Menjadi khairunnas dengan mendatangi majelis ilmu

Menjadi khairunnas dengan mendatangi majelis ilmu

adab mencari ilmu bagi para pencari ilmu
Adab mencari ilmu bagi para pencari ilmu

Suaramuslim.net – Janganlah suatu saat kita ini menyesal karena tidak pernah belajar agama. Kalau penyesalan terjadi di dunia masih bisa meraih perubahan diri untuk lebih baik. Namun bagaimana kalau penyesalan terjadi ketika di akhirat? Tentulah sia sia saja itu penyesalan. Hal itu akan terjadi kelak kepada seseorang yang mengabaikan pengajaran agama selama hidup di duni.

Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 10;

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Dalam tafsir Al-Munir karya Dr. Wahbah Az-Zuhaili, menyebutkan bahwa para ulama menjadikan ayat tersebut sebagai argumen bahwa agama tidak tegak pada diri seserang kecuali melalui pengajaran.

Pengajaran agama itu bisa diraih dengan sempurna melalui belajar ilmu dan adab di majelis ilmu. Karena dengan keduanya (ilmu dan adab) manusia akan menjadi khairunnas (manusia terbaik) di antara yang lainnya. Sosok manusia yang terbaik di kalangan manusia lainnya. Terlebih jika belajarnya di majelis ilmu (baik yang tradisional, modern ataupun formal).

Dengan ilmu manusia selalu akan menjadi lebih baik dari hari ke hari dalam kehidupannya. Karena itu ada sebuah maqalah (ungkapan) indah yang bisa juga menjadi motivasi kita agar lebih baik.

“Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.”

Karena itu Allah selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk selalu memperbaiki diri menjadi lebih baik. Nabi Muhammad bersabda;

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Al-Bukhari).

Kesempatan adalah nikmat yang luar biasa, yang tidak boleh disia-siakan. Jangan sampai kesempatan itu berlalu dan hanya menjadi masa lalu yang sia-sia.

So… Di antara kesempatan yang terbaik baik manusia adalah dengan pengajaran agama melalui mengaji dan beradab. Karena kesempatan mencari ilmu itu banyak kok, hanya saja terkadang kesempatan itu dikalahkan dengan lainnya yaitu kesibukan mengurusi dunia.

Apalagi yang dicari dalam dunia ini kalau akhirnya dunia itu ditinggalkan? Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Beliau berkata:

“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan?” (Siyar A’lam An-Nubala 8/398).

Dengan mengaji, akan mengerti mana yang benar dan salah secara syariat dan kalau sudah paham agama akhirnya bisa lebih baik dan dapat meraih kebaikan di dunia dan akhirat.

Ngaji mendatangi taman surgawi

Perhatikan manfaat yang luar biasa dari ngaji ini. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (Muslim No. 2699).

Hadis di atas menuntut kita untuk selalu memperbaiki diri dengan pengajaran ilmu dan adab melalui (di antaranya) mengaji dengan majelis-majelis ilmu. Dekat dengan majelis ilmu adalah kenikmatan yang luar biasa.

Majelis ilmu adalah taman surga yang membuat seseorang merasakan ketenangan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya, ”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, ”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) zikir.” (At-Tirmidzi, No. 3510, Ash Shahihah, No. 2562).

So… Mendatangi majelis ilmu untuk belajar akan mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa, dan itu bisa meningkatkan imun dan iman. Sebagaimana seseorang yang mendatangi kebun indah, pasti akan ada ketenangan rasa yang dahsyat di hatinya.

Karena itu jika mendatangi majelis ilmu tidak memunculkan ketenangan jiwa, maka ada dua kemungkinan yang menjadi sebab;

  • Jiwanya sendiri yang masih kotor yaitu jiwa yang sombong karena selalu menolak kebenaran.
  • Atau majelisnya sendiri yang membuat jiwa tidak semakin tenang.

Kaidah mencari ilmu

Untuk poin kedua, maka ada lima kaidah yang harus dipahami bagi para pengaji di majelis ilmu;

  1. Menentukan kebenaran itu bukan karena kelompoknya, tapi karena sifat dan karakter kebenaran itu, i’tirafur rijal bil haqqi wa lal haqqi bir rijal.
  2. Jangan mengedepakan fanatik buta dengan merasa dan mengaku ngaku “yang paling,” karena biasanya yang mengaku “paling“ itu bermasalah.
  3. Jangan memiliki sifat Khawarij. Ada tiga karakter Khawarij menurut Ibnu Taimiyyah; (1) Gampang memvonis sesat; (2) Di satu sisi ahli ibadah baik yang ibadah utama maupun yang cabang; (3) Orang kafir selamat dari lisannya, dan orang mukmin tidak selamat dari lisannya.
  4. Mengerti perbedaan pendapat ulama.
  5. Ambil yang baik dan buang yang buruk.

Bukankah Ibnu Qudamah mengambil kebaikan kitab Imam Al-Ghazali dengan merangkumnya menjadi kitab Minhajul Qoshidin? Juga bisa dilihat dari sikap Ibnu Taimiyah yang bersikap inshof (adil) dalam hal yang beliau sendiri berbeda pendapat. Misal terkait pendapat memperingati Maulid Nabi Muhammad, beliau masih menghormati pendapat yang berbeda.

Dalam kitab Ibnu Taimiyah yang berjudul, Iqtidho’ Ash-Shirothil Mustaqim jilid 2 hal 126-127 sebagai berikut.

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara tahunan, hal ini terkadang dilakukan oleh sebagian orang. Mereka pun bisa mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana yang aku telah jelaskan sebelumnya bahwasanya hal itu dianggap baik oleh sebagian orang tetapi tidak dianggap baik oleh mukmin yang mendapat taufik.”

Kaidah-kaidah itulah yang menjadi adab bagi para penuntut ilmu di mana pun agar menjadi manusia yang terbaik berguna bagi diri dan masyarakatnya. Dan agar tidak ada penyesalan di kemudian hari karena tidak mau belajar agama di saat hidup di dunia ini.

Wallahu a’lam
M. Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM dalam program Motivasi Al-Qur’an
22 Oktober 2020 – 5 Rabiul Awwal 1442 H

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment