Suaramuslim.net – Memaknai sebuah pencapaian dari beberapa yang sempat didiskusikan, dari penelitian, bahwa sebenarnya tercapai atau tidak tercapai itu pilihan. Artinya perspektif individual. Kalau kita mau nurutin yang tidak tercapai memang semua itu tidak akan berujung. Karena setiap keinginan pasti akan nambah, nambah, dan nambah. Kalau ada peribahasa bilang “Di Atas Langit Ada Langit,” jadi jika kita ngomongnya target tidak akan selesai sampai kapan pun. Karena setiap selesai satu target, kita pasti akan membuat target baru.
Jadi bagi saya bagaimana kita memaknai era baru? Kita membuat suatu proses evaluasi bahwa kita syukuri sudah sampai di tahap ini. Misalnya target yang sudah kita tentukan tidak tercapai total, tetap kita syukuri sudah sampai tahap yang ke arah situ. Artinya nggak belok. Nah seperti itu bisa memaknai positif apa yang sudah kita capai.
Perkara misalnya dari target yang kita buat sudah tercapai, yang harus kita sadari, ini bukan karena kita. Tapi ini karena ada izin dari Allah untuk mencapainya, kita maknai secara positif.
Jadi ketika seseorang membuat rencana sebaiknya sudah ditentukan, ada plan A dan plan B. Di dalam plan A sendiri itu kita juga harus menyampaikan semacam prioritas, target yang kita capai. Target 1, 2, dan 3 sehingga kita nanti juga tahu bagaimana cara meraih target ke-3, ke-2, atau ke-1. Kalau dalam prosesnya ternyata banyak sekali merasa belum tercapai, malah tidak tercapai.
Untuk proses menikah misalnya, ikhtiar apa yang sudah kita lakukan? Misalnya, kalau memang kita dituntut untuk mengenal banyak orang, mengenal berbagai karakter banyak orang. Tapi memang adakalanya kondisi kita itu misal dunia kerja kita banyak perempuannya, sehingga potensi untuk berkenalan dengan pribadi-pribadi yang berjodoh dengan kita kok agak pesimis.
Kita juga mulai membuka ikhtiar untuk diperkenalkan dengan orang lain. Dalam Islam pun ada proses ta’aruf untuk mendekatkan diri dengan calon. Itu kita nggak perlu malu. Kita percayakan kepada orang yang kita percaya agar tak menjadi gosip. Sehingga mereka bisa membantu juga untuk proses ikhtiar ta’aruf tersebut. Kita harus mempersiapkan mental dan diri kita. Bismillah ini niat kita adalah lillahita’ala dan untuk menyempurnakan ibadah.
Disampaikan Bunda Ika Yuniar Cahyanti (Dosen Psikologi Universitas Airlangga Surabaya) dalam program talkshow Mozaik Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM. Edisi Kamis 2 Januari 2020.