Suaramuslim.net – Kecanduan menjadi musuh besar sebagian orang. Baik anak-anak hingga dewasa rentan kecanduan. Tak mesti narkoba, alkohol, game, gadget pun dapat menjadi obyek kecanduan. Dibalik kecanduan, tubuh manusia memiliki hormon khusus yang berperan dalam menimbulkan candu tertentu. Dopamin namanya.
Dopamin menurut dr. Indra K. Muhtadi, seorang penulis buku Revolusi Gaya Hidup, adalah suatu hormon di otak yang tak pernah berhenti bekerja. Dopamin merupakan hormon yang super sibuk dimana tugasnya mengantar sinyal-sinyal saraf di dalam otak. Tanpa hormon ini, otak yang kita miliki tidak dapat berfungsi sama sekali.
Dopamin sendiri menurutnya berasal dari tyrosine. Suatu pengolahan lebih lanjut oleh tubuh dari protein menjadi asam amino. Dibuat atau tidaknya dopamin oleh tubuh yang menghasilkan tyrosine ini dipengaruhi berbagai macam faktor. Bila dalam tubuh kekurangan hormon ini, depresi, ADHD, Alzheimer hingga keterbelakangan mental dapat menyerang tubuh. Sebaliknya bila berlebihan dalam memproduksi dopamin dapat juga terserang gangguan bipolar, kecanduan kronis, bahkan gila (skizofrenia).
Hubungan Dopamin dengan Kecanduan
Kecanduan dapat diibaratkan seperti pisau, di sisi lain dapat menyakiti, di sisi lain pula dapat memberi manfaat. Jika obyek kecanduan itu baik maka hasil dan dampak kepada orang-orang di sekitar juga baik. Begitu pula sebaliknya. Kecanduan sangat sering dikaitkan dengan hal-hal seperti narkoba, alkohol hingga gadget. Indra berpendapat bahwa kecanduan adalah suatu kesalahan fungsi dari stimulasi nafsu pada otak manusia yang pada klimaksnya, pelaku kecanduan akan merasa nikmat dan terpuaskan.
Selain diproduksi sendiri oleh tubuh, dopamin juga dapat melakukan ekstra produksi jika dikombinasikan dengan zat stimulan yang terkandung dalam beberapa benda, seperti narkoba dan rokok. Karena keberadaannya, zat stimulan dapat memicu produksi berlebihan dari dopamin dan dapat menyebabkan kecanduan.
Jika Berlebihan, Dopamin dapat Merusak Reseptor Otak
Kemudian, dokter yang juga merupakan penulis buku tersebut kembali menjelaskan bahwa cara kerja dari zat stimulan tersebut yaitu dengan membajak ‘pabrik’ dopamin dan menyebabkan tubuh bereaksi dengan memproduksi 5 hingga 10 kali lebih banyak dopamin dari biasanya. Jika kondisi tubuh sudah demikian, memproduksi begitu banyak dopamin dapat membuat reseptor saraf dalam otak menjadi terganggu atau bahkan rusak. Karenanya, jika sudah demikian dapat membuat tubuh merasa tidak bisa berfungsi ketika dopamin yang diproduksi berkurang.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jika zat stimulan terus menyuplai tubuh, akan ada kondisi dimana tubuh akan merasa ‘kurang’ dopamin. Sehingga akan mengakibatkan seseorang kehilangan fungsi mengingat, belajar, konsentrasi, dan berbagai macam hal lainnya.
Maka dari itu, dopamin bisa diibaratkan menjadi sebuah pisau. Jika dalam kondisi normal, dopamin dapat membantu tubuh untuk menjalankan fungsi otak. Tetapi jika berlebih dapat mengganggu fungsi otak hingga berakibat pada kecanduan terhadap suatu obyek tertentu.
Kontributor: Ilham Prahardani
Editor: Oki Aryono