Suaramuslim.net – Kala itu menjadi waktu dhuha yang penuh kesedihan. Menjadi Senin yang penuh dengan rasa kehilangan. Waktu itu, manusia yang penuh dengan kemuliaan berpulang kehadapan Ilahi rabbi. Berikut ini kisah singkat wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada Senin, bulan Rabbiul Awwal tahun 11 H, Rasulullah wafat. Hari itu adalah hari paling menyedihkan untuk para sahabat. Wafatnya manusia luar biasa. Bumi kehilangan orang yang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya.
Aisyah bercerita, “Ketika kepala beliau terbaring, tidur di atas pahaku, beliau pingsan. Kemudian (saat tersadar) mengarahkan pandangannya ke atas, seraya berucap, ‘Allahumma ar-rafiq al-a’la’.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 8/150 No. 4463). Beliau memilih perjumpaan dengan Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat. Beliau wafat setelah menyempurnakan risalah dan menyampaikan amanah.
Berita di pagi duka itu menyebar di antara para sahabat. Dunia terasa gelap bagi mereka. mereka bersedih karena berpisah dengan al-Kholil al-Musthafa. Hati-hati mereka bergoncang. Tak percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Hingga di antara mereka menyanggahnya.
Wafatnya Rasulullah Bagi Para Sahabat
Para sahabat amatlah dirundung duka kala itu. Sebagian besar mereka tidak menyangka bahwa Rasulullah telah wafat. Umar angkat bicara, dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu yang tidak percaya tentang berita wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak wafat, akan tetapi, Rabbnya telah mengirim utusan kepadanya sebagaimana Allah azza wa jalla telah mengirim utusan-Nya kepada Musa lalu dia meninggalkan kaumnya selama empat puluh hari. Demi Allâh! Saya yakin Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam akan hidup sehingga Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memotong tangan-tangan dan lisan orang-orang munafik yang mengira atau mengatakan bahwa Muhammad telah wafat.
Tak lama kemudian Abu Bakar hadir, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mencium kening Rasulullah sambil menangis. Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Demi bapak dan ibuku! Engkau tetap wangi ketika masih hidup dan juga setelah wafat.”
Lalu beliau keluar menemui Umar bin Khatthab dan berusaha menenangkan beliau, namun tidak berhasil. Beliau mengawali pembicaraannya. “Duduklah Umar!” perintah Abu Bakar pada Umar. Namun Umar menolak duduk.
Akhirnya Abu Bakar radhiyallahu anhu membiarkan Umar dalam ketidakpercayaannya. Abu Bakar berkata, “Amma ba’du… siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat.”
Kemudian ia membacakan firman Allah, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS:Ali Imran : 144).
Kemudian Abu Bakar melanjutkan menyebut firman Allah lainnya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan mereka akan mati.”(Az-Zumar/39:30). Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Demi Allah! Seakan semua orang tidak ada yang mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat tersebut sampai Abu Bakr radhiyallahu anhu membacakannya (kala itu), dan manusia mengambil ayat tersebut darinya.”
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir