Suaramuslim.net – Seringkali kita mendapati orang yang kita bantu bukan hanya tidak berterima kasih kepada kita yang telah membantunya, bahkan tidak merasa kita telah membantunya. Dan dianggap itu adalah tugas kita untuk membantunya. Hingga kita anggap dia sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.
Pernah mengalami hal itu? Boleh jadi dengan anak, murid, bawahan, tetangga, saudara kita atau yang lainnya.
Apa yang harus kita lakukan agar tetap bahagia?
Pertama, intropeksi diri. Mungkin kita juga pernah melakukan hal yang sama baik kepada orang tua kita, saudara, sahabat, dan lainnya. Kalau memang pernah, berarti kita sama saja dengan mereka, maka peristiwa yang terjadi adalah teguran dariNya agar kita dapat instropeksi diri untuk selalu berterima kasih dan bersyukur.
Kedua, Aidh bin Abdullah al Qarniy mengingatkan bahwa kepada Tuhan saja—yang telah dan selalu memberikan nikmat, rezeki, kasih sayang, dan lain sebagainya kepada umatNya—manusia sering lalai untuk bersyukur dan berterima kasih. Apalagi kepada kita sesama manusia? Karena itu, mengapa mengambil pusing dengan orang seperti itu?
Kata-kata hikmah dari Beliau adalah:
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan, maka balasannya tidak akan hilang begitu saja. Demikian pula, pengakuan di sisi Allah dan di sisi manusia juga tidak akan sirna.”
Ketiga, bagi sahabat yang muslim, maka cukuplah dengan mengharap ridho Allah SWT dan bukan terima kasih dari hambaNya, seperti dijelaskan dalam QS Al Insaan: 9), berikut ini:
‘Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah SWT, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.’ (QS. Al Insaan: 9)
Mari sama-sama belajar mengikhlaskan bantuan kita untuk mendapat ridho Allah SWT.
Semoga kita dapat istiqomah menjadi manusia yang ikhlas. Aamiin.
Penulis: Dr Gancar C. Premananto*
*Koordinator Program Studi Magister Manajemen FEB Universitas Airlangga Surabaya