon Valley.
Secara pasti tidak ada yang tahu kenapa Elon Musk memilih Silicon Valley untuk mendirikan Tesla. Namun kami menduga Tesla membutuhkan sejumlah aspek strategis untuk membangun produknya, di antaranya, pertama, talenta-talenta terbaik di bidang Information Technology dengan working culture yang sudah teruji menghasilkan teknologi yang mengubah peradaban manusia seperti Google, Apple dll.
Kedua, Technology Chips paling mutakhir yang bisa didapat dengan bekerja dalam ekosistem yang sudah terbentuk di Silicon Valley.
Ketiga, Venture Capitalist yang secara terukur mau mendanai ide-ide breakthrough dan juga berani untuk berinvestasi di perusahaan start-up yang berisiko tinggi.
Lalu apa bedanya teknologi mobil motor bakar dengan motor listrik? Secara garis besar, teknologi mobil listrik hanya mengganti sekitar 30% dari komponen mobil motor bakar, sisanya (70%) komponennya sama. Jadi teknologi yang 70% sudah tersedia dengan sangat matang, sehingga mungkin tidak memerlukan riset yang lebih dalam lagi.
Elon Musk sangat cerdas untuk tidak bermain di komponen yang 70%, tapi dengan mengembangkan yang 30%, sehingga dia akan sulit dikejar oleh kompetitor yang baru mau masuk ke teknologi EV.
Patut diduga strategi Tesla itu juga dibaca oleh perusahaan EV asing yang mendirikan technology centre di Sillicon Valley. Mereka kemudian membawa hasil riset itu ke negara asalnya untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini negara bersangkutan ikut terjun dan berkompetisi langsung dalam pengembangan teknologi EV, bukan menunggu.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa Tesla akhirnya memilih berinvestasi di India?
Menarik untuk menduga bahwa Tesla membangun manufacturing plant dan technology centre-nya di Silicon Valley karena kebutuhan akan tiga hal: sumber daya manusia yang sangat terampil di bidang IT dan engineering, technology chips yang mutakhir, dan venture capitalist (pemodal) yang berani mendanai proyek start-up berisiko tinggi.
Kalau Tesla ingin mengembangkan technology centre-nya di luar Amerika Serikat (AS), secara logika mereka akan mencari kota yang ekosistemnya mendekati apa yang ditawarkan oleh Silicon Valley. Dua kota di dunia yang yang mendekati persyaratan ini adalah Tel Aviv di Israel dan Bangalore di India.
Sebelum Tesla memutuskan untuk membuka technology centre di Bangalore, perusahaan automotive seperti Mercedes-Benz, Great Wall Motors, General Motors, Continental, Mahindra & Mahindra, Bosch, Delphi and Volvo sudah lebih dulu berada di kota ini. Selain perusahaan-perusahaan yang cukup mapan ini, banyak start-up EV yang bermunculan di Bangalore dengan mengambil manfaat dari ekosistem yang sudah terbangun dengan baik.
Selain Bangalore di India, Israel juga punya ekosistem seperti Silicon Valley di California yang diberi nama Silicon Wadi. Inilah salah satu kota tempat berkumpulnya talenta-talenta terbaik di bidang IT di dunia. Perusahaan seperti Intel, IBM, Google, Facebook, Hewlett-Packard, Philips, Cisco Systems, Oracle Corporation, SAP, BMC Software, Microsoft, dan Motorola mendirikan technology centre-nya di kota ini.
Untuk membangun daya tarik investor, Tel Aviv dan Bangalore memulainya dengan keunggulan di bidang sumber daya manusia. Teknologi IT yang berkembang dan masuknya para pemodal adalah hasil dari kerja keras para talenta yang berkualitas tinggi. Mereka bisa membuktikan bahwa hasil kerja mereka tidak kalah dari talenta yang berasal dari AS. Kepercayaan ini tidak dibangun dalam hitungan bulan tapi puluhan tahun.
Pertanyaan selanjutnya kenapa Tesla mendahulukan Bangalore bukan Tel Aviv?
Tidak ada yang tahu alasan pastinya, namun kami menduga ada beberapa alasan.
Pertama, dengan mendahulukan Bangalore, Tesla tidak saja mendapatkan ekositem IT terbaik tapi juga bisa mendapatkan akses pasar yang sangat besar. India adalah negara dengan jumlah penjualan mobil keempat terbesar di dunia setelah China, AS dan Jepang.
Kedua, biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan Tel Aviv. Biaya hidup di Tel Aviv sekitar 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Bangalore. Rata-rata gaji pegawai juga 3 kali lebih tinggi di Tel Aviv. Biaya hidup di Tel Aviv lebih tinggi dari London, Sydney, dan Berlin. Biaya hidup di Bangalore bahkan lebih rendah dari Jakarta.
Bagaimana pengaruh dari network dari kedua bangsa ini? Tidak bisa dipungkiri keduanya punya jejaring yang sangat kuat. Banyak CEO di bidang IT keturunan India dan banyak pemilik modal keturunan Israel.
Keputusan investasi Tesla yang memilih India tentu bisa menjadi pembelajaran. Bahwa seluruh negara kini terus berlomba memberikan daya tarik kepada investor. Indonesia memiliki natural resources yang luar biasa dan potensi human resources yang tidak kalah di dunia. Tapi memastikan bahwa kedua aset strategis itu bisa membentuk sebuah ekosistem yang memberikan daya tarik bagi investor, tentu tantangan yang tidak mudah dibangun dalam sekejap. Insyaa Allah.