Mengalami “locked out” di seperempat abad kehidupan

Mengalami “locked out” di seperempat abad kehidupan

Kapal kertas origami. Ils: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Mempertanyakan kehidupan kita kelak, seperti apa dan bagaimana, berusaha menyibak takdir Allah SWT yang tetap rahasia, bisa menghadirkan rasa “galau” dan krisis psikologis. Memasuki perjalanan seperempat abad usia hidup kita, berarti siap memasuki pintu gerbang kedewasaan dan kebijaksanaan pemikiran. Maka, mempertanyakan masa depan, jodoh, karier, nilai kemapanan, dan makna diri hampir dialami semua orang.

Bagaimana kita melihat, merasakan, dan menjalani fase ini setiap orang memiliki pilihan. Tetap berada di fase ini dan terlena? Atau bergerak, ikhtiar, dan meniatkan semua sebagai ibadah, pilihan ada di genggaman kita.

Mempelajari fase hidup Rasulullah Muhammad SAW merupakan referensi terbaik untuk diri sendiri dan generasi kita selanjutnya. Rasulullah galau bukan karena kehidupan beliau sendiri. Rasulullah berpikir tentang kondisi masyarakat dan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan yang berkah. Jalan ibadah adalah jalan terjal, bagi hamba yang berserah diri dalam indahnya cinta Allah dan rasul-Nya, mereka adalah pemenang.

Fase “fired-up”

Beberapa pertanyaan yang akan dihadapi para lulusan perguruan tinggi adalah, “Apa pekerjaan Anda?” “Kapan Anda menikah?” Dan lain sebagainya. Pada fase ini, para pribadi produktif akan mencari pengalaman, relasi, dan berusaha memperlihatkan peran di lingkungan sosial masyarakat. Pekerjaan idaman yang sesuai dengan ijazah kadang menjadi harapan.

Semangat dan idealisme pada fase ini cukup dominan. Yang perlu kita perhatikan adalah, kesiapan kita dalam menghadapi kegagalan sekaligus kesuksesan. Menghadapi kegagalan sudah cukup akrab di telinga kita. Kecewa, menyesal, dan kadang bisa mencari faktor lain untuk disalahkan.

Menghadapi kesuksesan juga perlu persiapan. Ketika kita tidak cukup bekal dalam menapaki kesuksesan, hati dan dinamika psikologis kita juga akan menjadi ujian.

Bagaimana jika itu tidak sesuai harapan?

Fase “locked-out”

Menjalankan ikhtiar selalu memiliki risiko gagal. Berpikir aktif untuk menemukan solusi, wajb dilakukan. Berpikir positif atas proses yang harus dijalani adalah kebijaksanaan. Menjadikan persoalan yang sedang dihadapi sebagai sebuah tema pelajaran, akan menghadirkan tantangan belajar. Menuliskan makna diri sebagai manusia yang bermanfaat, adalah musuh bagi hati dan pikiran yang memilih untuk terbenam. Memaksimalkan potensi diri dan ikhtiar, mempersembahkan apa yang kita bisa bagi lingkungan adalah sebuah upaya merintis jalan.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 2-3).

Bagi diri yang melewati kegagalan mencapai tujuan sudah merasa ‘mentok’ karena sulitnya meraih harapan, maka obat terbaik adalah ayat-ayat Allah SWT dan teladan Rasulullah SAW. Merefleksi diri dan bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT, mengurutkan kembali langkah yang telah dijalani, mencatat perbaikan dan menjalaninya sebagai ibadah insya Allah akan meringankan segala beban yang tersisa.

Jangan biarkan kita terkunci dalam pikiran lemah dan tipu daya rasa malas berusaha!

Fase “reflective pause”

Merasa lelah berusaha?

Manusia kuat adalah manusia yang memiliki jiwa yang sehat. Jiwa yang sehat tidak lepas dari peran ayah bunda dan keluarga. Menciptakan rumah yang nyaman, merasa dihargai, diberi ruang untuk menyampaikan keinginan dan ide tidak bisa diciptakan secara instan. Mendidik generasi yang mampu memahami dirinya dan menemukan solusi tidak akan pernah terjadi, jika kita tidak menyediakan diri dan menjalaninya bersama.

Memberikan tantangan sekaligus kepercayaan sejak dini, akan menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada anak-anak kita.

Saat merasa lelah berusaha, berhentilah sejenak. Temukan hal-hal sederhana, bahkan yang dirasa tidak berarti menjadi sebuah rasa kesyukuran tak terhingga. Ada jerih payah petani dalam setiap bulir padi, ada usaha banyak pribadi saat kita bisa menikmati tahu-tempe, dan seterusnya. Dan, ada Allah SWT yang telah menjanjikan penjagaan pada setiap hamba saleh dan salehah.

“Tidak ada satu makhluk melata pun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin Allah rezekinya.” (Hud: 6).

Fase “re-scaling & resolution”

Melihat segalanya lebih dekat, akan membuat kita mengetahui hal kecil bisa menjadi lebih jelas. Jika yang kita lihat adalah kesuksesan, maka kita akan menghargai setiap hal kecil yang mendukung kesuksesan kita. Jika yang kita lihat adalah kegagalan, maka kita akan belajar tentang kecermatan dan sikap hati-hati untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

Langkah cerdasnya adalah dengan mengambil cara baru, melihat dengan perspektif baru, mengubah perilaku, dan menakar kembali tujuan yang ingin kita raih. Resolusi positif inilah yang akan membuka pintu baru dalam menghadapi krisis dalam seperempat hidup kita.

Bagaimana peran pendidikan dalam melahirkan generasi tangguh ini?

Pesan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al-Qur’an. Sebab, orang yang mengamalkan Al-Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci.”

Mari kita ajari generasi kita tentang makna, bukan apa dan siapa. Kembangkan pertanyaan dari apa ke mengapa dan bagaimana. Mereka akan lebih aktif dalam mencari jawaban sekaligus menata diri menjadi berarti. Sekali lagi ini bukan proses yang dilakukan cukup sekali. Perbanyak rasa syukur atas apa yang kita dapat, jangan terlalu sibuk mencari hal yang belum didapat. Hingga kita melupakan hamparan nikmat yang ada di hadapan kita. #naudzubillah.

Hamdiyatur Rohmah
Praktisi Pendidikan dan Parenting SAIM
Disampaikan dalam program Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM
Jumat 16 Oktober 2020

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment