Mensyukuri Warna Warni Kehidupan (Bag. 2)

Mensyukuri Warna Warni Kehidupan (Bag. 2)

Mensyukuri Warna Warni Kehidupan (Bag. 2). Foto: suaramuslim.net

Suaramuslim.net – Mitra Muslim yang dirahmati Allah, Alhamdulillah ini edisi kedua kita berjumpa tentang tema mensyukuri warna-warni kehidupan. Kita harus selalu meyakini, ketika Allah sudah menentukan warna hidup kita, ketika Allah sudah membuat jalan hidup kita, maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengedepankan syukur. Karena dengan bersyukur, warna apa pun yang kita hadapi, warna apa pun yang kita terima pasti indah. Dan jangan mengukur, jangan membandingkan warna hidup kita dengan orang lain.

Seringkali kita mendengar istilah “rumput tetangga lebih hijau daripada rumput kita sendiri.” Itu karena memang seringkali manusia ini memiliki sifat yang mudah sekali membanding-bandingkan, mudah sekali tidak bersyukur. Kita merasa apa yang dimiliki selalu kurang. Itu semua akhirnya membuat kita tidak menunduk pada apa yang sudah Allah beri tetapi menoleh ke kiri dan ke kanan.

Ini juga ada hubungannya dengan bagaimana kita sebagai orang tua membiasakan anak-anak bersyukur sejak kecil. Perilaku syukur ini sebenarnya adalah role model dari orang tua. Dan kita sebagai muslimah, apa pun peran kita, kalau sudah menjadi ibu maka rasa syukur itu harus tertanamkan kepada anak-anak kita. Kalau kita belum ditakdirkan berpasangan atau jomblo fii sabilillah maka yang harus dikedepankan yaitu syukur kepada diri kita sendiri.

Mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita apa pun itu. Keadaan apa pun yang kita rasakan, kondisi apa pun yang kita hadapi, itulah yang terbaik.

Seringkali tanpa kita sadari bahwa kita sering kurang fokus dengan pemberian Allah karena sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan. Melihat ke atas, dan jarang melihat ke bawah. Sehingga akhirnya konsep syukur itu menjadi berkurang karena sering membandingkan.

Seringkali awalnya bersyukur, tetapi akhirnya kadarnya berkurang. Apa yang semula dinikmati akhirnya menjadi rusuh di hati. Apa yang semula tidak bermasalah, menjadi bermasalah. Yang kita lihat itu sebenarnya fatamorgana. Ketika kita dekati mungkin dia juga akan berkeluh kesah. Akhirnya kita tahu, apa yang kita lihat belum tentu apa yang dia rasakan. Apa yang saya nilai bagus, belum tentu ia rasakan indah, karena sesuatu yang tampak dari luar itu belum tentu terjadi yang sesungguhnya di dalam.

Jadi harus selalu kita yakini, setiap manusia punya cerita. Setiap manusia mempunyai dinamika dan kita tidak pernah tahu sampai bagaimana dia meraih titik ini. Kita tidak tahu bagaimana air mata, cucuran keringat yang sampai bisa berada pada titik ini. Yang kita tahu hanya ending.

InsyaAllah kalau kita mensyukuri dinamika, warna-warni kehidupan yang sudah Allah berikan kepada hidup kita, kita akan sibuk dengan diri sendiri. Dan semakin kita sering berdiskusi dengan diri kita, semakin kita sering mengajak hati untuk bersyukur, secara hati nurani “berhenti,” berhenti melihat orang lain.

Betapa tidak enaknya ketika kita menyamakan dengan orang lain. Betapa menyiksanya ketika kita melihat warna orang lain. Kita tidak bisa menyamakan frame kita dengan frame orang lain. Allah mengajarkan kepada kita, setiap hidup sudah diberikan keunikan masing-masing. Sudah Allah beri warna-warni masing-masing.

Ustazah Siti Fauziah, S.Pd. CBHC, Eduparenting Coach

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment