JAKARTA (suaramuslim.net) – Pada hari ini, Selasa (2/11) Inggris akan menjadi tuan rumah dari peringatan 100 Tahun Perjanjian Balfour. Perjanjian Balfour adalah perjanjian yang ditandatangani pada 2 November 1917 oleh Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Arthur James Balfour untuk menyerahkan wilayah Palestina yang menjadi jajahannya kepada komunitas Yahudi untuk didirikan negara Israel.
Perdana Menteri Inggris Theresa May dijadwalkan akan menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah jamuan makan malam untuk memperingati 100 Tahun perjanjian Balfour.
Sementara Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah menjelang peringatan 100 tahun Deklarasi Balfour, menuntut Inggris meminta maaf karena telah membuat Deklarasi Balfour yang menjanjikan pendirian negara Yahudi di Palestina.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson dikutip dari BBC mengatakan peringatan tersebut tak sepatutnya mendapatkan kritik.
“Saya bangga dengan peran Inggris dalam menciptakan Israel dan Pemerintahan Yang Mulia akan menandai seratus tahun Deklarasi Balfour pada hari Kamis dalam semangat itu,” kata Johnson.
Sikap Indonesia
Sementara di dalam negeri, Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi’ Munawar dikutip dari Hidayatullah.com, menyesalkan dan mengecam sikap Pemerintah Inggris yang berencana menggelar perayaan 100 tahun Deklarasi Balfour.
“Deklarasi Balfour sejatinya merupakan pintu bencana yang paling besar dalam sejarah umat manusia karena telah membuka penderitaan berkepanjangan bagi warga palestina hingga satu abad lamanya. Mereka tertindas, terbunuh dan terusir dari tanah airnya sendiri,” kata Rofi.
Oleh sebab itu Rofi’ Munawar atas nama DPR RI meminta Pemerintah Indonesia untuk mengirimkan nota keberatan terhadap rencana perayaan tersebut kepada Pemerintah Inggris.
“Alih-alih meminta maaf atas kebijakan buruk yang telah dilakukan di masa lalu. Ironisnya pemerintah Inggris merayakan satu abad tersebut bersama pemimpin Benjamin Netanyahu dalam sebuah pesta yang cukup meriah. Sungguh sangat di luar akal, nalar sehat dan jauh dari menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,” sesal Rofi’.
Penulis : Ahmad Jilul Qur’ani Farid
Editor : Muhammad Nashir