Suaramuslim.net – Sebelum kita memulai pembahasan tentang tema di atas, saya ingin Anda juga mengetahui bahwa sesungguhnya saat saya menulis tulisan ini saya pun sedang menahan rindu pada orang-orang terkasih di belahan bumi lain sana. Baru saja kami terpisah, rindu ini sudah membuncah, sedang pertemuan yang diharap pun terasa masih sangat lama dan jauh.
Bayangkan bagaimana hari-hari yang berat dengan rindu, harus dilewati satu per satu hingga 365 hari lamannya.
Jadi, bukan hanya Anda saja yang bisa merindu. Saya merindu, orang-orang yang kita rindui pun merindu, bahkan semua orang yang terkait dengan rindu kita atau tidak pun mereka merindu.
Uniknya lagi, terkadang kita juga merindukan diri kita sendiri di masa yang telah lalu atau hal-hal kecil yang jika ia ada saat ini, kita belum tentu membutuhkannya lagi atau malah membencinya. Karena rindu itu adalah kepastian bagi seorang yang punya rasa cinta, atau bisa dikatakan sekedar punya perasaan.
Oleh karena kerinduan adalah kepastian, maka kita harus bisa menerima atau lebih jauh lagi; menikmatinya. Sama halnya dengan makan “seblak” yang pedasnya berlevel – level, rindu yang kita rasakan juga berbeda – beda levelnya, semakin kita kuat menahan level pedasnya semakin kita bisa menikmatinya. Maka boleh dikatakan tanpa “pedas”nya rindu, cinta kita akan terasa hambar-hambar saja.
Kiranya tidaklah berlebihan jika saya mengatakan bahwa rindu adalah bagian dari bumbu-bumbu cinta, sedangkan jarak sebagai penyedapnya. Maka sekiranya cinta itu sudah mulai terasa menghambar, cobalah tambahkan sedikit bumbu rindu padanya, sedapkan dengan jarak secukupnya.
Namun demikian, dalam prakteknya teori di atas tidak semudah membayangkannya. Seperti halnya memasak, bagaimana pun panjang dan jelasnya sebuah resep masakan, seringkali masakan yang dihasilkan tak seperti yang diharapkan, bahkan terkadang mengecewakan. Oleh karena itu, sangat perlu adanya latihan yang berkelanjutan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang level perasaan masing-masing. Di sinilah pentingnya pepatah Barat; “Practicing makes perfect.” atau pepatah Timur, “Jarrib wa laahizh takun arifan.”
Anda yang sedang mencintai, cobalah praktekkan sesekali “masak-masak” cinta dengan bumbu rindu dan jarak. Luangkan waktu untuk hati Anda merindu. Berikan jarak secukupnya pada Anda dan hati Anda. Jangan disibukkan terus dengan daya dan upaya untuk mencari jalan bertemu. Cobalah sekali seminggu atau sekali sewindu.
Di samping itu, latihan ini sebagai persiapan yang akan sangat berguna kelak jika Anda tiba-tiba terpaksa atau dipaksa untuk berpisah dengan orang yang Anda cintai.
Ada yang mengatakan rindu itu berat. Benar! tapi meski begitu ia bisa dinikmati. Sama halnya dengan orang yang mengatakan cabe itu pedas, tapi banyak juga yang suka seblak, rujak, ayam cabe ijo dan lain sebagainya dari makanan-makanan pedas. Atau ada yang bilang durian itu bau, tapi banyak juga orang yang menikmati baunya. Rupanya semua tergantung pada bagaimana Anda menikmatinya.
Cinta seseorang belum teruji jika ia belum pernah merasakan rindu. Atau jangan-jangan cintanya palsu? Maka, dapat kita simpulkan bahwa kesempurnaan cinta adalah ketika seorang pencinta mampu memadukan antara manisnya cinta dan kasih sayang dengan pahit dan pedasnya kerinduan.
Rindu yang cukup akan menguatkan rasa cinta. Rindu dengan takaran yang pas akan menambahkan kenikmatan dalam bercinta. Namun, harus diingat, bukan lantas diartikan semakin banyak rindu, cinta akan semakin kuat, atau kualitas cinta semakin bagus.
Sebab rindu juga bisa menghasilkan racun dalam hubungan percintaan, jika salah mengolah ia bisa jadi akan melahirkan rasa marah, kecewa, bahkan curiga dan prasangka hingga menduanya perasaan. Rindu yang berkarat juga bisa menyebabkan kematian. Jadi meskipun tidak ada anjuran khusus dari dokter, berhati-hatilah dalam mengolah rindu.
Demikianlah risalah rindu ini, sebagai luapan pemikiran dan perasaan. Semoga menginspirasi.
Sebelum saya akhiri, saya ingin berpesan: Bersyukurlah bagi Anda yang saat ini sedang diberi kesempatan menahan rindu. Nikmatilah! Anda telah mendapat kesempatan mencoba dan mempraktekkan cara mencintai orang-orang dengan cita rasa tinggi. Cobalah untuk mengolah dan mengelolanya dengan sebaik mungkin. Hadirkan darinya sebuah cita rasa tertinggi dari perasaan cinta yang Anda miliki. Lalu hadiahkan ia pada orang yang Anda cintai dan rindui.
Dari yang juga sedang belajar mengolah dan menikmati rindu.
Kontributor: Imam Gazali
Editor: Oki Aryono