Suaramuslim.net – Negeri tercinta berduka lagi dengan datangnya musibah gempa yang diikuti tsunami di Palu, yang sebelumnya di Lombok, tadi pagi di Situbondo.
Belum selesai mengatasi Lombok, belum kelar bantuan tiba disana, Palu berguncang keras disertai tsunami. Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami ini.
Coba kita renungi bersama tiga ayat ini dari Surat Al An’am 63-65;
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (63) قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ (64) قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
Katakanlah, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lemah lembut (dengan mengatakan), ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur”.
Katakanlah, “Allah menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya.”
Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).”
Perhatikan ayat tersebut:
- Disaat kita tersudut dengan bencana gempa dan tsunami, dan tidak bisa berbuat apa-apa, pasti yang diingat adalah Allah, dengan bertakbir, beristigfar dan bertasbih.
- Namun di saat lapang, tidak ada bencana, tidak ada musibah, pasti lupa dengan Allah.
- Karena itu Allah akan memberikan bencana sebagai adzab bagi mereka yang melupakan-Nya.
Ketika bencana itu sudah terjadi, maka bagi yang terdampak ada tiga kemungkinan:
- Sebagai azab, hukuman disegerakan kepada orang-orang yang hidupnya senang dengan dosa. Baik ia muslim maupun kafir.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ) النساء/79)
“Dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS An-Nisa: 79)
Cuman bagi pendosa yang muslim berlaku;
Azab kepada mereka di dunia merupakan bentuk penyegaraan siksa sehingga menjadi kafarat (penghapus)nya di akhirat nanti.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ketika Allah menginginkan hamba-Nya suatu kebaikan, maka disegerakan hukumannya di dunia. Kalau Allah menginginkan hamba-Nya suatu kejelekan, maka dosanya ditahan sampai dibalas nanti di hari kiamat.” HR. Tirmizi nomor 2396.
Di dalam sebuah hadits disebutkan, ”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Lihat Tafsir Al Quran al Azhim juz II hal 363).
Adapun bagi pendosa kafir maka itu sebagai tambahan azabnya nanti di dunia dan akhirat.
So, inilah tujuan musibah yang pertama, hakikatnya untuk memberi peringatan kepada manusia agar kembali betaubat kepada Allah. Bisa jadi ini bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
- Sebagai rahmat bagi orang yang selalu beramal saleh, di saat bencana menimpanya.
Bukankah terkadang bencana itu menimpa juga orang saleh yang sedang beribadah, orang yang tidak ikut berbuat dosa? Betul, hal itu sudah diinfokan Allah kepada kita;
Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Takutlah pada musibah yang tidak hanya menimpa orang zalim di antara kalian saja. Ketahuilah bahwa Allah memiliki hukuman yang pedih.” (QS. Al Anfal: 25)
Dan dalam sebuah riwayat dari Ummu Salamah;
عن أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه وسلم قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “إذا ظهرت المعاصي في أمتي، عَمَّهم الله بعذاب من عنده” . فقلت: يا رسول الله، أما فيهم أناس صالحون؟ قال: “بلى”، قالت: فكيف يصنع أولئك؟ قال: “يصيبهم ما أصاب الناس، ثم يصيرون إلى مغفرة من الله ورضوان“
“Dari Ummu Salamah, istri Nabi shalallahu ’alaihi wa salam, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu ’alaihi wa salam bersabda: Jika maksiat telah menyebar di antara umatku, Allah akan menurunkan azab secara umum”. Ummu Salamah bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada orang saleh? Rasulullah menjawab: Ya. Ummu Salamah berkata: Mengapa mereka terkena juga? Rasulullah menjawab: Mereka terkena musibah yang sama sebagaimana yang lain, namun kelak mereka mendapatkan ampunan Allah dan ridha-Nya” (HR. Ahmad no.27355. Al Haitsami berkata: “Hadits ini ada dua jalur riwayat, salah satu jalurnya diriwayatkan oleh para perawi yang shahih”, Majma Az Zawaid, 7/217)
- Istidraj
Mungkin ada yang berkata, kalau itu azab bagi pendosa-pendosa itu, kenapa di negeri kita? Kenapa tidak di negeri yang pendosanya berlimpah? Tentu kami kira ada jadwalnya untuk mereka. Coba renungi ungkapan yang bagus dari media sosial tentang istidraj ini;
Apa itu Istidraj? Istidraj itu adalah ketika Allah tetap memberikan kita:
- Harta yang berlimpah, padahal tidak pernah bersedekah.
- Rezeki berlipat-lipat, padahal jarang shalat dan terus berbuat maksiat.
- Dikagumi, dihormati, padahal akhlak bejat.
- Diikuti, diteladani dan diidolakan, padahal mengumbar aurat dalam berpakaian.
- Sangat jarang diuji sakit, padahal dosa-dosa menggunung dan membukit.
- Tidak pernah diberikan musibah, padahal hidup sombong angkuh dan bedebah.
- Anak-anak sehat dan cerdas, padahal diberikan makan dari harta hasil culas.
- Hidup bahagia penuh canda tawa, padahal banyak orang karenanya ternoda dan terluka.
- Karirnya terus menanjak, padahal banyak orang yang diinjak-injak.
- Semakin tua semakin makmur, padahal berkubang dosa sepanjang umur.
Inilah yang diungkap oleh Allah
والذين كذبوا باياتنا سنستدرجهم من حيث لا يعلمون
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (Al A’raf: 182)
Jikalau ada manusia yang tidak pernah ditimpa musibah buruk dalam hidupnya, namun di saat yang sama ia berenang di lautan dosa, sungguh itu musibah yang sebenarnya.
Cara Menghadapi Musibah
عجبا لأمر المؤمن ان أمره كله خير وليس ذلك لأحد الا المؤمن ان اصابته مراء شكر فكان خيرا له وان اصابته ضراء صبر فكان خيرا له (رواه مسلم
“Orang-orang beriman itu memang sangat mengherankan, semua perkaranya serba baik, dan tak ada seorang pun yang seperti orang yang mukmin. Apabila dianugerahi kesenangan ia bersyukur, dan apabila tertimpa musibah, ia berlaku sabar. Hal inilah yang menjadikan dia selalu dalam keadaan baik” (Hadits riwayat Muslim).
- Istiqomah sabar, lihat QS Al Baqarah 155-157.
- Bagi yang berkelapangan keadaan, sudah tentu juga harus bersabar untuk mencurahkan pikiran dan hartanya membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah ini. Jangan bosan menolong saudara kita, sebagaimana alam juga tidak bosan menunjukkan keperkasaannya kepada kita.
- Kembali menghadirkan syariat Nabi Muhammad dalam kehidupan kita.
- Banyak beristigfar kepada Allah.
Renungi ayat ini dalam QS Al Anfal 32-33;
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32) وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
”Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah jika betul (Aln Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.”
Karena kecintaan kita kepada Nabi Muhammad dan istigfar kepada Allah, maka berhentilah azab menimpa kita terutama di akhirat nanti.
- Sudah tentu doa dengan dengan dasar hasbunallah wa ni’mal wakil. Lihatlah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihi salam ketika dibakar oleh Namrud. Beliau tidak mau meminta tolong kepada malaikat atau makhluk lainnya. Namun beliau hanya mau minta tolong kepada Allah dengan melihat ke langit dan berkata;
“Allahumma Anta al wahid fis samaa, wa ana al wahid fil ardhi, laisa ahadun ya’buduka ghairi; Hasbiyallahu wa ni’mal wakil (Ya Allah Engkau satu-satunya Tuhan di langit dan aku satu-satunya orang yang menyembah-Mu di bumi, cukuplah dengan diri-Mu aku bersandar, dan Engkau sebaik-baiknya wakil (tempat segala urusan bencana ini aku pasrahkan)”
Maka Allah pun menolong Ibrahim ’alaihi salam dengan memerintahkan api menjadi dingin dan menyelamatkannya. (Dalilul Falihin, Sarah Riyadhus Salihin Juz 3 hal 265).
Ya Allah, selamatkan kami dari azab-Mu.
Oleh: Ustadz Junaidi Sahal
*Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM dalam program Talkshow Dialog Motivasi Al Quran, Kamis 11 Okt 2018 pukul 05.30-06.30 WIB.